Ch. 3 : Keputusan

224 31 11
                                    

"Kau ngapain?"

"Pengen ngikut"

Enryu memandangi Urek dengan tajam, namun pria itu tampak tidak takut sama sekali. Yang ada, seringainya hanya tumbuh semakin lebar.

"Hei, aku sudah lama tidak mengobrol dengan Arlene. Dan para penduduk desa bilang bahwa dialah yang mengeluarkan roh jahat dari tubuhku waktu itu kan? Aku belum berterima kasih padanya lho!"

Enryu memutar bola matanya, "Ya terserah kau saja sih. Ayo"

"Wohoo!" Urek mengepalkan tinjunya dan menarik sikunya ke belakang, terlihat senang sekali dengan pemikiran bisa bertemu Arlene lag

Dua pria itu kemudian berjalan bersama menuju bukit tempat Arlene tinggal, merangsek menembus hutan yang lebat dengan mudah dan tanpa kendala sama sekali.

Atau setidaknya itulah yang Enryu pikirkan.

Ada kalanya Urek malah iseng manjat pohon dan berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cepat, ingin sampai ke rumah Arlene lebih dulu.

Enryu yang sedikit tertinggal di belakang Urek kemudian mengangkat tangannya tepat saat Urek sedang melompat, pura-pura menghalangi sinar matahari yang lolos dari dedaunan lebat, padahal mah dia menggunakan Reverse Flow Control pada Urek, sontak menghentikan gerakannya di tengah udara.

Alhasil dia jatoh ke semak-semak.

"ENRYU!!! NGAPAIN SIH?!?!" Urek auto ngambek, membersihkan dedaunan yang menempel di jaket hitamnya dan membenarkan posisi topi putihnya yang sedikit miring gegara jatuh tadi.

"Maaf. Aku tidak sengaja" Enryu berkata dengan tenang, sama sekali tak memperlambat langkahnya untuk membantu.

"Hilih kepalamu gak sengaja. Pasti tadi niat kan?"

"Iyalah. Apalagi memangnya?"

Perempatan Ciamis auto nongol di kening Urek.

"Cih, untung kuat, kalau nggak pasti udah kujitak"

"Heh, sembarangan ya kamu"

Sesampainya di rumah Arlene, Enryu mengetuk pintu kayunya perlahan sebanyak tiga kali, berdiri tegak ketika dia dan Urek menunggu sang pemilik rumah untuk membukakan pintu. Terdengar suara langkah kaki mendekati mereka, sebelum pintunya berayun terbuka.

"Tuan Enryu!" Arlene menyapanya dengan ceria, dan dia sedikit terkejut melihat siapa yang ada di sampingnya, "Oh, ada Urek juga! Ayo, silakan masuk!"

Arlene menjamu mereka berdua dengan teh buatannya yang khas. Enryu selalu senang meminumnya, dan Urek meminumnya dengan air mata bahagia karena jarang-jarang dia dijamu sebaik ini oleh wanita.

Ya soalnya sifatnya rada anjlok sih. Lanjut.

"Tumben sekali kau datang kesini, Urek. Tentunya aku merasa senang, namun aku penasaran. Apakah ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" Arlene tersenyum manis padanya.

"Aku ingin bilang bahwa kau cantik seka-- Gyaa!" Urek memekik saat Enryu menjewer telinganya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya sedang memegang cangkir teh, "Ma- Maksudku aku ingin berterima kasih karena telah mengeluarkan roh jahat itu dariku!"

Barulah Enryu melepas cengkramannya dari daun telinga Urek yang langsung memerah, kembali menyisip tehnya dengan tenang.

"Sama-sama, Urek. Bukan masalah bagiku" Arlene menganggukkan kepalanya, menganggap seakan-akan dia tidak pernah melihat Urek dijewer oleh Enryu, "Aku senang bisa membantu, dan aku lega melihatmu sudah baik-baik saja. Kau pulih dengan cepat setelah pertarungan dengan Tuan Enryu, bukan?"

Rain of RageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang