4. Thanks

658 72 5
                                    

Seulas senyuman terukir diwajah cantik gadis bermarga hwang itu.

Langkah kecilnya terus membawa nya pergi mengikuti lelaki dihadapannya. Na Jaemin, nama lelaki itu.

"Wah, bahkan sinar matahari pun kalah menyilaukannya dibanding dirimu". Gadis itu terkekeh geli setelah mengucapkan kalimat yang ia keluarkan untuk jaemin, ketika lelaki itu duduk menunggu bus dihalte dan sinar matahari pagi yang mulai bersinar menerpa tubuh mereka berdua.

Tak ada jawaban, untuk guyonan dari gadis itu pada jaemin. Ia tak memasalahkannya. Hal itu sudah biasa baginya selama seminggu ini.

Bus datang. Ia mengikuti jaemin yang menaiki bus. Duduk disisi lelaki itu.

Jaemin, mengeluarkan earphone dari saku mantel nya. Lalu memasangkannya pada ipod miliknya. Setelah itu ia memandang keluar jendela hingga bus berhenti pada tujuan nya.

Tak ada obrolan yang terjadi. Hwang eunbi, gadis itu tak mempermasalahkannya. Baginya asal bisa terus bersama jaemin, bisa terus melihat wajahnya adalah hal yang luar biasa.

Jaemin mampir kesebuah toko bunga. Ia membeli bunga babybreath, dan itu adalah bunga kesukaan eunbi.

"Kau masih ingat rupanya.."

Lagi, jaemin tak mengubris ucapan eunbi.

Eunbi berlari kecil ketika melihat jaemin sudah meninggalkan toko bunga. Pemuda itu kembali duduk dihalte bus.

"Kau, mau kemana sih?"

Lagi tak ada jawaban.

Beberapa menit kemudian. Bus datang. Eunbi segera menaiki bus setelah jaemin.

Kali ini eunbi tak bersuara. Karena melihat jaemin yang memejamkan kedua matanya. Lalu eunbi pun ikut tertidur.

Tak ada yang mengetahui setelah itu setetes air mata jatuh membasahi pipi na jaemin.

.
.
.

Matahari mulai berpindah tempat ke barat. Nampaknya perjalanan ia dan jaemin sungguh memakan waktu yang cukup lama.

Eunbi menautkan kedua alis nya kala jaemin pergi kesebuah tempat penyimpanan abu.

Langkahnya kian berat untuk mengikuti jaemin.

Namun disinilah eunbi berdiri tak jauh dari jaemin yang sedang berdoa dihadapan guci berisikan abu.

Setelah itu jaemin mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ia bawa. Sebuah bingkai foto berukuran sedang, ia taruh didekat guci, lalu sebuah mendali yang eunbi ingat bahwa mendali itu didapatkan jaemin kemarin atas memenangkan perlombaan melukis.

Eunbi tercekat. Ia mematung ditempat. Tubuhnya seperti tertancap ditanah. Ia tak mampu bergerak barang sedetik ketika jaemin mulai berbicara.

Sesak menghimpit dadanya.

"Annyeong bi-ya..."

"Kau tau, aku memenangkan perlombaan melukis yang kau daftarkan dua minggu yang lalu. Aku.. Memenangkannya.."

"aku teringat akan perkataan mu yang kau copy dari sebuah novel pemberian ku ulang tahun mu tahun lalu. Kamu bilang bahwa didalam kisah novel itu, sang pemeran utama mengucapkan pada kekasihnya bahwa bahkan ketika kelak aku tidak ada. Tolong jangan menangis berlarut-larut. Karena kau harus tau bahkan hingga aku mati, aku akan selalu ada disisi mu, menemanimu.."

Jaemin berhenti berucap, liquid bening mulai berjatuhan membanjiri kedua pipinya. Bahunya bergetar.

"Aku tau, kamu selalu menemaniku bi-ya..."

"Walaupun kini aku tidak bisa melihatmu, aku selalu bisa merasakan kehadiranmu disisiku..."

"Kau tau, aku begitu menyesal karena datang terlambat dihari itu. Seharusnya aku menjemputmu, agar kecelakaan itu..."

Jaemin tak sanggup berucap lagi. Ia memukuli dadanya yang terasa begitu menyesakkan.

Dan eunbi masih terdiam mendengar untaian kata yang diucapkan oleh jaemin. Dengan suara sesegukkan lelaki itu terus mengungkapkan isi hatinya selama ini.

Tentang penyesalannya. Tentang rasa rindunya. Tentang segala hal yang ia rasakan.

"Bi-ya.. Aku sangat bersyukur pada Tuhan, bahwa didunia ini aku berjumpa denganmu, bisa mengenalmu, dan berbagi rasa denganmu..."

"Aku.. Bahagia berjumpa denganmu..."

Jaemin, tersenyum menatap bingkai foto yang berisikan ia dan eunbi yang memenangkan lomba melukis. Senyuman eunbi tercetak begitu indah.

"Seperti yang pernah aku katakan padamu... Mencintaimu adalah hal terindah yang aku rasakan. Kehadiran dirimu adalah takdir yang aku syukuri. Dan mengingatmu adalah keharusan bagiku..."

"Eunbi-ya, saranghae.."

"Terimakasih.."

"Terimakasih.. Atas segala hal yang kau berikan dalam hidupku..."

"kamu, bagaikan cat yang mewarnai hidupku.."

Jaemin membalikkan badannya. Menatap lurus kedepan. Eunbi membeku, ia merasa jaemin melihatnya.

"Terimakasih.. Hwang Eunbi"







END



ANNYEONG^^

ada yang rindu denganku?

Aku harap kalian tidak melupakanku:"

Mianhae aku hilang sangat lama.. Karena banyak beberapa hal yang terjadi:)

Untuk kalian semua, aku harap selalu jaga kesehatan dan selalu patuhi protokol kesehatan covid-19.

Who next?

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang