Pagi itu Juli duduk terdiam di sisi ranjang, ia masih mengenakan pakaian tidurnya semalam. Libur panjang masih berlangsung, itu sebabnya ia begitu santai melamun tanpa mempedulikan jarum jam yang menunjukan pukul 07.20.
Ingatannya berputar di kejadian kemarin malam, ya, saat dimana ia menerima hadiah ulang tahun dari sang kembaran untuk pertama kalinya.
Ia masih tak percaya, bahkan kini mulai ragu jika Juni benar-benar memberinya sebuah hadiah. Bagaimana jika itu hanya akal-akalan Mama nya saja untuk membuat Juli senang?
Jika itu yang sebenarnya terjadi, sungguh, Juli merasa bodoh karena terlalu cepat merasa senang.
Helaan kasar pun keluar dari mulutnya, wajah tampannya berubah mendung tak seperti tadi malam.
'Kriet..'
Juli terkesiap saat mendengar suara pintu yang terbuka dari kamar sebelah, ia lantas berlari untuk membuka pintu dan saat orang yang ia duga baru keluar dari kamarnya benar-benar ada di hadapannya dengan raut terkejut, Juli malah diam mematung.
Ia tak tahu apa yang ia lakukan, tiba-tiba saja menghampiri Juni saat mendengar kembarannya itu baru keluar kamar.
Oh, benar. Ia harus memastikan jika Juni benar memberinya sebuah Kado ulang tahun.
"Hai.. "
Sapaan itu membuat Juli kembali terkesiap, sapaan pertama setelah sepuluh tahun lamanya.
"Ha.hai.."
"Pagi.."
Lanjut Juni yang kini berusaha menormalkan ekspresi terkejutnya akibat hadangan tiba-tiba dari Juli barusan."Pagi"
Jawab singkat Juli kaku, di sekolah ia populer, banyak teman dan pandai bergaul tapi nampaknya itu tidak berlaku di depan sang kakak."Kau.. Tidak sekolah?"
Tanya Juni.Whoa.. Mereka tidak hanya saling menyapa, tapi juga berbasa-basi. Kagum, Juli mulai merasa kupu-kupu kesenangan beterbangan di perutnya.
"Sekolahku masih libur"
Jawab Juli seadanya."Ah.. Enaknya.. Aku sendiri sudah mulai memiliki kegiatan disekolah sejak kemarin"
Keduanya pun tertawa canggung.
"eu.. Tidak kah kita akan ke bawah untuk serapan?"
Tanya Juni yang mulai berfikir tak ada lagi hal yang harus dibicarakan.Juli pun mengangguk dengan wajah bodohnya, menghasilkan kikikan geli dari Juni. Mereka pun berjalan menuju ruang makan dengan Juli berjalan di belakang Juni.
"Ah, topi dariku, apa kau suka?"
Tanya Juni saat mereka mendekati tangga menuju lantai satu.Topi, itu adalah isi dari kado yang Juli terima semalam.
"Jadi.. Hadiah itu benar darimu?"
Juni menatap Juli dengan senyum lalu mengangguk menjawab pertanyaan itu.
"Ya, tentu saja.. Aku suka"
'walau desainnya terlalu polos tapi karena pemberianmu, aku suka' lanjutnya dalam hati."Baguslah.. "
"Tu.tunggu disitu!"
Titah Juli yang langsung berlari kembali menuju tangganya, meninggalkan Juni yang menatapnya bertanya-tanya.Sang adik kembali tak lama setelah itu, dengan membawa sebuah kantung berisikan kotak persegi panjang ditangannya.
Juni menatap adiknya tanya saat ia disodori benda itu.
"Apa ini?"
Tanya Juni saat menerima benda itu."Kado untukmu, maaf.. Aku tak membungkusnya sedemikian rupa, tapi itu masih baru.. Aku membelinya kemarin"
Jelas Juli sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."I.ini.. Bukankah sepatu ini cukup mahal?"
Tanya Juni setelah melihat brand yang tertulis di kotak sepatu tersebut dan sedikit mengintip rupa sepatu di dalamnya.Juli tertawa singkat.
"Ya.. Begitulah""Kau tahu, jika kau ingin membalas pemberianku, kau boleh mencari barangnya nanti, tak usah memberikanku barang yang kebetukan baru kau beli kemarin. Ini tidak setimpal dengan apa yang kuberi padamu"
Ucap Juni tak enak.Juli cepat menggeleng dan mendorong kembali kotak sepatu yang hendak Juni kembalikan padanya.
"Tidak, anggap saja ini setimpal. Daripada kado pemberianmu, kado dariku tidak terbungkus kertas bercorak dan dihiasi pita. Kau telah memberiku hadiah yang berharga jadi aku ingin membalasmu dengan hadiah yang berharga pula"Juni tertegun mendengarnya, kemudian senyumnya mengembang seraya mengangguk.
"Baiklah, terimakasih untuk kadonya, aku sangat suka"Raut Juli seketika berubah cerah, senyum lebar itu menampakan betapa senang hatinya saat ini.
–––
"Yah! Apa yang sedang kau pikirkan? Senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh"
Juli mengalihkan tatapannya dari pemandangan di luar kaca mobil pada seseorang yang duduk di sampingnya.
"Aku.. Hanya teringat momen satu tahun lalu, saat kita bertukar hadiah"
Jawabnya pada sosok berwajah serupa dengannya yang tengah menyetir.Juni hanya menyunggingkan senyumnya sambil melihat sang adik sekilas.
"Kita sudah sampai"
Ucapnya, memarkirkan mobik di depan sebuah sekolah.Juli pun melepas sabuk pengamannya dan menyambar ranselnya yang berada di kursi belakang.
"Terimakasih untuk tumpangannya, Ge"
Ucapnya seraya membuka pintu mobil.Juni mengangguk.
"Lain kali, rawat kendaraanmu dengan baik, aku tak mungkin jadi supir pribadimu tiap waktu"
Omel lelaki tampan berkacamata itu, yang malah dibalas kekehan oleh sang adik."Memangnya kenapa, menurutku kau cocok dengan–"
"Yah!"
Seru Juni memotong ucapan sang adik, dan itu membuatnya tergelak usai menggoda sang kakak."Hey, Juli!"
Keduanya menengok saat seseorang menyerukan nama si adik, ada beberapa orang disana yang salah satunya melambaikan tangannya."Ah,itu teman-temanku, aku pergi dulu, Ge. jangan lupa jemput aku sore nanti! Dah!"
Ucap Juli, menutup pintu mobil lalu berlari menghampiri teman-temannya.Juni lantas bersiap melajukan mobilnya menuju sekolahnya, ia hendak menginjak pedal gas namun terhenti saat netranya terpaku pada sosok yang berjalan menuju gerbang sekolah tempat kembarannya belajar.
Ia melebarkan matanya seraya mengikuti sosok itu hingga menghilang dibalik gerbang.
"Jadi.. Dia bersekolah disini?"
–TBC–

KAMU SEDANG MEMBACA
Juni & Juli
FanfictionDi ulang tahunnya yang ke 15, Juni mulau mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan saudara kembarnya, Juli, karena ia tahu sang adik sudah tak memiliki banyak waktu di dunia ini. Namun realita tak semudah yang ia bayangkan, hubungan yang perlahan m...