6. Gift

600 73 4
                                    

Eunbi menatap sosok yang berdiri tak jauh dari ia berdiri.

Seorang pemuda yang tengah membersihkan kaca jendela dari sebuah cafe.

Itu, Lee Taeyong. Suaminya. Mengingat hal itu membuat eunbi tersipu malu.

Tak ada pesta meriah atau apapun. Keduanya hanya mengikat janji dihadapan Tuhan dengan dihadiri beberapa orang saja sebagai saksi dan itu pun berasal dari teman dan sahabat.

Tak ada keluarga. Karena baik eunbi maupun taeyong berasal dari panti yang sama.

Mengenal taeyong sejak ia dikirim ke sebuah panti. Sosok taeyong yang begitu dingin namun hangat. Mampu membuat hati eunbi luluh saat pertama kali pertemuan mereka.

Ia dan taeyong selalu bersama. Saat dipanti, taeyong selalu menjaganya. Mengajaknya bermain dan bahkan mengajari ia belajar beberapa hal. Hingga mereka berdua beranjak dewasa. Taeyong mengajak eunbi menikah. Diumur yang terbilang muda, keduanya sepakat untuk menikah dan keluar dari panti dan mulai hidup mandiri.

"Oppa.."

Taeyong menoleh, menemukan sosok eunbi yang sudah berdiri dihadapannya. Jam kerja taeyong sudah habis dan seperti biasa, eunbi akan menemuinya dicafe tempat ia bekerja. Lalu mereka akan menikmati suasana senja ditaman kota.

"Eoh, kau sudah disini. Masuklah dan pesan minum, apakah kau lelah?". Taeyong mengulurkan tangannya untuk membelai lembut rambut eunbi

Eunbi tersenyum menggelengkan kepalanya.

"Aku akan berganti pakaian dibelakang, kamu masuklah dan pesan minuman"

Eunbi menganguk, keduanya berjalan bersama memasuki cafe.

"Oh, eunbi noona annyeong". Sapa renjun, renjun merupakan salah satu pekerja cafe, karena seringnya eunbi datang kesini untuk menjemput taeyong nyaris seluruh pegawai cafe mengetahui status eunbi.

"Annyeong renjun-ah. Kau sift malam?"

"nde. Aku pergi kekampus tadi pagi jadi aku bisa bekerja disift malam"

"oh baiklah. Semangat dan jaga kesehatanmu renjun-ah"

"nde noona. Terimakasih"

"Baiklah, aku kesana dulu ya". Eunbi menunjuk meja pemesanan dan renjun pun mengangguk lalu kembali membersihkan meja-meja.

Taeyong, tiba dihadapan eunbi bersamaan dengan minuman yang sudah dipesan eunbi.

"Menunggu lama um?"

Eunbi menggeleng. Taeyong sudah berganti pakaian. Dan keduanya pun pergi keluar cafe. Eunbi tak pernah meminum-minumannya di cafe. Ia akan meminta dibungkus agar bisa meminumnya di taman kota nanti atau selama diperjalanan menuju taman kota.

Hal sederhana yang selalu dilakukan oleh keduanya. Namun berdampak besar bagi mereka. Karena nyatanya bagi keduanya melakukan sesuatu hal jika dilakukan bersama dengan seseorang yang dicintai, hal itu akan terasa sangat luar biasa.

Eunbi tersenyum kala taeyong menggengam tangannya. "Oppa, apa kau lelah?"

"Tidak. Sejak melihat mu rasa lelahku hilang". Itu bukan gombal. Hal itu benar bagi taeyong, melihat senyuman eunbi membuatnya terasa sangat membahagiakan.

"Oh iya, aku punya sesuatu"

Taeyong menatap eunbi. "Apa itu?"

Keduanya tiba disisi jalan, menunggu lampu berwarna merah agar bisa menyebrang jalanan.

Eunbi mengeluarkan sesuatu dari saku mantel yang ia pakai.

Ia berjinjit sedikit agar mencapai telingan taeyong. Lalu membisikan sesuatu setelah ia menunjukkan sebuah foto USG.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang