Rempong

7 2 0
                                    

Suara nyaring alarm dari ponsel Yasmin menggema dalam kamarnya, membuat sang pemilik terkejut dan segera membuka matanya. Mengerjab beberapa kali sebelum tangannya berhasil meraih benda tipis itu. Dengan mata yang kembali menyipit, ia berusaha melirik layar ponselnya yang menyilaukan mata. Baru menekan sesuatu di layar itu hingga suara alarm lagu BTS berhenti sempurna. Mencoba menghirup oksigen dalam kegelapan lalu menghembuskannya dengan kasar.

Masih dalam posisi telentang dengan ponsel di tangan, Yasmin memutuskan untuk beranjak dari kasur empuk yang paling ia cintai. Menekan sakelar lampu hingga kamarnya terang benderang bagai cahaya lampu sorot di ruangan interogasi kepolisian. Sekali lagi, Yasmin melirik layar ponselnya, mungkin melihat jam berapa sekarang.

“Astaga!” serunya terkejut.

Yasmin bergegas meraih handuk yang menggantung di belakang pintu kamarnya, melempar ponsel ke kasur lalu keluar menuju kamar sahabatnya, Leci.

Yasmin menggedor pintu kamar Leci, menyerukan nama sahabatnya berkali-kali dengan tergesa. Lumayan lama, hingga Leci akhirnya membukakan pintu kamarnya. Dengan wajah tak berdosa dan rada sedikit kesal akibat kegaduhan yang dibuat Yasmin, Leci langsung mengumpat.

“Apaan sih, Yas?? Udah kayak kebakaran bulu aja!”

“Ini jam berapaaaa?? Cepetan mandi, kuliah kagak??”

Leci langsung membelalakkan matanya, mengusap sudut matanya beberapa kali akibat belek mata yang tersangkut, menghalangi pandangannya. Leci gelagapan, bingung mencari handuknya yang entah kemana perginya. Seruan Leci yang sedang mencari handuknya membuat Yasmin jengah, lalu berniat meninggalkannya.

Baru saja Yasmin berbalik hendak melangkah, Leci langsung mencengkram lengan sahabatnya itu, mengguncang tubuh Yasmin sambil berseru, “Handuk gua di mana??? Lu liat kagak?”

Dengan santai Yasmin menoleh lalu menjawab, “Kagak usah pake handuk, lu keringin badan pake kipas angin aja sono!”

Yasmin mengubris cengkraman tangan Leci, hingga lengannya bebas lalu segera pergi menuju kamar mandi. Meninggalkan Leci yang mencibir Yasmin di depan pintu kamarnya.

Yasmin melakukan ritual paginya dengan tenang di dalam kamar mandi, sebelum negara api menyerang, eh, maksudnya sebelum suara kegaduhan Leci kembali menggema di balik pintu sana.

Duukk.. Duukk.. Duukk..

Benar saja, suara gedoran pintu kamar mandi. Yasmin menghentikan gerakkan tangannya yang memegang gayung, hendak mengguyur air lagi ke tubuhnya, lalu perlahan mengernyitkan alisnya, menyipitkan matanya, merapatkan kedua mulutnya ala sticker Whatsapp yang sekarang sedang kekinian itu. Beberapa detik kemudian suara Leci kembali menggelegar.

“Yaass, cepetan!!! Lu mandi udah kayak puteri keraton aja, kemayu banget!” teriaknya.

“Bawel deh lu! Baru juga kelar sabunan. Makanya pagian bangunnya,” sahut Yasmin cuek.

Leci kembali mencibirkan bibirnya pelan lalu berbalik arah, menyandarkan dirinya ke dinding. Membuka ponsel yang sedari tadi mamang dipegangnya. Tunggu dulu! Membuka? Maksudnya bukan membongkar ponsel itu, tapi membuka kayar kuncinya, eh, membuka ... melihat isi ponselnya, eh, ya itulah pokoknya! Intinya Leci melihat apa yang ditampilkan oleh layar di ponselnya.

Semenit...
Dua menit...

Yasmin tak kunjung keluar dari kamar mandi. Hanya bunyi guyuran air yang terdengar dari luar kamar mandi, membuat Leci semakin bosan berdiri menunggu. Perlahan Leci menjalankan punggungnya yang menempel di dinding, merosot ke bawah, semakin ke bawah hingga akhirnya posisinya sekarang duduk berjongkok di samping pintu kamar mandi, masih terfokus dengan layar ponselnya.

Three Mba GetirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang