Savior

134 30 53
                                    

°°°

“Apa kalian merasakan kehadirannya?”

“Awalnya aku merasa ragu, tetapi keberadaannya terasa semakin jelas. Ia telah kembali.”

“Akan terasa sangat sulit untuk menerima hal ini.”

“Hanya dengan menduga-duga, tidak akan menyelesaikan masalah. Aku akan mengunjungi pemimpin baru kita, juga bertatap muka dengan Savior.”

“Callahad, jangan membuat masalah.”

“Kalian yang hidup bercampur dengan manusia dan membiarkan kekacauan ini terjadi, tidak berhak memberiku nasihat sama sekali.”



°°°


Sialan. Aku tidak menduga aku akan kalah hari ini, bagaimana bisa aku membeli daun bawang dengan harga mahal!? Kau sudah diperdaya Rayshane, kau diperdaya oleh senyum manis dari anak gadis Paman penjual sayur!

Aku berdecak kesal sepanjang jalan menuju ke rumah. Hari ini sekolah libur dan akhir pekan, sudah saatnya aku berbelanja isi rumah. Dari beberapa pertarungan, aku hanya kalah pada Paman penjual sayuran. Pada pertarungan berikutnya, aku tidak akan kalah!

Namun, berbelanja hari ini cukup membuatku puas.
Aku mendapat banyak potongan harga juga sampel gratis dari toko kelontong langganan, haha. Omong-omong, langitnya terlihat mendung, tetapi kenapa hawa di sekitarku terasa panas sekali sejak tadi?
Rasanya seperti ada yang menyalakan api di dekatku. Apa aku dikutuk?


“Halo!”

Aku tersentak karena suara yang tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang. Belum sempat menoleh untuk mencari tahu, penglihatanku spontan kabur karena cahaya terang yang menerobos dan membuatku sulit untuk tetap berdiri tegak.

Aku berusaha menggapai sesuatu, nihil. Tubuhku oleng.
Kini, entah ilusi atau nyata, tetapi aku merasa tanah yang aku injak bergetar. Aku sempat mengira sedang terjadi gempa bumi sampai aku kembali mendengar suara. “Ternyata pemimpin baru kita manusia lemah ini? Yang benar saja! Bukannya masih lebih bagus aku yang jadi pimpinan jika memang para Limmerence itu sudah tidak peduli lagi?”

Pimpinan? Pimpinan apa yang pria ini bicarakan?
Aku gelengkan kepala kuat-kuat dan mulai memaksa mataku untuk terbuka; berdiri di hadapanku seorang pria dengan tubuh besar dan tinggi. Aku yakin tingginya lebih dari dua meter, dan otot-otot pada lengan juga dadanya terlihat begitu mengerikan.

Tanpa sadar aku menelan ludah, jantung mulai berdetak kencang dan seluruh tubuhku dingin. Aku takut. Aku bahkan terlalu takut untuk buka suara.
Aku berani bersumpah aku tidak pernah buat masalah, terutama dengan mereka yang tidak akan pernah bisa aku kalahkan dalam baku hantam! Satu kali pukulan cukup membuatku terbang ke Surga dengan instan.

“Anak ini bahkan lebih bodoh dari yang aku duga. Sudahlah, tidak usah banyak bicara dan habisi saja. Aku sungguh sudah lapar.” Seorang perempuan yang entah berasal dari mana tiba-tiba saja berdiri di samping Si pria. Berbanding terbalik dengan Si pria, Kakak perempuan ini memiliki rambut keemasan panjang dan bola mata berwarna lautan. Cukup dengan satu kali pandangan, aku sudah bisa pastikan kalau Kakak perempuan ini cantik sekali. Bahkan sepertinya, rasa takutku sedikit berkurang. Hehe.

... tunggu dulu!
Aku ini sedang dalam keadaan bahaya! Aku bisa mati sungguhan jika pria berbadan besar dengan rambut seperti sarang lebah ini benar-benar mengincarku.


“M... maaf, sepertinya kalian salah orang. Aku, aku tidak tahu tentang pimpinan yang kalian bicarakan... jadi, jadi aku bukan target yang kalian inginkan!”

Ini adalah sisa tenaga yang aku punya; untuk mengajak bicara lebih dahulu.
Mungkin dengan bicara hingga mencapai satu kesepakatan yang adil dan bijaksana akan membuatku selamat dari kematian, kalau beruntung, aku bisa berkenalan dengan Kakak perempuan yang cantik ini.

Apa aku bertingkah keren sebentar? Bukankah gadis-gadis suka pria yang seperti ninja berambut bokong ayam itu? Aku masih ingat bagaimana Naya berteriak histeris saat ...

“Omong kosong! Kau pikir kau bisa mengelabui kami? Hah! Aku benci sekali pada pria pengecut dan memilih lari dari masalah. Aku akan buat kau menikmati saat-saat terakhirmu!” Pria besar di hadapanku menggeram, dan sekarang bisa aku lihat ada kilatan cahaya di kedua bola matanya. Tatapannya tampak serius seolah sedang memberitahu jika aku akan benar-benar mati hari ini.

Namun, manusia mana yang tidak mencoba lari saat bertemu dengan orang yang akan membunuhnya? Memangnya aku ini salah satu dari kumpulan ninja yang aku bicarakan tadi? Sebenarnya apa yang terjadi!?
Aku tarik napas perlahan dan coba bicara sekali lagi. Maksudku, melakukan negosiasi tidak bisa jika hanya satu kali coba bahkan aku ditawari hingga tiga kali saat membeli daun bawang tadi.

“Aku sungguh tidak tahu apa yang kalian bicarakan, aku tidak tahu kalian siapa dan kenapa kalian bertindak seperti ini. Aku hanya murid sekolah biasa, aku berkata jujur! Aku tidak mengerti, apa lagi kenal dengan pemimpin yang kalian ucapkan tadi!” Kupasang wajah serius setengah memohon, nyawaku adalah taruhannya.

Polisi.

Aku harus panggil polisi jika bicara tidak akan menyelamatkan nyawaku yang berharga ini. Seingatku ada satu pos polisi di dekat sini, kalau aku lari secepat mungkin sepertinya aku akan selamat. Mau bagaimana lagi? Pilihannya hanya mencoba atau mati sia-sia.

“Kau tidak tahu siapa kami!? Kau tidak tahu apa itu Heirs!?”

“Hentikan omong kosong ini Zarkesh. Sampai kapan kau akan ikut permainannya? Kau mau terus bicara lalu membiarkannya kabur begitu saja?”

Bahkan saat marah kakak ini cantik sekali, aku semakin ... tidak! Tidak boleh begini! Aku ini sedang dalam bahaya!

Baik.
Dalam hitungan ketiga aku akan lari.
Kalau memang aku mati hari ini, apa boleh buat. Aku hanya menyesal karena belum sempat membaca majalah yang aku curi dari bawah tempat tidur Diaval.

Satu ... tiga!

Brak!

Astaga!
Belum sempat aku beranjak aku sudah kembali dikejutkan munculnya makhluk aneh di sampingku. Aku menoleh, kudapati sosok makhluk dengan pakaian serba putih dan juga topeng yang menutup sebagian wajah. Rambutnya panjang, berkibar tidak kalah dari pakaian yang dikenakan. Aku merasa pernah melihat sosok ini.

“Anda baik-baik saja Tuan? Apa saya datang terlambat?” Si makhluk asing kini berjongkok, tangannya meraih kedua tanganku bergitu saja seolah tengah memeriksa. “Tangan, kaki, kepala, semuanya lengkap. Jadi bisa saya asumsikan Tuan baik-baik saja. Mereka amatir ternyata, dalam waktu sebanyak ini belum juga bertindak. Tuan beruntung sekali.”

Aku masih diam, entah karena terkejut dengan apa yang terjadi atau karena apa yang makhluk ini ucapkan. Maksudku, apa dia berharap tanganku putus satu?

“Savior!? Bagaimana mungkin kau bisa ada di sini!? Kau menghilang dua tahun lalu!”

Hah? Apa makhluk aneh di sampingku adalah mantan pacar Kakak perempuan ini yang menghilang saat Kakak sedang sayang-sayangnya!?


“Jangan percaya begitu saja Soveyn! Sejak Savior menghilang, memangnya sudah berapa kali kita temui para Heirs yang berpura-pura jadi dia?” Pria besar yang aku percaya bernama Zarkesh ini melengos lalu meludah. “Kau pikir kami percaya padamu? Memangnya kami percaya kalau kau adalah Limerence!?”

Oh? Bukan?
Ternyata hanya Limmerence.
...
Limmerence!? Makhluk abadi yang bertugas melindungi manusia!? Limmerence yang baik hati dan sangat mulia dan menjalankan tugas dari Sang bijaksana!?
Aku selamat!
Aku selamat hari ini!

Oh Sang bijaksana...
Aku tidak akan mati!
Aku tidak akan lagi meragukan kemuliaan hati mereka, tidak akan lagi beranggapan buruk tentang mereka. Mereka makhluk suci yang berhati sangat lembut dan peduli!

“Saya tidak minta kalian untuk percaya, saya tidak peduli. Jangan banyak bicara, jadi maju saja. Mungkin kehilangan salah satu anggota tubuh lalu mati menggelepar di jalan adalah jalan takdir kalian, para amatir. Jika kalian tidak mau maju, maka saya yang akan maju. Saya benci sekali dengan para amatir yang hanya banyak bicara.”


Aku tarik kembali kata-kataku barusan.


°°°

The Oblivion [ Revisi / Republish ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang