13

1.4K 132 152
                                    

Typo 🙏🙏

💖   💖   💖   💖

💖   💖   💖

💖   💖

💖

Disinilah akhirnya Saint berada. Dengan wajah terpoles make up tipis natural. Berbalut jas putih tulang dan juga sebuah hand bouquet cantik yang entah sudah berapa lama dalam genggamannya. Saint menunggu di ujung sebuah lorong gereja yang panjang. Ditemani sinar mentari yang cerah menembus setiap sudut. Dengan semilir angin yang berhembus, seolah mengajak tirai tipis menari lembut. Ujung lorong laksana akhir penantian bagi Saint. Dimana kakinya berpijak dengan getar kegugupan namun sarat akan kebahagiaan. 

Beberapa kali bahu sempitnya bergerak, hembusan nafas pelan mencoba mengusir rasa sesak akibat irama debaran yang tak kunjung mereda. Saint menunggu dengan tak sabar. Berharap pintu besar di hadapannya terbuka, agar apa yang menanti di balik sana segera menjadi miliknya. 

"Sudah siap?" seorang pria paruh baya menyentuh bahu sempit Saint. Rupanya sang ayah telah bersiap diri.

Saint memejamkan mata sejenak, kembali menghembuskan nafasnya, lalu menoleh dan mengangguk.

Lalu melingkarlah tangan putihnya, memeluk lengan kokoh yang jelas tak semuda dulu. Disambut sang ayah dengan senyum dan usapan lembut.

"Jadilah istri yang baik na…!"

Sebuah kalimat singkat, mengusik perasaan sedih di dada Saint. Ditatapnya pria paruh baya itu dengan sudut mata tergenang.

"Jangan menangis, ini hari bahagiamu!"

Sudut bibir Saint terangkat, senyumannya tersungging manis. Mencoba menghapus liquid bening yang telah meluncur bebas menyusuri pipi putihnya.

Hingga saat yang ditunggu tiba, pintu penghalang terbuka. Alunan lagu pengiring terdengar menggema. Langkah kaki gemetarnya melangkah maju, disambut oleh semua pasang mata yang menatapnya penuh kekaguman. Iris matanya langsung menyapa indahnya nuansa putih berpadu warna pink lembut serta rangkaian bunga senada yang tertata rapi menghias setiap jengkal ruangan.

Cantik… Mewah… Indah.. 

Terpukau Saint melihatnya. Membuat degup jantung berdetak kian cepat. Bahkan hamparan karpet merah dengan tebaran ribuan kelopak mawar, seakan mampu melemahkan sendi-sendi tulangnya seiring dengan rasa gugup yang kembali datang.

"Pho, bagaimana jika aku tersandung?" lirihnya.

Nyaris sebuah tawa meledak dari bibir pria paruh baya itu. Sekuat tenaga ia tahan karena tahu itu hanyalah ekspresi kegugupan. Diusapnya pelan punggung tangan Saint yang gemetar.

"Tidak akan, sayang. Pho akan memegang tanganmu." jawaban sang ayah menenangkan.

"Pho janji?." tatapan Saint tak yakin, membuat sang ayah mengulum senyum gelinya.

"Tentu, Saint, kau tenang saja."

Bibir Saint menghembus pelan. Mencoba menekan debar di dada. Menyusuri tempat itu sekali lagi, mengagumi cantiknya dekorasi sebagai penghias hari bahagianya. Seiring usahanya mengurai resah dari dalam hati.

Hingga iris mata cantiknya menangkap sesuatu. Sesosok pria gagah di ujung sana tampak menunggu. Dengan mengenakan setelan serba hitam, menatap dirinya penuh cinta. Membalas tatapan matanya dengan senyum paling menawan.

Deg.. Degup jantung Saint sejenak terhenti. Terpana pada visual tampan disana.

Dialah sang pemilik hatinya.. Dialah pria pemilik raganya segera.. Dan dia pulalah akhir tujuan hidupnya.

Diantara 2 CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang