4

260 39 20
                                    

Dua insan berparas nan perawakan serupa itu nampak tengah berleha di sebuah kamar, Juni yang tengah membaca buku sambil duduk bersandar di kaki ranjang dan Juli yang diketahui sebagai tuan kamar tengah tengkurap di atas kasurnya sambil memainkan suatu permainan di smart phonenya, sesekali beseru bahkan mengumpat saat ia hampir kalah.

Ya, mereka serupa tapi tak sehobi.

Dan helaan bosan malah datang dari sosok yang paling berisik.

"Aaaahh.. Membosankan!"

Yang lebih tua lima menit menunda dulu keseriusannya dalam mencerna kalimat di buku tebalnya demi menimpali sang adik.

"Apa ada hal lain yang ingin kau lakukan?"
Tanya Juni, dibalas gelengan oleh sang adik.

"Aku tak tahu.. Seharian ini aku terus diam dirumah karena teman-temanku menghabiskan akhir pekan mereka dengan berkencan"
Curhatnya, memancing kekehan keluar dari mulut Juni.

"hngh, dasar pemula"
Ejeknya yang sudah sangat biasa menghabiskan waktu luang di perpustakaan pribadinya a.k.a kamarnya sendiri.

Juli lantas membalikkan tubuhnya terlentang.
"Serius, aku heran kenapa kau bisa menghabiskan sebagian besar hidupmu dengan membaca dan belajar"
Ucapnya sambil menatap kosong langit-langit.

Juni terdiam, ekspresinya berubah sendu.
'Bukan berarti aku senang, ini sudah tuntutan'
Batinnya mengeluh.
"Orang sepertimu mana mengerti"
Guraunya, menghapus hilang keluhannya yang hampir membuat moodnya hancur.

"Haha.. Kau benar, dari kebiasaan dan sifat pun bisa dilihat, siapa yang yang lebih berkualitas di antara kita"
Ia menimpal gurauan itu dengan tawa renyah dan dengan senyum lebar.
'Dan siapa yang lebih pantas menggapai masa depan di antara kita'
Kini senyum itu berubah jadi paksaan seiring dengan batinnya yang meringis.

Alisnya mengernyit, Juni tak suka dengan jawaban itu.
"Kau ini bicara apa, aku hanya bercanda"

"Aku tahu, tapi aku juga tidak salah, kan?"

Juni mendengus.
"Terserah"
Finalnya.

"Hey"
Ucapan itu kembali mengalihkan perhatian juni dari bukunya.

"Hm?"
Timpalnya.

"Kau tahu, selama ini aku selalu penasaran bagaimana kau menjalani hari-harimu di sekolah"
Tuturnya berandai.

"Tak ada yang menarik, serius"

Juli terkekeh.
"Tetap saja aku penasaran, kadang aku berfikir, bagaimana jika aku bertukar temoat denganmu. Aku ingin tahu dengan orang seperti apa kau selama di sana dan merasakan jadi salah satu murid terpintar di sekolah elit itu."

Juni menutup bukunya, nampak tertarik dengan ucapan sang adik, ia menengok pada Juli dengan sorot antusias di wajah kalemnya.

"Tidakkah kau ingin tahu juga kehidupan sekolahku? Ya.. Kau tahu, aku ini termasuk murid populer, loh.."
Juli tersenyum bangga sambil menggesek hidung mancungnya dengan sisu telunjuk.
"Kita mungkin bisa bertukar posisi tanpa orang tahu, mengingat kemiripan kita yang hampir tak bisa dibedakan"
Lanjutnya dengan kekehan diakhir, tak serius karena pasti Juni menganggap ini ide konyol, namun ia benar-benar ingin mencobanya.

"Kenapa tidak kita coba saja?"

Juli mendudukkan dirinya dengan ceoat sampai rajang empuk itu membuat tubuhnya memantul.
"Benarkah? Kukira kau tak akan setuju!?"
Juli menatap sang kakak tak percaya, namun ekspresi antusias juga menghiasi wajah tampannya.

"Kupikir tak ada salahnya, sesekali kita berbuat curang pada kehidupan dengan memanfaatkan kemiripan kita"
Jawab Juni, tak disangka menanggapi usulan Juli dengan serius.

Juni & JuliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang