05

24 8 1
                                    


"Mmm..kak?" Tanya Diska ditengah-tengah makan malamnya bersama Axel. "Kalo lagi makan jan ngomong" balas Axel datar. "La itu kakak ngomong?" Tanya Diska lagi dengan watados nya. "Kan ngingetin kamu adiks!" Kesal Axel yg dibalas cengiran kuda oleh Diska.

"Kakak udah baca map itu?" Tanya Diska ketika mereka sedang menonton tv kecil diruang keluarga sekaligus ruang tamu itu. "Udah" jawab Axel seadanya. "Menurut kakak gimana? Aku harus terima / tolak?" Pertanyaan itu juga sebenarnya untuk dirinya sendiri karena ia yg akan menjalaninya besok.

"Disini keputusan ada ditangan kamu Dis, lagipula kita mana punya uang sebanyak itu untuk melunasi hutang alm.ayah jadi ya kalo kata kakak kamu terima aja toh kamu juga pasti akan menyukainya karena putra tunggal keluarga Vernandho itu bisa dibilang titisan dewa dengan wajah yg super duper tampan ditambah dengan kekayaan yg sangat fantastis mana mungkin kau akan menolaknya bukan?"

Duarrrr!!! Pecah sudah kepala Diska memikirkan ini semua belum lagi ia sedang melaksanakan ujian nasional. Hati kecilnya bicara bahwa ia harus menerima karena memang Farros adalah cinta pertamanya hingga saat ini, tetapi logika nya menolak dengan keras karena disini ia hanya digunakan sebagai alat untuk melunasi hutang ayahnya.

Dilain tempat

"ekhem" dehem Hans membuat Farros dan Angelica menoleh, saat acara makan malam mereka sudah selesai seperti biasa mereka akan berkumpul diruang keluarga sebentar. "Farros papa ingin mendengar keputusan kamu malam ini" ucap Hans hati-hati. "Kenapa buru-buru?" Tanya Farros. Hans dan Angelica saling tukar pandang.

"Begini sayang mama dan papa berfikir jika kamu secepatnya mengambil keputusan maka itu lebih baik nak" ucap Angelica sehalus mungkin. "Kenapa papa tidak mengiklaskannya saja? Toh yg bersangkutan juga sudah tiada, papa bisa menarik rumah serta tanah yg dimiliki keluarga itu untuk sebagian kecil hutang mereka atau papa bisa menjadikannya sebagai maid dirumah ini" ucap Farros panjang sambil menatap mata Hans.

"Nak disini kita memikirkan tentang permintaan tuan Destama yg belum sempat tercapai dan dengan kamu menerima ini maka arwahnya bisa tenang dialam sana" kali ini Hans yg berbicara lembut tetapi tidak menghilangkan aura tegasnya.

Pandangan Farros beralih kepada mamanya yg sedari tadi menatap nya penuh harap. "Untuk mama" ucap Farros singkat tetapi berdampak besar bagi Hans dan Angelica. "Kamu serius sayang? Mama tidak memaksa kamu untuk menerima ini jika kamu tidak ingin kamu bisa menolaknya" Angelica yg sangat bahagia karena sampai saat ini Farros tidak pernah mengecewakannya walau dengan sifat dinginnya.

----------

"Hai Dis!" Sapa Ririn yg hanya dibalas senyuman kecil oleh Diska. "Eh kamu masih kepikiran yg kemaren ya?" Tanya Ririn yg sangat tepat mengenai sasaran. "Iya Rin, katanya semua keputusan ada di tangan aku tapi menurut kak Axel aku harus menerima nya karena kami tidak bisa melunasi hutang sebesar itu juga fikirnya putra tunggal keluarga Vernandho itu bisa dibilang titisan dewa dan mana mungkin bisa aku menolaknya, padahal kan memang aku sudah menyukainya sejak dulu". Jelas Diska panjang lebar dengan memelankan suaranya dikalimat terakhir. "Hm iya sih tapi kamu pikirin dulu pelan-pelan yah jan sampe ganggu ujian kita" nasehat Ririn sambil mendudukkan bokongnya di kursi sebelah Diska.

----------

"Eh Rin besok kan un terakhir nih pasti 2 hari kemudian promnight dong?" Tanya Diska setelah ia merapikan buku-buku nya kedalam tas. "Iya Dis, biasanya tema promnight ditempel di mading kan ya,yuk kita lihat siapa tau udah di tempel" seru Ririn sambil menarik tangan Diska menuju mading sekolah yg terletak tak jauh dari kelas mereka, Xll IPA 1 yg terkenal dengan kepintaran murid-muridnya.

"Dis liat deh kali ini temanya topeng kaya tema promnight 2 tahun yg lalu, berarti bakal ada sesi dansa yg mengharuskan berpasang-pasangan dan kalo yg gapunya pasangan kek kita gini bakal dicariin acak sama MC nya" jelas Ririn dengan semangat 45 nya.

"Hm kayanya aku tau deh apa yang kamu pikirin dengan kamu semangat banget kaya gitu" curiga Diska. "Iya lah aku tu berharap prom besok MC nya milihin aku pasangan yg bener dan semoga aja Rizal ya Alloh" semangat Ririn karena memang menyukai Rizal, kalian ingat Rizal bukan? Yah sahabat sekaligus sodara Farros.

"Semoga aja ya aku juga" balas Diska dengan sedikit menunduk karena malu dengan ucapannya sendiri. "Aminin dong Dis" goda Ririn sambil menyenggol lengan Diska.

----------

"Assalamualaikum kak-" salam Diska terhenti karena ia melihat kakaknya sedang duduk bersama 2 orang pria yg kemarin memberikan map itu.

"Waalaikumsalam" ucap Axel dan 2 orang itu bersamaan. "Eh kamu udah pulang Dis, sana kamu ganti baju dulu trus kesini kita mau bahas soal ini" ucap Axel sambil mengangkat map yg ada ditangannya.

Selang beberapa menit Diska kembali dengan pakaian rumahnya yg sederhana. "Bagaimana keputusan nona?" Ucap pria yg kemarin membawakannya map itu. Diska menatap mata sang kakak yg bisa ia lihat ada sebuah tanda tanya besar. "Untuk kakak" ucap Diska sambil tersenyum kepada sang kakak yg dibalas senyuman juga oleh Axel dan diikuti juga oleh 2 pria yg sedari tadi sudah menunggu jawaban itu.

----------

"Rin, pulang sekolah nanti aku boleh minta tolong anterin ngg?" Tanya Diska ketika mereka sedang makan dikantin sekolah yg tak lama lagi akan mereka tinggalkan. "Kemana Dis?" Ucap Ririn sambil meminum jus nya. "Ke Bank aku mau ambil tabungan" jawab Diska. "Buat apa? Kan kak Axel udah dapet kerja dan gajinya cukup kan buat makan kalian?" Tanya Ririn karena seingatnya Diska tidak akan mengambil uang ditabungannya jika tidak untuk sesuatu yg penting.

"Aku mau beli gaun bu-" ucapan Diska terhenti ketika ia melihat seseorang yg selama ini ia cintai diam-diam tengah memasuki kantin dengan sahabat nya yg tengah sibuk menggoda ciwi-ciwi yg heboh karena dengan tumbennya idola mereka datang ke kantin, biasanya jika mereka makan akan ke restoran depan sekolah. "Hah? Beli gaun buat apa Dis? Kamu kalo ngomong jangan setengah-setengah dong" ucap Ririn sedikit kesal. Tangan Diska sedikit bergetar menunjuk ke arah Farros dan Rizal yg sedang mengarah ke meja yg ia duduki. Dengan cepat Ririn menoleh kebelakang kearah yg ditunjuk Diska. Ririn langsung menatap Diska dengan tatapan yg terlihat sangat bahagia dan juga gugup bersamaan.

"Adiska Aurel Destama?" Tanya Farros sambil menatap Diska. Sedangkan yg ditatap masi dengan keterkejutannya menunjuk dirinya sendiri. "Iya lo Adiska benerkan?" Tanya Farros lagi. "I-iya aku Diska a-ada apa ya?" Jawab Diska dengan gugup. "Prom besok lo jadi pasangan gue, gaun lo ntar dikirim supir gue kerumah lo" ucap Farros sambil mendudukkan dirinya disebelah Diska dan Rizal menatap Ririn sambil bilang "Gue boleh duduk disebelah Lo kan?" Pertanyaan yg membuat Ririn melongo. "Woe!" Ucap Rizal sambil melambai-lambaikan sebelah tangannya kedepannya muka Ririn. "Eh i-iya bo-boleh" balas Ririn tak kalah gugup dari Diska.

Setelah beberapa saat hening akhirnya Rizal membuka suara duluan "Hm karena disini Farros udah dapet pasangan jadi lo harus jadi pasangan prom gue besok" ucap Rizal yg berhasil membuat Ririn dan Diska saling tukar pandang beberapa detik. "Dan nanti pulang sekolah lo ikut gue cari gaun sama tuxedo buat dipake ke prom" sambungnya.

"Nih tulis alamat rumah lo nanti sore supir gue nganter gaun kerumah lo" ucap Farros sambil menyodorkan selembar kertas dan bolpoint kearah tangan Diska dimeja. "Hah eh i-iya" Diska mulai menuliskan alamat rumahnya dengan tangan yg sedikit gemetar. Saat Diska selesai Farros langsung mengambil kertasnya dan pergi meninggalkan kantin tanpa berkata apapun yg diikuti Rizal dibelakangnya.

"Cubit aku Dis!" Kata Ririn sambil menarik tangan Diska untuk menyubitnya dan Diska yg masih belum sepenuhnya tersadar dari keterkejutannya pun hanya menurut dan langsung mencubit pipi Ririn dengan kuat. "Aw! Sakit Dis sakit!" Teriak Ririn yg mampu membuat Diska sepenuhnya tersadar.

"Eh Rin maaf ya maaf banget aduh kekencengan ya nyubitnya?" Tanya Diska sambil mengelus pelan pipi Ririn.

"Eh gapapa Dis, aku yg makasih malah BERARTI YG TADI ITU NYATA DIS, NYATAA!!" Teriak Ririn didepan muka Diska yg mampu menarik perhatian sekitarnya.

"Eh maaf maaf kenceng banget ya aku teriak?" Malu Ririn yg mendapat tatapan sinis siswa/siswi yg sedang makan dikantin.

"Rin, mimpi apa aku semalem?" Tanya Diska yg masih sedikit terkejut tentang ini.

"Udah mending sekarang kita balik ke kelas trus beresin buku-buku bentar lagi bel pulang bunyi" ajak Ririn sambil menarik tangan Diska keluar kantin.

Tanpa mereka berdua sadari sedari tadi ada yg menatap benci kearah mereka secara diam-diam, karena bisa duduk 1 meja dengan primadona SMA Mentari.

AdiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang