"Davi dari mana saja kamu?" tanya Tari pada Davi yang baru memasuki rumah dengan tampilan acak-acakan.
Belum sempat Davi berkata, dari arah pintu yang ia masuki Devan juga baru pulang.
"Davi mama tanya kamu dari mana?" tanya Tari.
"Mama nanya aku, terus dia." kata Davi sinis sambil melihat Devan yang mendekat kearah Tari.
"Devan sudah pamit, dan kamu bahkan dari pagi mama belum liat batang hidung kamu."
"Aku berangkat Sekolah mama sibuk sama dia, ya jelas gak liat."
"Kamu Sekolah? Guru kamu tadi telepon kamu bolos, itu kamu bilang Sekolah Davi, kenapa kamu jadi bandel seperti ini."
"Karena mama,"
"Karena mama? Bahkan kamu gak pernah dengerin mama Davi."
"Terserah." Davi berangsur pergi.
"Mama belum selesai bicara Davi." kata Tari kesal dan akan menghampiri Davi namun Devan mencegahnya.
"Sudahlah ma, biar Devan aja yang ngomong." kata Davi.
*****
Davi duduk dengan kasar, membuang jas sekolahnya asal. Menatap lurus-lurus kedepan dengan perasaan marah berkecamuk.
Dia menutup pintu kamarnya yang terbuka, ia kembali menatap lurus kedepan.
"Ngapain lo kesini hah." kata Davi."Aku cuma mau kesini, memang tidak boleh." Devan mendekat ke arah Davi.
"Emang lo siapa masuk kamar gue." ujar Davi yang masih dilimuti amarah.
"Kamu saudaraku bebas dong aku kesini." jawab Devan basa basi.
"SEBENARNYA MAU LO APA?"
Davi sudah tidak tahan, menarik kerah Devan dan melayang kan pukulan disudut bibirnya."Dav, kamu kenapa? Selalu bersikap dingin seperti ini."
"Karna gue gak suka liat muka lo,
Kalo ada yang gue paling benci, yaitu dilahirkan dengan wajah yang sama kaya Lo. Gue benci banget sama Lo!!!! mending lo pergi. Atau gue bunuh lo sekarang juga " jawab Davi melayangkan satu pukulan dan mendorong Devan keluar, menutup pintu dengan bantingan yang keras.Devan menyeka darah di sudut bibirnya, keluarganya tidak pernah merasa bahagia, Selalu saja disaat Devan mendekati Davi, karena mereka saudara kembar, justru Davi mengibarkan bendera perang.
Lima belas tahun mereka berpisah, bukan lah waktu sebentar untuk mereka harus mengakui bahwa mereka saudara kembar.
.......
"Devan? Bibir kamu kenapa, kamu dipukul Davi ya"?"Nggak ma, tadi kejedot pintu."
"Hati-hati, kok bisa gitu kejedot pintu. Nanti dikompres biar gak bengkak."
Tari ke dapur mengambil kan kompres untuk Devan.
"Oh iya, Davi belum juga turun dari tadi?" tanya Tari yang baru saja dari dapur.
"Belum ma, biar aku yang manggil dia." jawab Devan.
"Nggak usah."sarkas Davi yang turun dari tangga, bukan malah ke meja makan, Davi justru melewati meja makan dan langsung pergi begitu saja.
"Mau kemana kamu Davi, ini sudah malam."
Davi tidak mengindahkan perkataan Tari,
******
Davi turun dari mobilnya dan memasuki tempat yang selalu ia datangi setiap malam, namun tangannya ditarik seseorang.
"Hai, ngapain kesini?"
tanya Dania dengan tersenyum.
Davi menatap sinis kearah Dania dan beranjak pergi."Kamu kok gitu sih." kata Dania setelah mengetahui sikap berbedanya.
"Lo gak usah sok kenal sama gue." kata Davi dan setelah itu ia masuk pada tempat terlarang itu.
"Kok Devan jadi dingin gini kenapa dia masuk ketempat itu ,"
Dania melanjutkan perjalanan nya menuju Supermarket yang tidak jauh dari sini. Dia tadi turun mobil karena ia melihat orang yang ia kira Devan.
**********
Dania keluar dengan beberapa belanjaan ditangan nya, ia akan masuk menuju mobilnya namun dari arah barat mobil hitam itu melaju kencang, bukan menabraknya melainkan ia kecelakaan.
Dania turun dari mobil dan berlari melihat siapa orang yang mengendarai mobil itu.
Pengemudi itu tidak sadarkan diri, dan dahinya mengeluarkan darah. Dania buru-buru membawanya kerumah sakit.
*****
Davi membuka matanya setelah ia lihat ruangan khas rumah sakit.
Dan disampingnya ada seorang cewek yang entah siapapun dia tidak mengenal."Eh kamu sudah sadar? Luka kamu nggak parah kok, sebentar aku ambilkan minum dulu."
"Sebenarnya siapa dia gue gak pernah kenal sama dia."
"Ini diminum," Dania membantu Davi duduk.
Setelah minum dia ingin beranjak pergi namun Dania mencegahnya,
"Mau kemana? Kamu belum sembuh."
"Gue mau pulang."
"Mobil kamu aku tinggal di dekat supermarket, kamu tadi sama aku."
Davi justru meneruskan bangun dari brankar walau kepalanya terasa pening.
Davi sampai parkiran walau dia tahu mobilnya tertinggal,
"Biar aku antar,"Dania mengajak Davi menuju mobilnya.
Dania mengendarai mobil dan sesekali melihat Davi yang disampingnya.
"Kenapa Devan kayak nggak kenal sama aku ya."
**********
Devan melihat Davi yang sedikit sempoyongan dan ada luka baret ditangannya.
Sebenarnya Devan ingin menanyakan, kenapa Davi jadi seperti itu, namun ia urungkan mengingat dia sangat dingin pada Devan.
"Apa yang terjadi pada Davi?" batin Devan
Kemudian ia berlalu pergi menuju kamarnya.***************