THREE

14 4 0
                                    

"Babe, kau sudah siap?" Tanya Devan begitu melihat Alin yang sedang membawa formulir dan berkas penting.

"Iya pi, mami mana?" Tanya Alin.

"Biasa, didapur. Ayo berangkat!" Titah Devan kepada sang anak. Alin hanya mengangguk lalu berjalan anggun dibelakang ayahnya

"Mami! alin mau pergi. Jaga rumah!" Teriak alin begitu sampai diteras rumah.

Setelah merasa duduk dikursi pemudi. Alin mengklakson mobil depan devan agar berjalan dahulu. alin hanya mengikuti karena tidak tau arah perusahaan temannya devan itu
.

••

Suara orang orang +62 mulai terdengar, ketika melihat dua mobil mewah terparkir rapi ditempat diparkiran kalangan atas.

Saat mereka melihat Devan turun, tentu biasa saja, karena hampir seminggu sekali Devan menghampiri perusahaan ini. Namun, yang dibuat terheran,

Kenapa anaknya ikut serta?

Nampaknya suara grusak grusuk orang orang mulai berbisik bisik. Devan hanya menampilkan senyum paksa dan Alin hanya wajah datar dan tidak berperikemanusiaanya.

Cklek

Pintu ruangan Direktur utama, Hal pertama yang dilihat Devan dan Alin yaitu pria tampan yabg berdiri tegak menghadap pintu dengan tangan dimasukan jesaku dan jangan lupakan senyum tipis yang menghiasi wajah cakepnya.

"Papi, siapa dia?" Tanya Alin. Ia mengira orang modelan seperti laki laki ini adalah seorang artis. Ternyata pemikirannya itu salah besar

"Dialah Bossmu. Dan Alan kenalkan dia anaku. Ku angkat dia menjadi sektetarismu" Ujar Devan lalu menepuk pelan pundak dan bahu Alan

Alan menatap intens gadis ini. Ia masih tertegun melihat wajah cantik Alin. Pipi Alin memanas melihat Alan yang sedang menatapnya intens

Dengan garang ia menampol kuat dahi Alan, sehingga Alan terhuyung kebawah. Beruntung dibelakang ada Alin, Alin menyeret kursi putar yang digunakan alan bekerja. Kini, Alan terduduk dikursinya.

Dengan geram ia menggebrak meja. Oh No! Baru kali ini ada yang berani kepadanya. Ia mengira, Alin adalah gadia yang polos, penurut dan lugu. Ternyata realitanya sangat jauh sekali dengan ekspetasi.

"Jangan berkhayal bakalan gue baikin lo! Kesan pertama kita bertemu.. Bhaks!" Ujar Alin lalu memainkan ponsel ketimbang memikirkan dan menulis berkas yang menumpuk.

Alan menimpuk pelan kepalanya. Ia lupa kalau kemarin baru saja diberitahu Devan kalau Alin sikapnya sangat keras kepala dan... Menyebalkan!

"Hem, kita belum kenalan Nyonya Alga" Desisnya pelan namun, terkesan menyimpan emosi yang siap meletus kapan saja.

"Namaku Alin. Aku tidak peelu tau namamu. Dan sepertinya kau sedang menahan berak" Ucapnya lalu disertai kekehan.

Enak saja menahan berak, ya walaupun wajah Alan sangat cocok diposisi itu,

"Namaku Alan. Dan sekarang kerjakan tugasmu" Ujar Alan datar. Alin menatap Alan dengan dingin. Ia langsung mengambil kertas kertas penting itu, ia msngangkatnya dan menjatuhkannya dimeja Alan.

Alan diam tak bergeming. Ia menatap Alin sendu. Oh ayolah, tugas Alan masih banyak. Kenapa malah jadi ditambahi begini?

"Kerajakan saja sendiri. Gue ga mood" Sahut Alin lalu tiduran selonjor disofa ruangan milik Alan.

"Mengapa kau sangat menyebalkan?" geram Alan. Ia melihat Alin yang hanya mengendikkan bahunya acuh.

Dengan kesal ia langsung menjalankan tugasnya itu.

••

"Nyonya Alin. Ini sudah waktunya istirahat. Kau mau bersamaku?" Tanya Fika selaku sekretaris Desta. Dan dapat diyakini kalau Desta dan Fika berpacaran dan akan tunangan

"Bolehkah?" Tanya Alin ragu

"Sure. Ayo! Hem Mr. alan, aku membawa gadis lugumu ini yaa" Oke, seperti yang kita lihat. Sahabat Alin eh teman Alin ini ternyata sangat menyukai keramaian dan kehebohan

Terlihat dari caranya berbicara, melihat, dan fisik mulutnya yang sangat tipis. Lagi lagi, Alin menggelengkan kepalanya yang berdenyut

"Huhh, whats wrong with my friend's?" Batinnya

••
TBC
NEXT CHAPTER?

VOTMENTNYA ALWAYS

ONLY VOTE GUYS


WHATS WRONG WITH MY BOSS?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang