Kau tidak mengenalku atau pura-pura tidak mengenalku? Aku lupa akan sikapmu hingga aku terlalu jauh mengkhayal~~
•.•.•.•.•.•.•.•.•.•.•
Raya berjalan memasuki gerbang sekolah, seseorang datang disamping nya.
Dave."Ray tumben berangkat pagi."
"Biasanya aku emang berangkat jam segini."Dave menggaruk tengkuknya.
Raya berjalan duluan menuju kelasnya yang masih kosong.
Duduk di bangkunya dan mengambil novel yang sudah ia bawa, lalu membacanya."Hai Raya." sapa Sinta yang juga baru memasuki kelas.
Raya tak menghiraukan sapaan itu. Ia terus membaca bukunya.
Sudah bisa dibaca ekspresi Sinta, dia pasti kesal.Sekarang. Ia terlalu memperlihatkan sisi buruknya, agar dia tidak selalu ditipu. Bukan teman yang lain jahat, tapi justru mereka pura-pura baik tentunya.
Selang beberapa menit siswa yang lain datang, ada yang bercakap dan ada yang tidur padahal masih pagi. Shasa, Risa,Nana datang dengan suara yang bising.
"Woioooooooooyy." teriak Shasa lalu mendudukan pantatnya disamping Raya.
"Waduh sibuk banget mbak." kata Shasa sambil melepaskan tas dari punggungnya.
" Brisik." jawab Raya yang tidak mau diganggu.
"Yaudah gue juga mau baca." Shasa ikut mengambil novel ditas dan membacanya.
Tettt!!! Bunyi bel masuk mengisi pendengaran siswa yang terlambat.
Gerombolan siswa dengan santai berjalan menuju koridor kelasnya.
Dengan tampilan acak-acakan beberapa cowok memasuki kelas, berbeda dengan yang lain.
Afri masih menampilkan pakaiannya yang selalu rapi, bukan seperti Dino dan yang lain rambut acak-acakan, baju keluar dan lain sebagainya."Aduhhh telat lagi nih." kata Shasa, sedikit menyindir.
"Ngomong aja lo." kata Afri tak suka.
"Gue punya mulut." jawab Shasa yang tak mau kalah.Dan setelah itu seorang guru datang,
Raya mengambil alat tulis di tasnya, ia merasa ada sedikit aneh pada diri Afri.
Mengapa dia seolah tidak mengenalnya, bahkan ia terlihat dingin dan arrogant.Raya kembali mengeluarkan bukunya.
Jam pelajaran usai, kini beberapa siswa ada yang ke kantin, ada yang malas sehingga hanya duduk saja, namun kini Raya berjalan sendirian menuju Taman.
Sebenarnya dia tidak biasanya sendirian, namun Shasa sedang membelikannya minum. Yang paling ia benci adalah tatapan dari kelas XII, mungkin mereka mempunyai hak lebih karena sudah menjadi kelas tertinggi, bagi Raya mereka hanya ingin sok-sok an dan menjadikan para adik kelas babu.
Ia memilih membaca novel.