4. Satu untuk berdua

5 1 0
                                    

Hari ini langit yang semula cerah menjadi mendung sejak pagi,

"Bosen banget gueeee tuhannnnn." kata Juan dengan sedikit berteriak.

"Bisa nggak Jun diem." kata Dania yang sedang mengerjakan tugasnya.

"Lihat deh masa dari tadi pagi mendung terus, mana gerimis lagi."

"Mending diem deh Jun berisik tauk." kata Dania dengan sebal sebab sedari tadi Juan mengomel ditelinga nya.

"Iya deh." kata Juan mengalah dan menyenderkan kepalanya pada jendela.

*********

"Hahaaaa gue gak nyangka Van kalo cerita lo seabsurd ini." tawa Fahri pecah ketika membaca cerpen milik Devan,
tugas dari pak Harto untuk membuat cerpen kemarin.

"Emang kenapa?"

"Masa lo buat cerita kayak anak SD aja, Romeo and Juliet tapi versi lo sendiri."

" Julietnya emang suka sama Romeo tapi kok malah berakhir sama saudara nya sih, katanya takdir."

"Kalau emang jodoh ya pasti kembali."

"Aduh terlalu dramatis banget Van, ngakak gengs."

"Dari pada lo cerita apa ini, Dora apa gimana." ujar Ratna teman sekelas mereka.

"Enak aja itu seorang anak kecil yang berpetualang dan ketemu sama banyak binatang."

"Cerita lo lebih gak karuan, ini anak kecil apa monster sih kalau gak bisa gambar gak usah lo tambahin gambar disini deh." celetuk teman sekelasnya.

"Orang lucu gini kok." ujar Fahri yang menatap gambarnya sendiri.

"Eh teman-teman bagus nggak gambar gue." lanjutnya dan memperlihatkan gambarnya didepan kelas.

"Hahahaha kayak pancuran air
gitu kok. Sama kayak rambut Lo." kata beberapa murid.

"Apaan tu gambar apa cekeran ayam." yang lain ikut menimbrung.

"Bangsat lu pada." ujar Fahri kesal.

"Udah lah Fah, mending ganti cerita." kata Devan akhirnya.

********

" Ini pulangnya gimana elah, gue gak bawa mobil."

"Kalau nunggu hujan berhenti bakal sore nih pulang nya."

"Ehh Dan kok malah duluan sih trus nasib gue gimana."

"Aku duluan ya Juan, lagi buru-buru."

Dania berlari melewati hujan dan berakhir di depan pos security, mengusap seragamnya yang sedikit basah.

Sebenarnya dia pulang cepat karena ada sepupunya yang akan datang kerumah namun kunci rumah ia yang bawa, kasihan kalau dia harus menunggu didepan rumahnya.

Dania akan lari, namun seseorang menarik tangannya.
Dania yang tadi merasa hujan telah membasahinya, namun ia menatap keatas ada sebuah payung yang pemilik nya adalah...

"Jangan lari nanti kamu kehujanan, bareng aku aja."

Dania hanya ikut berjalan bersama Devan.

Bau pratikor itu menyegarkan saat hujan, dan ditambah parfum milik Devan yang lembut membuat Dania bisa merasakan kenyamanan.

"Kenapa jantung jadi berdetak kencang gini ya."

Jarak mereka sangat dekat hingga seperti berpelukan, mereka memasuki mobil Devan.

Dan kini mereka telah sampai di sebuah kafe,

" Ini buat kamu." Devan menyodorkan secangkir teh hangat.

"Makasih, Dania meminum teh. Itu."
kata Dania ketika menyadari bahwa sepupunya masih menunggu.

"Eh Devan aku pergi dulu ya. Maaf banget, aku lupa kalo sepupuku dirumah."

"Aku anterin aja."

"Nggak usah Dev, duluan ya."

Dania langsung lari namun dari arah kanannya sebuah mobil mendekati nya.

Devan yang melihat itu terkejut.

Dania duduk terkulai lemas, untung saja dia tidak tertabrak setelah mobil itu sepertinya mengerem mendadak. Pengemudi itu keluar.

"Eh lo kalau jalan itu pakek mata, denger gak."
Dania terkejut saat melihat pengemudi itu.

"Kamu nggak papa kan Dania." kata Devan setelah membawa Dania menepi.

Mobil itu kembali melaju.

"Nggak kok, Devan aku harus pulang dulu makasih ya."

"Biar aku antar."

"Nggak usah, itu ada taksi kok."

************

Dania sampai dirumah dengan seragamnya yang basah, ia cepat-cepat masuk ke rumah.
Ia masih melihat sepupu nya yang ada di teras rumah sedang tertidur.

" Gishel bangun." Dania membangunkan sepupunya itu.

"Kakak lama banget pulang nya, sampai aku ketiduran."

"Maaf ya tadi kakak kehujanan, ya sudah ayo masuk."

Mereka berdua masuk kedalam rumah.

*******
Malam ini Dania sedang termenung dimeja belajarnya, memikirkan beberapa kali dia bertemu dengan Devan.
Menatap dalam bayangannya, entah senyumannya yang manis selalu membuatnya terbayang-bayang.

"Kenapa aku bisa mikirin dia sih." kata Dania sambil tersenyum.

"Oh ya tadi itu yang hampir nabrak aku kok mirip Devan ya, tapi mungkin aku salah lihat."

Dania melihat orang yang mirip Devan itu ketika dia hampir saja tertabrak sebuah mobil, wajahnya memang tidak terlibat jelas karena tersamarkan oleh hujan.
Namun sekilas mirip Devan.

Tokkk!!tokk
Suara ketukan pintu membuat lamunan Dania buyar,

"Siapa?"

"Kak diruang tamu ada temen kakak tuh."

Dania beranjak dari kursinya dan berjalan keluar kamar.

Dia terkejut ketika melihat Devan yang duduk di kursi tamu itu.

"Devan." Ujar Dania terkejut ketika melihat Devan dirumahnya.

"Emm kenapa ya?" tanya Dania.

"Ini tas kamu ketinggalan di kafe."
Dania baru menyadari sedari tadi ia pulang seperti ada yang ketinggalan.

"Makasih ya,"

"Ya sama-sama, kalau begitu aku pulang dulu ya."

"Tunggu aku belum kasih minum apa-apa kok pulang."

"Nggak usah, aku nggak enak nanti, ini kan sudah malam juga."

"Sopan sekali."

"Biar aku anterin kedepan."

"Aku pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati."

"Siapa kak? Temen apa pacar?"

"Dia itu temen aku mau ngembaliin tas tadi ketinggalan,yaudah masuk gih."

"Beneran temen nih?"

"Iya, apaan sih sel!!"

********

Davi & DevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang