Tiga

1.8K 209 34
                                    



"Hinata.... sudah cukup marahnya..." Pria berambut cepak pirang itu tersenyum geli, tangannya menepuk lembut puncak kepala Hinata yang tingginya hanya sebatas bahu tegapnya. "Aku janji, next time kita akan menonton film romantis."

Sedangkan si gadis yang berjalan bersamanya hanya memasang raut wajah tidak bersahabat, alisnya menekuk dengan bibir mengerucut sebal. Hinata adalah sosok penakut, gadis itu sangat menakuti apapun yang berhubungan dengan hantu.

Niat awal mereka datang ke Cinema Shinjuku Balt 9 adalah unuk menonton film romantis ala si cantik dan si buruk rupa milik studio disney namun karena tiket film tersebut terbatas, Naruto dan Hinata berakhir dengan terjebak dalam ruang teater yang menyajukan film horror dengan banyak adegan hantu.

Beberapa kali Hinata sempat menjerit, kadang kala gadis itu reflek memeluk Naruto saat adegan film tersebut secara tiba-tiba memunculkan sosok hantu berwajah penuh darah. Naruto? tidak perlu ditanyakan, pria itu amat senang dengan semua tingkah reflek Hinata selama berada dalam ruang teater tadi. Pelukan Hinata di lengannya tidak akan Naruto lupakan!

Dalam hatinya Naruto tidak menyangka tawaran Neji untuk bertukar peran akan menjadi sangat menyenangkan seperti sekarang. Naruto mungkin lupa atau bahkan tidak peduli mengenai perempuan lain yang mungkin saja sekarang ini sedang menangis tersedu-sedu menunggu dirinya.

"Kak, sungguh aku kesal sekali. Aku ingin marah tapi entah kenapa tidak bisa." Hinata berhenti melangkah, wajahnya terangkat ke atas menatap langsung pada wajah pria yang memiliki porsi tubuh lebih tinggi dari dirinya itu.

"Kenapa tidak bisa?" Tanya Naruto, wajahnya menahan tawa. Hinata itu sangat menggemaskan!

"Entah."

"Aku tahu alasannya."

"Apa?"

"Tentu saja kau tidak bisa marah, siapa yang tega memarahi pria tampan seperti diriku?"

Naruto tidak ahu apa yang sedang terjadi, bagaimana bisa dirinya menjadi sosok lain saat bersama Hinata? Dari mana Naruto mendapat stok kepercayaan diri yang begitu tinggi hingga bisa berbicara kalimat narsis seperti tadi?

Apa yang ada dalam diri Hinata hingga pria itu bisa menjadi sosok lain yang begitu berbeda dari dirinya yang biasanya? Ah Naruto ini the real, "saya ini aslinya dua orang!" Seperti kalimat yang suka beredar di media sosial.

"Percaya diri sekali." Celetuk Hinata sambil kembali melangkah. "Ya kau benar kak, wajahmu membuat siapa pun tidak tega untuk memaki." Sambung Hinata di dalam hatinya, jangan sampai Naruto mendengar suara hatinya!

"Jangan merajuk, sebagai ucapan maaf bagaimana kalau kita makan malam bersama?" Tawar Naruto dengan hangat. Entah siapa yang memulai keduanya tidak sadar, mereka tengah berpegangan tangan bahkan jari-jari keduanya bertautan dengan mesra seolah takut salah satu dari mereka pergi.

"Terserah kakak saja." Jawaban ketus Hinata berbanding terbalik dengan wajahnya yang merona.

"Ayolah gadis nakal, jangan marah lagi akan aku turuti semua yang kau mau asal kau berhenti bersikap ketus dengan ku."

"Semuanya?" Tanya Hinata, matanya berbinar dengan wajah yang tidak bisa ditebak.

"Ya semuanya."

"Kalau begitu ayo kita ke booth foto aku ingin kakak menggunakan bandana mickey mouse."

"Apa? kau pasti bercanda kan?"

"Tidak, aku serius kak. Semua kemauanku, kan?" tekan Hinata seolah mengingatkan Naruto atas ucapannya beberapa saat lalu.

"Holy shit. Tapi karena pria sejati adalah pria yang tidak menarik kata-katanya, maka aku pasti akan melakukannya."

...

Started With The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang