"Naruto-kun, apa yang harus ku lakukan sekarang? Shisui-kun sudah berangkat, bahkan aku tidak memberitahu fakta dia akan segera menjadi seorang ayah." Wanita itu terisak sambil mengeratkan dekapannya pada sosok pria pirang yang ada di hadapannya, tidak luput kedua tangan putihnya menggenggam sebuah map berisi hasil pemeriksaan medis yang menyatakan dirinya tengah berbadan dua saat ini.Sedangkan si pria itu terheran, apa yang harus ia lakukan sekarang? Mengucapkan selamat untuk kehamilan Shizuka sepertinya bukan hal yang tepat saat ini, pula dengan memaki kepergian Uchiha Shisui.
Jadi Uzumaki Naruto lebih memilih bungkam, membiarkan Shizuka menumpahkan seluruh tangis pada dadanya. Naruto berani bersumpah, saat ia membalas pelukan Shizuka dengan sama eratnya, ia hanya berusaha memberi ketenangan pada sahabatnya, bukan untuk mencuri-curi kesempatan.
"Naruto-kun kau mau kan menggantikan posisi Shisui-kun sebagai ayah dari bayiku?"
...
Andai saja Naruto bisa memutar kembali waktu ke masa lalu, pria itu tentu akan memilih kembali pada masa di mana dia dengan begitu ceroboh menyanggupi permintaan Shizuka. Dulu itu, Naruto hanya seorang pemuda naif berusia awal dua puluh tahunan, Naruto tidak pernah berpikir jauh mengenai resiko yang akan ia terima dengan menyanggupi permintaan Shizuka.
Naruto begitu menyayangi Shizuka sebagai sosok sahabat sekaligus saudara, maka dari itu Naruto menyanggupi permintaan Shizuka dulu. Tanpa berpikir panjang, tanpa berpikir dua kali. Penyesalan terbesarnya saat ini adalah Naruto terjebak dalam hubungan tanpa kepastian.
Baik Naruto mau pun Shizuka, keduanya yakin bahwa hubungan mereka tidaklah sehat, Naruto menjalaninya atas rasa tanggung jawab dan Shizuka menjalaninya karena tidak punya pilihan lain.
Keduanya sadar, hubungan mereka tidak akan memiliki akhir yang baik. Namun, terbiasa bersama membuat mereka mengenyahkan segala kemungkinan-kemungkinan buruk yang ada.
Lalu, Naruto bisa apa jika saat ini dirinya begitu menggila pada sosok Hyuga Hinata yang ia temui beberapa malam lalu? Gadis cantik berwajah oriental itu mampu mengacak-acak isi hati pria kaku macam Naruto hanya dalam satu pertemuan. Meski berkali-kali Naruto mencoba menghindar dari pesona Hyuga Hinata, pada akhirnya Naruto harus mengakui kekalahannya, akal sehat mau pun hatinya begitu mendukung kemistri antara dirinya dan Hinata seolah melupakan keberadaan sosok wanita lain yang sedang menunggu Naruto.
Masih jelas dalam ingatan Naruto kala ia bertatap wajah pertama kalinya dengan Hyuga Hinata. Gadis itu cantik dan manis, tubuhnya mungil namun justru terlihat begitu menawan. Masih segar dalam memori Naruto ketika keduanya pertama kali berjabat tangan, lalu mendengar sosok manis Hinata menyebut namanya sebagai 'Kak Naru' terdengar sederhana namun mendebarkan.
Belum lagi Neji yang memberi lampu hijau, seolah menambah kepercayaan diri Naruto untuk menjadikan Hinata sebagai miliknya seutuhnya. Kalimat Neji yang mengatakan Naruto adalah sosok sempurna yang bisa mendampingi sepupunya itu, terus terngiang dalam kepala Naruto membuat dirinya kian dilema untuk memilih langkah yang akan ia ambil.
Apa dia harus terus bersama Shizuka karena janji yang sudah ia buat kepada orang tua Shizuka untuk menjaga wanita itu? Atau bolehkah Naruto egois dengan memilih Hinata?
"Hei, kau diam saja dari tadi."
Naruto tersentak dari lamunannya, ia menyambar gelas berisi air mineral dan segera meneguknya dengan tegesa. "Neji, apa kau punya hobi baru untuk selalu membuat ku terkejut?"
"Dan apa seorang Uzumaki Naruto si bujangan terbaik seantero Naikaku-fu ini punya hobi baru untuk melamun?"
Enggan meladeni perdebatan konyol dengan Neji, Naruto memilih mengambil pena dan memulai kembali pekerjaannya yang tertunda. Kedatangan Neji padanya hanya membuat Naruto kian tersiksa, amethyst Neji yang serupa dengan Hinata membuat Naruto makin mendamba pada gadis Hyuga itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Started With The Past
FanfictionKarena setiap doa baik yang aku panjatkan pada tuhan untukmu dibalas dengan begitu mengagumkan