2: Pria Dingin

96 17 0
                                    

"jadilah kuat seperti kaktus. Tidak mudah tersentuh tapi tetap anggun dan cantik juga mampu bertahan hidup dalam situasi apapun."

-Layla Nazhiva Az-Zahra-


Happy reading!!:)

***


"Dia emang gitu Lay orang nya. Udah mending kita ke UKS aja obatin siku kamu yang lecet." Ajak Naya sembari mencekal pergelangan tangan Layla.

Layla mengangguk.
"Kamu kenal dia Nay?" Sedari tadi Layla penasaran, daripada bingung lebih baik bertanya.

"Loh, kamu nggak kenal sama dia? diakan kakak kelas kita. Tuh kelasnya di kelas dua belas Ipa 2." Naya menjelaskan dan Mengarahkan dagunya ke arah kelas yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Aku nggak tau. Aku nggak pernah liat dia, baru pertama aku ketemu dia, udah bikin kesel aja." Jawabnya sembari menggerutu.

"Dia memang sikapnya dingin banget, irit ngomong, terus kalo ada yang nanya ya dia jawab seperlunya aja Lay, tapi biar pun gitu dia ketua Rohis loh, meskipun sekarang dia udah nggak menjabat lagi, karena udah lengser dan bentar lagi kan Lulus." Jelas Naya panjang Lebar.

"Kamu tau nggak sih Lay.. selain penghafal Qur'an, Suaranya kak Hafidz baguuuss banget kalo kamu mau tau. Dia itu Qori, sering banget di panggil kemana-mana. Di dalam sekolah maupun di luar sekolah." Lanjutnya menjelaskan tentang Hafidz dengan Antusias.

Layla tersenyum simpul dan manggut-manggut sebagai balasan.
Dengan perasaan aneh yang saat ini dia rasakan. Ada desiran aneh di hatinya. Entah itu apa, yang jelas dia sendiri sangat bingung.

Naya yang sedari tadi menyadari bahwa sahabatnya itu tengah melamun, mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Layla.
"Lay? Yeee malah bengong."

Layla terlonjak kaget.
"Haa? apa? ng-nggak kok hehe" jawab Layla gugup sambil menggaruk pelipis nya yang tidak gatal.

"Huh dasar, jangan bengong takut kesambet. Yuk ah dari tadi cacing di perut udah demo minta jatah niih." Naya merengek dengan mengerucutkan bibirnya seraya mengusap perutnya.

Laper banget kayaknya, kayak belum makan dari TK.

Setelah itu mereka pergi ke kantin. Tak lama makanan yang mereka pesan sudah datang dan menyantapnya dengan khidmat.

"Habis ini, kita sholat Dhuha dulu sebelum masuk kelas, kayak biasa." Ucap Layla memperingati.

Sementara Naya hanya mengacungkan jempol dan mengedipkan sebelah matanya sebagai jawaban.

Beberapa menit kemudian, setelah acara makan sudah selesai keduanya memutuskan untuk segera pergi ke Musholla untuk Sholat Dhuha.

Setelah berwudhu Layla masuk kedalam Musholla. Sementara Naya masuk lebih dulu karena katanya biar cepat selesai.
Dasar Naya.

Ketika sudah masuk tiga langkah tiba-tiba saja sepasang matanya menangkap sosok lelaki yang tadi dia tabrak tanpa sengaja saat hendak ke kantin.

Menatapnya ketika pria itu memakai peci hitam setelah menyugar rambutnya ke belakang dan Air wudhu yang menetes dari wajahnya membuat Layla mematung di tempatnya. Tanpa sadar matanya masih memandang Pria yang bukan Mahramnya.

Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas menciptakan lengkungan senyum di bibir merah alami nya.

Jujur saja, Hafidz sangat sangat tampan.
Layla tidak bohong.

Hafidz Al-Arkhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang