New Ruler

114 25 36
                                    

"Ketika kita bertemu kembali, bagaimana aku harus menghadapimu? Dengan diam, tangisan atau hunuskan pedang?"

°°°


Belum sempat aku mengerjapkan mata, bayangan kelam pria di sampingku telah melintas seperti kilat. Gerakannya begitu cepat hingga penglihatanku tak mampu menangkap detailnya, hanya sisa-sisa bayangan kabur yang tertinggal di retina.

Tanpa sadar aku menahan napas, jantung masih sibuk berdegup bercampur keringat yang tak mau kalah. Aku berusaha tetap awas dan tiba-tiba suara desingan menusuk telinga, diikuti bunyi benda tumpul menghantam keras. Aku bersyukur aku mampu menahan suara untuk tidak berteriak karena rasa terkejut!

Kini, pandanganku terpaku pada sosok kekar yang beberapa saat lalu masih mengancam, terkapar tak berdaya di atas aspal kasar. Aku meringis, bisa aku bayangkan rasa sakit yang ia rasakan. Pria bernama Zarkesh itu merintih kesakitan, tangannya menggenggam erat dada yang membuncah darah segar. “Agh!” Suara teriakan Zarkesh membuatku merinding.

Darah merah membanjiri aspal, menciptakan pola menyeramkan yang menjalar cepat. Dari celah jemarinya yang meremas, darah terus mengalir deras, membentuk genangan kecil di bawah tubuhnya. Buru-buru aku menutup mulut agar tidak muntah, rasa mual mulai menguasai dan bisa aku rasakan tubuhku gemetar.

Disela-sela menahan rasa mual, aku melihat, di tangan makhluk abadi itu terhunus sebilah pedang. Sejak kapan ia mengeluarkannya? Jadi, beliau menyimpan senjata mematikan di balik pakaiannya!?

Ugh, Sang bijaksana. Perasaanku sekarang campur, antara ketakutan yang tadinya membelenggu lalu berganti menjadi rasa lega. Terlambat sedikit saja, akulah yang akan berbaring di aspal. Memikirkannya saja membuatku cukup untuk tidak sadarkan diri.


“Saya minta maaf jika saya sedikit keras, tapi saya pastikan saya tidak membunuhnya,” jelas makhluk mengerikan maksudku Limmerence ini padaku.

“Apa, apa tidak apa-apa di... dibiarkan begitu?” Pertanyaanku kacau karena rasa takut bercampur mual karena bau amis darah, yang aku maksudkan apa tidak masalah Limmerence yang agung ini melukai orang-orang begitu saja? Aku tahu mereka bermaksud membunuhku, tetapi bukankah Limmerence itu makhluk abadi penuh belas kasih?

“Oh? Tuan lebih memilih saya membunuhnya? Boleh juga, saya hanya tidak tahu jika Tuan memiliki pemikiran yang sama dengan saya.”

Tunggu dulu! Oh Sang bijaksana! Apa semua Limmerence seperti ini? Dia bahkan terlihat seperti kriminal kelas atas dibanding penyelamat!

“Zarkesh!
Aku sudah katakan padamu, dia itu benar-benar Savior! Kenapa kau malah ... sudahlah, bangun! Ayo bangun dan pergi dari sini!” Kakak perempuan cantik itu berlari menghampiri temannya yang sudah tampak kesulitan untuk bernapas. Bisa aku lihat raut wajah penuh rasa cemas dan tatapan mata yang berganti meminta pengampunan.

“Pergi? Pergi ke mana? Bukankah kalian yang memulai semua ini? Saya hanya melanjutkan acaranya saja. Mari kita selesaikan pertarungan hingga tidak ada lagi Heirs amatir seperti kalian yang melakukan hal konyol, saya akan buat kalian sebagai contoh yang baik.”
Suaranya terdengar berat dan penuh penekanan, seperti suara pengisi tokoh jahat dalam film. Hanya suara, iya benar, hanya suaranya saja, aku tidak sedang mengatakan jika Limmerence yang ada di sampingku ini jahat, hanya ... tidak sabar saja.


“Savior ampuni kami! Kami hanya tidak menerima pria lemah itu yang jadi pemimpin kami! Kau menghilang begitu saja selama ini tanpa diketahui siapapun! Kau kemana!? Hah, hah. Jika kau melepaskan kami, kami akan pastikan untuk memberi peringatan pada Heirs lainnya!”

Sang Limmerence yang ada di sampingku ini diam untuk beberapa saat. Ia melirik ke arahku sebelum menjawab.

“Saya ikut Wajib militer.”

Bagaimana?

“Dan saya tidak perlu bantuan kalian untuk memberi peringatan atau semacamnya. Saya senang-senang saja untuk menyapa mereka satu per satu. Jadi, pembahasan ini sungguh sia-sia.”

“Savior!”

Suara teriakan perempuan itu menjadi batas dari sisa tenaga yang aku punya, tidak mampu lagi aku untuk tetap sadar dan buka mata. Oh Sang bijaksana, lindungi pengikutmu ini.

Brak-


°°°


“Ray!
Rayshane! Rayshane bangun! Kau pikir ini masih jam enam pagi!? Bangun!”

Mataku terbuka.
Pandanganku mengedar; ruangan sempit dengan dinding kamar yang warnanya sudah kusam, lemari penuh buku, meja dan kursi kayu lapuk yang sepertinya akan roboh dalam waktu dekat. Ini kamarku.
Ugh.
Dari kepala hingga kaki, semua sendi terasa sakit bahkan remuk. Aku tidak bisa mengingat bagaimana akhir dari mimpi buruk kemarin. Apa itu Cuma mimpi? Aku berharap begitu, meski rasa sakitnya terlalu nyata.

“Tuan? Anda sudah bangun?”

Aku terkesiap, buru-buru kulirik suara yang ada di sebelah. Makhluk bertopeng dengan pakaiannya yang terlihat seperti kain putih berukuran lebar dan dililitkan ke tubuh. Melihat sosok makhluk ini membuatku ingin menangis, ini bukan mimpi dan benar-benar ada orang yang mau membunuhku! Apa aku dulunya pengkhianat dunia hingga punya dosa sebesar ini!?

“Tuan, jika Anda sudah bangun, bagaimana jika temui anak perempuan yang terus berteriak di depan sana? Dia terus memanggil Anda.” Penjelasan beliau membuatku semakin malas untuk bangun, aku tahu betul siapa yang tengah Limmerence ini bicarakan; Naya. Dari sini pun aku sudah bisa mendengar teriakannya. Naya selalu membangunkanku setiap pagi agar kami bisa berangkat sekolah bersama... sekolah!
“Tuan, anak perempuan itu bilang dia akan menghancurkan pintunya jika tidak dibuka juga. Tuan, saya khawatir jika anak perempuan itu adalah bagian dari... “

Pintuku yang berharga!

Spontan aku melonjak berdiri meninggalkan kasur, tidak akan aku biarkan Naya menghancurkan apa pun! Apa dia tidak tahu berapa biaya memperbaiki fasilitas rumah!? Rasa sakit ini bukan apa-apa dibanding dengan rasa sakit ketika aku harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak!

Kubuka pintu dengan perasaan meluap-luap.

“Ray! Kau pasti... astaga! Rayshane, kau baik-baik saja? Wajahmu pucat,” tanyanya dengan tatapan mata penuh rasa khawatir. Apa seburuk itu? Aku tidak sempat melihat penampilan atau wajahku, entah masih lengkap atau tidak aku tidak tahu. Aku mengangguk perlahan.

“Aku baik-baik saja, hanya butuh istirahat satu hari sepertinya. Kau bisa katakan pada wali kelas?”

“Kau yakin tidak mau ke dokter? Aku bisa... eh?” Naya tiba-tiba saja menutup mulutnya dengan tangan, lalu wajahnya tampak memerah malu-malu. Jangan bilang kalau wajah sakitku membuatnya jatuh hati. Hehe.

“Kau mau bilang apa? Kau mau... astaga!”

Brak!

Karena rasa panik dan kaget yang luar biasa aku menutup pintunya begitu saja. Aku tidak tahu jika Limmerence agung mengikutiku dari belakang! Melihat pria yang memakai pakaian tidak senonoh berdiri di hadapannya, wajar saja Naya memasang muka begitu.
“Tuan? Ada apa? Apa Anda malu saya ada di sini? Bukankah kita sudah melewati malam bersama?”

Limmerence dengan rambut panjang hitamnya ini memiringkan kepala dan menatapku penuh tanya. Tidak bisa aku pastikan bagaimana mimik muka yang beliau pasang karena topeng aneh yang ia pakai ketika kalimat janggal tersebut keluar dari mulutnya begitu saja. Jika diperhatikan lebih lama, topengnya tampak terbuat dari kayu. Warnanya cokelat tua dan mirip wajah orang tersenyum, bagian anehnya, topeng yang dipakai hanya menutup setengah wajah. Bagian bibir dan dagu beliau masih bisa terlihat jelas.

Di luar dari pada itu, apa genre cerita ini sudah berganti? Apa jangan-jangan aku berada dalam cerita “Pico milikku”?
Kata-katanya tidak salah tapi tidak benar juga!

“Rayshane?
Ray! Kau tidak mau ke Dokter!?”

“Tidak perlu! Tolong sampaikan pada guru saja! Maaf Naya, aku tidak bisa buka pintunya, penyakitku menular! Terima kasih Naya! Aku akan kembali ke dalam rumah dan hati-hati di jalan!” Aku berteriak membalas pertanyaan Naya agar gadis itu tidak memaksaku untuk buka pintu. Kembali aku menatap Limmerence agung di hadapanku dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Jujur saja, aku bingung harus bersikap bagaimana pada makhluk ini. Beliau adalah Limmerence agung yang menjaga keamanan manusia, tetapi kenapa dia memanggilku dengan sebutan Tuan? Jadi, aku benar pemimpin baru? Atas dasar apa? Atas dasar pria paling pandai bernegosiasi dalam pembelian bahan makanan?


“Tuan?”

“Bisakah... bisakah aku dapat penjelasan tentang semua ini?”


°°°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Oblivion [ Revisi / Republish ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang