Evalina sudah tidak meringis lagi saat
Bian masuk kedalam kamar dan menaruh teh jahe hangat untuknya."Apa sudah baikkan?" Tanya bian sembari menaruh teh diatas nakas. Eva mengangguk dengan perlahan.
Bian membantu eva untuk bangun dan duduk diatas kasur. ia mengambil satu sendok teh jahe hangat dan meniup-niup nya sebentar sebelum ia dekatkan pada bibir eva untuk diminum. bian melakukannya berulang kali sampai eva menyodorkan tangannya kegelas dan bergumam sudah yank..
"Terima kasih.." Bian mengangguk dan menaruh kembali gelas diatas nakas.
"Sejak kapan kamu mual seperti tadi?" Tanya bian sembari menggenggam tangan eva dengan hangat.
Eva mengerutkan keningnya saat bian bertanya seperti itu. "Dua hari yang lalu. awal nya cuma demam biasa dan aku pikir paling juga akan sembuh besoknya lagi. kamu tau kan aku calon dokter hebat, tapi dugaan aku salah. aku diamkan dan hanya membeli obat di apotek bukan nya sembuh malah makin kesini malah semakin drastis panasnya, ditambah mual barusan."
Bian menahan nafasnya sebentar dengan pandangan kosong menatap kekasihnya. "Kita kerumah sakit ya!"
Eva menggeleng dan meremas tangan bian dengan erat. "Tidak sayang. aku yakin besok juga sembuh" kata eva dengan cepat.
Bian melepaskan genggaman tangan nya dan beralih memeluk tubuh eva dengan erat. "Kamu tidak sakit sayang.. " Bisik bian dengan memejamkan kedua matanya.
Eva mengerutkan keningnya semakin bingung. "Maksud kamu.?"
"Kamu hamil."
Eva melebarkan kedua matanya dan mendorong tubuh bian untuk menjauh sehingga ia bisa melihat kedua mata kekasihnya dengan lekat. "Kenapa kamu bilang begitu! Aku -...."
"Kamu sudah telat dua bulan. selama ini aku selalu tau jadwal rutin bulanan kamu dan aku baru tersadar barusan bahwa kamu sudah tidak datang bulan lagi selama dua bulan belakangan.." Ucap bian menyela ucapan eva dan membuat darah keduanya berdesir dengan sangat kencang.
Eva tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. kenapa ia begitu bodoh, padahal dirimu calon dokter evalina. bodoh.. bodoh... bodoh.
"Maaf-...." Gumam eva mulai terisak. "Aku ceroboh bian..." Bian menggeleng dan memeluk kembali tubuh eva dengan perlahan.
Bian mengusap rambut eva dan juga punggungnya dengan lembut. "Tidak sayang. akulah yang salah. seharusnya aku lebih waspada terhadap jadwal rutin kamu untuk melakukan pencegahan." eva menggeleng dan meremas sprei dengan erat.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk dia hadir bian.." Gumam eva dengan liirih.
Bian memejamkan kedua matanya."Aku tau... "
Eva melepaskan pelukkannya dan menghapus sisa air matanya. ia menggenggam tangan bian dan meremasnya dengan erat. eva ingin sekali mengatakan sesuatu, tapi rasa nya mulutnya juga terkunci kuat oleh sesuatu juga.
"Apa kamu mau mengatakan lebih baik kita gugurkan saja dia?" Eva menunduk menggengam sprei putih miliknya dan menganggukan kepalanya dengan lemah.
Hening........
Tidak ada yang bersuara lagi selain deruan nafas mereka berdua yang terdengar kasar.
Bian menyentuh pipi eva dengan lembut dan mengusapnya secara perlahan."Apa kamu yakin tega membunuh dia?" Tanya bian dengan suara tenang.
Eva memejamkan kedua matanya dan perlahan mulai menggeleng dengan teratur. "Aku tidak tau..." Jawab eva jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
True love (Bian) (COMPLETED)
Short StoryPerselisihan antara keluarga nya dengan keluarga kekasihnya tidak membuat Bian stevano menyerah akan cinta sejati nya terhadap evalina key sang kekasih. ia begitu menjaga evalina key bagaikan berlian langka didunia ini, karena hanya wanita itu lah y...