Siang itu adalah siang yang cerah di lantai 43.
Banyak orang terlihat sedang berjalan menuju kuil megah yang terletak di pusat lantai, membawa bendera dengan lambang Raja Jahad ataupun benda lainnya yang mereka bawa untuk pemujaan terhadap sang Raja Menara. Di sekitarnya, bangunan-bangunan berdiri, dengan para penghuninya yang berlalu lalang di permukaan lantai tersebut.
Keadaan tampak damai seperti biasa, dengan orang-orang saling menyapa satu sama lain dan tertawa oleh hidup tenang dan damai yang mereka punya. Keindahan lantai tersebut juga memiliki daya tarik sendiri yang membuat mereka betah tinggal disana, dimana kuil yang dibuat oleh sang Raja Menara menarik banyak orang untuk mengunjunginya.
Itupun, sampai dia muncul.
Dalam sebuah kedipan mata, Enryu tiba di lantai 43, melayang tanpa kesulitan di udara. Shinsu di lantai tersebut langsung berubah menjadi warna merah, mengundang pertanyaan dari orang-orang. Menyadari sosok yang ada di udara, mereka menatapnya dengan bingung, ataupun takut ketika merasakan sesuatu yang tidak biasa darinya.
Suatu kekuatan aneh... Yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.
Enryu menyipitkan matanya, mempelajari pemandangan yang ada di bawahnya. Orang-orang dengan pakaian formal, membawa lambang sang Penguasa Menara, berkumpul di dekat sebuah bangunan besar nan mewah. Baginya, pemandangan itu mengotori keindahan natural lantai ini, dan itu membuatnya jijik.
Mendecakkan lidahnya oleh kekesalan, Enryu kemudian membuka mulutnya,
"Hanya yang percaya kepada raja palsu yang akan tetap disini dan menghadapi kematian"
Suaranya menggema di seluruh penjuru lantai, dan seperti yang sudah dia duga, orang-orang bergetar di bawah kata "kematian".
Enryu mempertahankan wajah tanpa emosinya ketika orang-orang yang masih memiliki akal sehat langsung berbalik dan kabur dari lantai 43, pasti mereka bisa melihat bahwa dia bukanlah orang biasa. Lagipula orang biasa mana yang bisa tiba-tiba muncul di Menara dan membuat shinsu di seluruh lantai menjadi merah?
Namun sebuah rengutan terbentuk di keningnya ketika tak sedikit pula yang menghunus senjata dan mulai menerjang ke arahnya, gerakan mereka cepat tapi dia bisa merasakan ketakutan yang terpancar dari sosok mereka. Dari yang sudah dia pelajari, tampaknya mereka merupakan pengikut fanatik raja tersebut.
Sebuah helaan nafas terdengar darinya.
"Kalian benar-benar menyia-yiakan kehidupan"
Enryu mengulurkan lengannya, dan langit merah mulai bergemuruh.
Ratusan, atau mungkin ribuan shinsu merah jatuh dari langit dalam hitungan detik, mengambil bentuk seperti tombak raksasa dan menusuk setiap orang yang menerjang ke arahnya. Tak ada satu pun yang terlewat, semua terkena oleh tombak berkecepatan tinggi tersebut. Teriakan dan jeritan mereka tak sempat merangsek keluar dari tenggorokan, berkat hidup mereka sudah selesai sejak tombak pertama meluncur. Darah tumpah seperti air dan mereka terjatuh ke permukaan tanah bagaikan lalat.
Hujan kematian yang berlukiskan merah itu berhenti sejenak saat Enryu telah menghabisi semua yang maju untuk menghadapinya. Manik merah darahnya memandang kuil yang hancur akibat perbuatannya tanpa ketertarikan sama sekali, dan ratusan mayat yang tergeletak di bawahnya dia anggap tidak lebih dari penganggu yang pantas mendapat ganjaran mereka.
Enryu mengangkat sebelah alisnya ketika dia merasakan kehadiran sesuatu yang besar dan juga sangat kuat sedang mendekatinya.
Pertanda buruk kah itu? Dia merenung sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain of Rage
Fanfiction(Warning : Berisi spoiler bagi penonton anime dan pembaca Webtoon yang belum selesai) Sebuah potongan kisah masa lalu, dimana keadaan di dalam Menara belum berkembang seperti yang kita ketahui, dimana Raja Jahad dan Para Petarung Hebat baru saja mu...