Malam

85 0 0
                                    

Azan maghrib berkumandang ayah, ibu, Ifa, dan aku bersiap-siap untuk melaksanakan sholat maghrib, ayah selalu sholat di masjid sedangkan aku, ibu, dan Ifa hanya sholat di rumah.

Sambil menunggu waktu isya ibu biasa menyuruh aku dan Ifa untuk membaca Al Qu’ran, sampai azan isya berkumandang.

Setelah melaksanakan sholat isya Ifa bertanya kepada ibu ”Bu kenapa sih ayah kok tidak sholat di rumah saja bareng ibu,kaka dan Ifa?”tanya Ifa .

”Begini sayang Ifa, kaka, dan ibu kan perempuan,perempuan itu baiknya selalu di rumah sedangkan ayah itu laki-laki  nah kalau ayah juga sholat di rumah nanti siapa yang sholat di masjid?” ibu menjelaskan .

”oh... berarti kalo laki-laki harus sholat di masjid ya bu?” Ifa memberikan kesimpulan ”Masyaallah anak ibu yang sholehah pintar sekali, benar sayang ”bu memberikan apresiasi setelah itu memeluk aku dan Ifa .

Ibu, Ifa, dan aku yang sudah siap di meja makan sedang menunggu ayah pulang dari masjid sambil bergurau, tak lama kemudian ayah datang aku dan Ifa berebut mencium tangan ayah.

Ayah mengganti pakaian dan langsung duduk di ruang makan, dengan suasana hening dan damai keluarga kecil kami menikmati makan malam dengan sederhana namun penuh kebahagiaan.

Setelah makan malam selesai aku membereskan dan membawa perlengkapan makan yang telah di gunakan tadi ke dapur lalu mencucinya.

Piring yang akan aku cuci bebas dari sisa makanan karena ibu mengajarkan kami agar tidak membuang-membuang makanan walaupun sedikit, dan kita tidak pernah tau di luaran sana mungkin masih banyak manusia yang tidak seberuntung kita.

Bahkan ada orang-orang bekerja keras hanya untuk bisa makan, dan di luaran sana mungkin masih ada orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, lalu tidur dimanapun dengan tempat yang mereka temukan agar bisa beristirahat dan tidak jarang mereka menahan rasa lapar.

Itulah cerita ibu yang selalu membayangiku saat aku ingin menyia-nyiakan yang sudah ada.

Setelah selesai mencuci piring aku pun langsung ikut berkumpul di ruang tamu yang biasa kami gunakan untuk berkumpul dengan keluaga kecil kami di saat malam hari.

Meski hanya sebatas perkumpulan seperti ini tapi bagi ku saat-saat seperti ini yang selalu aku tunggu karena masih bisa merasakan berkumpul dengan orang-orang  yang aku sayang dan yang menyayangi aku, hal ini yang tidak aku dapatkan di mana pun kecuali di rumah ini bersama mereka.

Dulu pernah aku berpikir mengapa ayah atau ibu tidak suka menggajak ku keluar bersama keluarga untuk berpiknik atau untuk makan malam di luar, seperti yang sering  aku dengar dari cerita teman ku bersama  keluarganya.

Ternyata aku hanya kurang bersyukur dan selalu melihat ke atas dan tidak melihat kebawah.

Aku tersadar waktu itu, saat ayah keluar kota selama tiga hari.

Rasanya ada yang kurang selama tiga hari itu, setelah ayah pulang dari luar kota ayah mengajak keluarga kecilnya pergi ke luar untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan disaat itu aku merenung, mungkin orang tua teman-temanku sibuk dan di saat ada waktu mereka selalu menghabiskan bersama di luar.

Dan di saat itu tidak ingin jauh dari mereka karena lebih baik selalu bersama meski dalam kesederhanaan daripada suatu hal istimewa namun sering berpisah dengan orang yang kita sayang.

Hari mulai malam udara dingin pun menyentuh kulit, canda tawa dan kehangatan di ruang tamu pada malam hari ini pun harus berakhir karena besok aku dan Ifa masuk sekolah.

Ibu menyuruh aku dan Ifa ke kamar mandi lalu mengambil air wudhu  sebelum tidur  setelah itu kami langsung menuju kamar untuk tidur, tak lupa aku dan Ifa berbagi tugas untuk merapihkan kembali tempat tidur yang sebelumnya sudah rapih namun harus di bersihkan kembali untuk memastikan tidak ada yang menggagu kenyamanan saat tidur. Setelah selesai lalu membaca doa sebelum tidur.

Jangan Lupa BersyukurWhere stories live. Discover now