1: Pertemuan

120 19 0
                                    

"jarak dan waktu bukanlah pembatas untuk dua insan yang sudah tertulis dibuku takdir yang sama, yaitu jodoh"

-Hafidz Al-Arkhan-

***

Tok!tok!tok!!

"Non Lay! Ayo bangun ini sudah subuh bukanya non mau sekolah ini kan hari Senin non! Nanti non kesiangan loh!" Tampak wanita paruh baya berteriak didepan pintu kamar Layla.

Wanita paruh baya, berusia 42 tahun yang kerap kali di panggil dengan sebutan Bi Inah itu adalah Asisten Rumah Tangga Keluarga Layla. beliau sudah sangat lama mengabdi pada keluarga besar Layla jauh sebelum Layla terlahir ke dunia. Maka dari itu Layla sudah menganggap Bi Inah seperti Ibu kandungnya.

"Iyaa Bi, Lay sudah bangun! buka aja pintunya nggak di kunci.." Teriak Layla dari dalam kamar.

"Hehe kirain Non Layla belum bangun, habisnya tumben banget kan non nggak keluar kamar habis Sholat subuh, biasanya kan bangun." Ucap Bi Inah dengan senyum lembutnya yang selalu ia pancarkan selalu untuk anak majikannya itu.

"Iya nih Bi, soalnya Lay lupa beresin buku semalam, abisnya Lay capeeek banget karena Seharian penuh Lay ikut Ekskul di sekolah" Ucap Layla dengan wajah polosnya menceritakan apa saja yang ia lewati kemarin di Sekolah nya.

Bi Inah tersenyum manis mendengar cerita Layla
"Yasudah, hayu atuh non sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah, pasti non Lay mau ikut ekskul lagi kan?, mangkanya non harus banyak makan biar sehat dan gemuk!" Ucap Bi Inah dengan nada bicaranya yang seakan memberikan semangat untuk Layla.

"Ihh Bii,. Lay nggak mau gendut yaa.."
Spontan Layla membulatkan kedua matanya, dengan gelengan cepat menolak ucapan Bi Inah.

Lantas Bi Inah hanya terkekeh melihat ekspresi Layla seperti itu.
"Hehe iya non Bibi cuma becanda kok, lagian meskipun non gendut nantinya pasti akan tetap terlihat cantik" goda Bi inah dengan senyum yang selalu menghiasi wajah cantiknya meskipun sudah tidak muda lagi.

"Iya dehh iya.. Bi Inah emang selalu berhasil bikin Lay bahagia" Ucapnya di akhiri dengan kekehan.

Layla pun di antar Bi Inah menuruni anak tangga untuk bersiap sarapan. Disana sudah ada Abi dan Kakak laki-lakinya.

"Assalamu'alaikum Abi, Abang!!" Teriak Layla dengan suara nya yang memecahkan keheningan.

"Wa'alaikumsalam" jawab Abi dan Abang nya serempak.

"Astaghfirullah Layyy.. lama lama kuping Abang yang mulus ini budek kalo tiap hari denger kamu teriak terus gini.." Rengek Azka sembari mengusap kedua telinganya Dramatis.

Yap, Layla memiliki seorang kakak laki-laki bernama Azka Al-Farizi. usianya 5 tahun lebih tua dari Layla. beliau sedang menjalani kuliah di universitas Jakarta. Azka sangat menyayangi Layla, dan sangat menjaganya. Terlebih Abinya–Habibi yang sibuk dengan pekerjaan membuat nya selalu khawatir akan Layla. Maka dari itu Azka selalu menjaga Layla dan menemaninya kemanapun dia pergi.

"Ish Abang, kan harus semangat, kalo Lay teriak terus kayak tadi berarti Lay lagi semangat banget, nggak kayak Abang yang datar kayak tembok, wle." Jawab Lay dengan ekspresi meledek.

"Klo tiap hari kamu teriak-teriak begitu bisa bisa budek tau ni kuping." jawab Azka menatap Layla kesal.

"Sudah sudah. Tidak baik bertengkar didepan makanan seperti ini, lebih baik kalian segera habiskan makanan kalian nanti telat. Ayo.." Ucap Habibi melerai kedua anaknya yang sedang beradu mulut.

"Baik Abii" ucap Layla dan Azka bersamaan.

Lalu setelah itu mereka mulai menyantap sarapan mereka Dengan khidmat dan tidak ada lagi keributan di dalamnya. Hanya ada suara sendok dan garpu yang menari-nari di atas piring.

"Abii, Lay berangkat sekolah dulu ya."

"Ah ya, Abi juga ada mitting pagi ini,kamu berangkat sama Abang kamu ya sayang, jangan pergi sendiri, bisa kan bang?" Tanya Habibi memastikan kepada putranya untuk mengantarkan Layla ke sekolahnya.

"Iya Bi, Abang bisa antar Layla hari ini, lagipula Abang ada kelas siang ko." Jawab Azka memastikan.

"Yaudah kita pamit ya Bii!" Lanjut nya.

"Assalamu'alaikum Abii" ucap Layla sambil melambaikan tangannya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, hati-hati dijalan ya!!"

Setelah mobil yang di bawa Azka menghilang dari pandangan Habibi pun bersiap untuk pergi ke kantor.

Di Sekolah.

Baru hendak masuk ke kelas, ia sudah mendengar pekikan seseorang yang memanggil namanya dari arah tak jauh dari tempat saat ini dia berdiri. Siapa lagi kalau bukan Naya. Sahabatnya.
"Layyyy!!!" Teriak Naya sembari memeluk erat Layla.

"Aduh Nayy! Jangan kenceng-kenceng dong peluk nya kan engapp! Aku nggak bisa nafass.. " Ucap Layla dengan nafas yang tercekat akibat pelukan maut Naya.

"Hehe maaf Lay.. kan kangen." Jawabnya di Akhiri dengan Cengiran dan tampang tanpa dosanya.

"Lebay banget Nay.. tiga hari doang." Cibir Layla.

Memang selama tiga hari seluruh siswa dan siswi di liburkan karena kelas di pakai Ujian kelas dua belas.

Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi pertanda bahwa seluruh siswa siap menerima materi dari guru.

***

Kriiinggggg!!

"Yeayy akhirnya bisa terlepas dari pelajaran fisika yang membosankan ini" Sorak Layla sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal.

"Yaudah yuk Lay kita ke kantin ini cacing udah pada demo!!."  Ajak Naya sembari mengusap perutnya yang sudah terasa sangat Lapar.

"Yukkk!"

Lalu mereka berjalan beriringan untuk pergi ke kantin sembari sesekali tertawa dan bercanda. Dan karena saking asiknya bercanda tanpa sengaja Layla menabrak seseorang.

"Brukkk"

"Astaghfirullah!" Ucap ketiganya bersamaan.

Layla terjatuh hingga sikunya terbentur lantai. Alhasil sudah di pastikan sikunya lecet.

"Awsss.." Ringisnya menahan sakit di siku dan di Bokongnya yang terasa sakit.

Naya seketika membulatkan Mulutnya ketika melihat Layla jatuh akibat menabrak tubuh tegap seorang pria.
Gadis itu langsung membawa Layla untuk kembali berdiri.

"Astaga Lay.. kamu nggak pa-pa kan? yang mana yang sakit? yuk ke UKS aja yuk." Naya tanpa henti berbicara dan memeriksa tangan dan kaki Layla memastikan bahwa tidak ada memar di tubih sahabatnya.

"Nggak Nay, aku nggak pa-pa, cuma lecet dan ngilu sedikit."

"Lain kali hati-hati, jangan ceroboh." Ucap Lelaki itu datar tanpa ekspresi apapun di wajahnya.

"I-iya kak. Maaf"

Layla memandang wajah lelaki itu sekilas dan kembali menundukkan wajahnya.

"Hm"

Setelahnya, lelaki itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan kalimat apapun lagi selain dehaman singkat tadi.

Sebelum benar-benar pergi, lelaki itu sempat menatap name tag yang terdapat pada hijab yang di kenakan Layla dan membacanya.

Layla Nazhiva Az-Zahra.

Layla menatap kepergian lelaki itu yang semakin lama punggungnya semakin mengecil di makan jarak.

***

Sampe sini aja dulu yaa untuk part pertama.

Vote nya jangan lupa ya bestie..
Syukron

Hafidz Al-Arkhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang