Semua orang tahu, Mew Suppasit Jongcheveevat adalah idola para perempuan bahkan sejak mereka berada di sekolah dasar. Gulf mengenalnya lebih dari apa pun, segala seluk beluk temannya itu. Namun, pada kenyataannya ada satu yang terlewat. Bagaimana cara menjelaskannya? Akhir-akhir ini kepala Gulf serasa akan pecah jika berhadapan langsung dengan Mew. Sudah dia katakan untuk tidak muncul, tapi Mew terlalu bebal dan seenaknya.
"Gue nggak ngerti sebenarnya elo ada masalah apa sama Mew, lo berdua makin aneh banget tahu nggak?!"
Kalau pun Gulf ingin bicara, itu tidak akan mengubah apa pun. Sikap Mew. Orientasi Mew. Hubungan pertemanan mereka.
"Jangan bilang lo berdua rebutan cewek?"
Mild atau pun Boat, dua-duanya justru kian memperkeruh suasana. Gulf hanya bisa menghela napas sembari membaca komik, ini menjadi satu-satunya cara yang ia lakukan untuk menjernihkan pikiran sejak pernyataan cinta dan ciuman yang dilakukan Mew malam itu. Gulf berusaha mendorongnya, hanya saja aroma Mew dan sentuhan bibir laki-laki itu justru semakin memenuhi otak. Ini di luar kendali, tidak benar. Gulf memang selama ini belum pernah menjalin hubungan cinta dengan perempuan mana pun, tapi ia yakin sekali jika ia adalah laki-laki dengan orientasi normal. Tidak ada harapan untuk Mew atau laki-laki mana pun di muka bumi ini.
"Lo pasti nggak suka kan lihat si Lui sama Ann deketin Mew mulu? Ya kan?" Boleh mengumpat tidak sih? "Iri bilang Boss?!"
Ini nih, manusia jelmaan setan!
Gulf sebenarnya kesal, tapi terlalu malas untuk memukul kepala kosong Mild.
"Pokoknya, mulai hari ini. Tempat duduk kita bakal kembali seperti semula." Masalah lagi. "Gue sama Mild, dan elo balik sama Mew."
Jika kedua orang gila ini tahu bagaimana Mew, apa mungkin mereka masih bisa bersikap demikian? Gulf tetap diam, masa bodoh pada Boat yang coba memindahkan tas ransel Mild ke bangku sebelahnya. Dia bahkan sempat menceramahi Gulf jika bermusuhan lebih dari tiga hari itu tidak baik. Sial! Masalahnya tidak sesimpel itu. Gulf harus menata hatinya lagi, dan kedatangan Mew di ambang pintu kelas adalah sesuatu yang paling mengganggunya sekarang. Seperti biasa, laki-laki itu tidak pernah terlihat sendiri. Selalu datang ke sekolah dengan perempuan, entah itu Lui atau Ann, atau bisa juga perempuan lain.
"Gulf, jangan iri. Terima aja kalau muka lo emang di bawah standart Mew."
Sepertinya Mild ingin dikirim ke alam baka.
"Diem lo!" Gulf si mulut pedas telah kembali.
Aneh rasanya, mereka yang biasanya selalu bersama tiba-tiba tidak saling bertegur sapa. Sebenarnya Mew kalem seperti tidak ada masalah, tapi Gulf terlalu terang-terangan.
"Minggir, gue mau duduk."
Mew berdiri menjulang di hadapannya, menenteng tas hitam.
Bukannya segera memberi jalan, Gulf justru pura-pura tidak mendengar. Ketika Boat menepuk pundaknya sambil mencibir, dia masih diam tanpa mau beranjak. "Woe, pantat lo angkat dikit woe!"
Ini tidak berjalan baik.
Mew mendengus kesekian kali. "Gulf?"
"Lo mau duduk di sini?" Memang sengaja mencari perkara. "Lompatin saja meja."
Dia sedang bercanda? Mew menatap raut Gulf dari samping, melihat hidung mancung laki-laki itu yang seperti perosotan. Tiba-tiba, muncul ide jahil di kepalanya. Mew yakin ini bisa membuat Gulf semakin darah tinggi. Kembali, Mew mengukir senyum simetrisnya. Lupakan tentang keadaan kelas yang mulai ramai karena siswa-siswi mulai berdatangan, lupakan tentang Mild dan Boat yang sejak tadi mengawasi. Karena fokus Mew saat ini adalah Gulf seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovelorn
FanfictionKatanya, tidak ada satu sahabat pun di dunia ini yang bisa bersama tanpa perasaan apa pun. Gulf pikir itu akan menjadi mustahil jika ia bersahabatan dengan sesama laki-laki. Mild sahabatnya, Boat sahabatnya, dan Mew juga sahabatnya. Ini berjalan bia...