16 • Dinner •

48 11 0
                                    


💍💍💍

Di dalam kamar mandi, Arrum membasuh wajah dan mengompres kedua kelopak matanya yang membengkak akibat menangis dalam waktu cukup lama. Ia menatap pantulan dirinya yang begitu menyedihkan dalam cermin, lalu air mata yang sedari tadi di tahannya kembali luruh. Arrum merasakan banyak rasa dalam satu waktu, ia marah, kesal, sedih, kecewa, namun tidak ada lagi yang dapat ia lakukan selain menangis. Arrum tidak lagi ingin memohon pada kedua orang tuan nya untuk membatalkan perjodohan ini, jika selalu berujung perdebatan tanpa penyelesaian.

Arrum membersihkan dirinya lalu mengenakan kebaya modern, model dress panjang berwarna putih tulang, dengan lengan pendek. Hari ini keluarga nya di undang untuk menghadiri pernikahan salah satu kerabat, sekaligus melakukan pertemuan dengan keluarga Akshara untuk membahas pernikahan.


"Arrum, boleh Ibu masuk?" Suara Istari- Ibu Arrum terdengar setelah tiga kali ketukan pintu.

Arrum yang sedang merapikan rambutnya di depan cermin teralihkan, ia berjalan kearah pintu dan membuka kunci nya.

Istari melihat putri semata wayang nya itu dengan wajah berbinar, putri kecilnya cepat sekali beranjak dewasa. Dress yang membalut tubuh putrinya itu sangat cantik dan begitu pas.

"Kenapa, bu? Jelek ya," ucap Arrum, ketika melihat Istari hanya diam menatapnya dari atas hingga bawah.

"Cantik, sayang. Cantik sekali."

Arrum tersenyum kecil, lalu kembali pada wajah datar dan murungnya. Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan itu semua, terutama di hadapan ibunya.

"Sudah? Ayo ke bawah." Ajak Istari.

Arrum mengangguk, mengambil tas hitam berukuran kecil miliknya lalu mengekori Istari di belakang nya.

Arrum menghentikan langkahnya tepat di anak tangga terakhir. Sofa ruang tamu yang terlihat dari tempat ia berdiri sekarang ini menampilkan ayahnya yang sedang mengobrol dengan Akshara. Hal itu membuat nya semakin enggan untuk pergi dan hadir dalam pertemuan keluarga malam ini. Tidak bisakah Akshara membiarkannya? Haruskah ia berangkat malam ini juga bersama nya?

A R R U M POV

Aku membalikkan tubuh, bersiap untuk kembali ke kamar dan menjalankan misi pura-pura sakit supaya tidak jadi pergi ke acara itu, namun nahas suara bariton ayah lebih dulu memanggil ku, menyapa indra pendengaran yang detik itu juga ingin ku abaikan tapi nyali ku ciut dan malah menurut, lalu menghampiri ayah.

"Duduk," titah ayah, namun ku hiraukan.

"Ayo, yah. Nanti macet di jalan, malah jadi terlambat."

"Duduk Arrum, sapa Akshara terlebih dahulu." Titah ayah, sekali lagi.

Aku tetap berdiri, melihat kearah Akshara sekilas lalu tersenyum paksa tepat di hadapan ayah.

"Arrum tunggu di depan, kalau lama Arrum naik transportasi online aja." Ucap ku singkat, padat, dan jelas.

Aku melangkah secepat mungkin meninggalkan ruang tamu yang terasa mencekam karena takut ayah akan marah atas perilaku dan sikap ku, menuju pintu luar. Tepat di depan gerbang, aku mengambil ponsel ku di tas dan mulai membuka aplikasi transportasi online yang baru saja terinstall. Aku tidak pernah menggunakan aplikasi ini sebelumnya, karena selama ini, kalau tidak di antar ayah atau supir, aku akan pergi menggunakan transportasi umum biasa dan nebeng Laras atau Dimas.

Dear, Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang