A/N : Sekadar mengingatkan, beberapa bagian dari cerita ini hanyalah rekaan author, jadi jangan dianggap beneran terjadi di Webtoon-nya. Sekali lagi, beberapa--//dah woey, emangnya pengumuman sekolah yang diulang ampe dua kali--
Sejak dulu, Enryu selalu menyukai Arlene Grace.
Wanita itu mempunyai sifat ceria, polos, dan hangat yang dapat membuat semua orang tertarik padanya. Enryu pun tidak terkecuali. Pria itu selalu menemukan dirinya tersenyum ketika berada di dekat Arlene. Arlene bagaikan cahaya yang walaupun tidak sebesar matahari di atasnya, namun sama terangnya.
Tidak hanya itu, Arlene juga wanita yang berbakat dan cerdas. Ilmu mantranya tak pernah gagal membuat Enryu takjub. Dia bahkan tak yakin dia bisa menangkal mantra-mantra Arlene walaupun dengan kemampuan shinsu-nya yang dibilang-bilang sangatlah kuat oleh yang lain.
"Tuan Enryu! Kau datang lagi!"
Arlene melangkah keluar dari rumahnya melihat kedatangannya dari balik bayangan hutan. Enryu mengangkat tangannya dan melambaikannya sebagai sapaan, sedikit menyerukan balasannya, "Tentu saja! Kau bilang kau punya sesuatu yang ingin kau tunjukkan padaku, bukan?"
Rambut hitam kecoklatan panjang wanita itu sedikit berayun saat dia menghampiri Enryu, manik emasnya berbinar di bawah cahaya matahari pagi, dan senyumnya tampak sangat cerah di mata Enryu, "Ayo masuk, Tuan Enryu! Aku sudah menyiapkan tehmu di ruang tamu!" ujarnya bersemangat.
"Arlene, kau tidak perlu seformal itu denganku, kau tau" Enryu berkata dengan tawa kecil saat dia mengikuti Arlene memasuki rumah sederhana yang terbuat dari kayu itu, menghirup bau tumbuhan dan teh yang khas. Rumah Arlene terletak di luar sebuah hutan lebat yang berada di sebuah bukit berumput. Enryu merasa lokasi itu cocok untuknya.
Disini, keadaan tidak seramai desa tempatnya tinggal, namun tidak terlalu terpencil sehingga Arlene terkadang suka mengunjungi desa untuk menyapa dan membantu para penduduk. Disini, Arlene bisa menenangkan diri, ditemani oleh gemersik pelan dedaunan dan hembusan lembut angin yang senang menyapanya.
Disini, Arlene bisa mengangkat kepalanya ketika malam, dan melihat puluhan ribu bintang menghiasi langit, bercahaya terang seperti manik emasnya. Dia selalu menyukai bintang, mengagumi betapa indahnya mereka walaupun berada di kegelapan angkasa yang tak terbatas.
"Tapi Tuan Enryu adalah orang penting, kan? Tuan Enryu pernah bercerita bahwa Tuan adalah pembawa pesan dari orang yang sangat berkuasa. Aku hanya merasa itu bukanlah posisiku untuk memanggil Tuan dengan nama Tuan saja"
"Kau sungguh wanita terhormat, Arlene"
"Terima kasih banyak, Tuan Enryu"
Enryu duduk di kursi dan meraih cangkir teh yang telah disediakan Arlene sementara wanita itu permisi sejenak untuk mengambil sesuatu dari kamarnya. Menyisip sedikit minuman tersebut, Enryu kembali tersenyum oleh rasa dan kehangatan yang familiar yang menuruni tenggorokannya.
"Tuan Enryu, kemarilah!"
Alih-alih dari kamar Arlene, suaranya muncul dari halaman belakang Arlene yang menghadap langsung ke hutan. Enryu segera menghabiskan tehnya dan beranjak ke halaman belakang, menuruni tangga kecil dari kayu tersebut. Arlene berdiri di hadapannya, dengan sebuah bel perak dan kain hitam di tangannya.
"Apa itu, Arlene?" Enryu sedikit memiringkan kepalanya saat menanyakannya.
"Aku menyebut ini 'Bell of Dawn', Tuan" Arlene berkata dengan senyum lebar, "Aku menemukannya kemarin pagi di gua yang tersembunyi jauh di dalam hutan bersama kain ini di sampingnya. Setelah kuteliti semalaman, aku mengetahui bahwa bel ini mempunyai kekuatan untuk mengusir roh jahat apapun yang mendengar dentingannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Rage
Fanfiction(Warning : Berisi spoiler bagi penonton anime dan pembaca Webtoon yang belum selesai) Sebuah potongan kisah masa lalu, dimana keadaan di dalam Menara belum berkembang seperti yang kita ketahui, dimana Raja Jahad dan Para Petarung Hebat baru saja mu...