Teringat Kembali?

57 13 0
                                    

Jika melupakanmu malah membuatku mengingatmu. Apakah dengan aku mengingatmu, aku bisa melupakanmu?

***

Hari ini aku berencana untuk berangkat ke Papua. Aku merupakan salah satu aktivis sosial yang selalu datang ke setiap pelosok negeri untuk memberikan ilmu yang aku miliki kepada mereka yang kurang mampu atau awam mengenai pendidikan. Bukan mengenai akutansi, bisnis atau sebagainya.Yang aku ajarkan tidak terlalu berat, seperti mengajari mereka membaca, menulis, berhitung dan sebagainya.

Namun hal itu semua sangat berarti bagi mereka. Selain itu aku juga menggalang dana untuk membangun sekolah-sekolah yang ada disana. Hal ini aku tekuni selama kurang lebih hampir 2 tahun. Bisa dibilang aku pergi ke berbagai daerah di Indonesia, yang pastinya tidak semua orang sengaja datang kesana. Dan alhasil, karena kegiatan ini aku tidak pernah bertemu keluargaku. Sekedar menanyakan atau berbincang di pesan saja sudah jarang. Karena kegiatanku yang begitu sibuk dan padatnya, serta aku ingin memanfaatkan waktu yang ada tanpa harus terpaku pada ponsel. Awalnya memang keluargaku tidak menyetujui pilihanku ini, namun aku menjelaskan dengan baik-baik kepada mereka bahwa aku tidak ingin hanya sukses tapi ingin juga bermanfaat bagi yang lain.

Namaku Kirana Zachir Pradita, orang-orang menyebutku Kirana. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, dan tinggal di Jakarta. Jakarta bukan kota lahirku, karena aku lahir di Bandung, 23 Desember 1997. Tapi ketika aku berumur 5 tahun, orang tuaku bercerai. Dan sesuai hak asuh yang jatuh ke tangan ibuku, aku pun ikut bersamanya. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengan ayahku lagi, ibuku pun tidak pernah ingin membahasnya. Aku tidak tau kenapa ibu dan ayah bercerai, tapi sejak dulu aku selalu berpikiran bahwa mereka orang dewasa, pastinya keputusan itulah yang memang terbaik dan diinginkan. Jadi aku tidak pernah memikirkan hal itu. Aku menyebut ayahku dengan sebutan 'Bapak' ketika saat aku masih bersamanya. Tidak banyak yang aku ingat saat itu, bisa dibilang memoriku tentang Bapak sudah hilang.

Hingga pada akhirnya ibu memberitahu bahwa ayahku meninggal ketika aku berumur 8 tahun. Pada saat itu aku sedang seringnya menanyakan tentang sosok ayah pada ibu, seperti 'Bapak, kenapa tidak menjemput Kirana?' 'Bapak tinggal dimana, Bu?' 'Bapak kenapa tidak kesini, Bu?' maklum karena saat itu aku iri banyak teman-temanku yang sering dijemput oleh ayahnya, sedangkan aku? Hanya bisa memperhatikan mereka. Sejak saat itu lah Bapak hilang bak ditelan bumi, aku pun sudah lupa bagaimana rupanya. Tapi hal itu semua tidak penting, yang terpenting adalah hidupku yang sekarang. Tanpanya pun aku sudah tumbuh menjadi perempuan yang tangguh.

Aku mulai menaiki pesawat dan duduk di kursiku. Rasanya aku sangat tidak sabar, karena ini pertama kalinya aku akan ke Papua. Mengajar disana tentunya akan banyak sekali pengalaman yang akan mengajarkanku juga. Mungkin untuk sebagian orang, apalagi aku perempuan. Mengikuti kegiatan hal ini adalah hal yang menyebalkan atau mungkin tidak banyak orang yang akan senang. Tapi kegiatan ini sangat banyak sekali membuatku belajar, dan bersyukur. Pengalaman-pengalaman yang tidak akan pernah bisa dibeli oleh uang selain waktu.

Akhirnya setelah beberapa jam di perjalanan aku pun sampai di Bandara Senati, Jayapura. Segera aku turun dari pesawat dan membawa barang-barangku.

"Nona Kirana! Nona Kirana!" tiba-tiba aku mendengar ada yang berteriak memanggilku dengan khas logat orang timur. Terlihat disana ada dua orang pria, mereka berdiri tegak. Segera aku menghampiri mereka.

"Selamat datang Nona! Kami sangat senang Nona bersedia untuk datang ke Papua dan mau mengajar disini! Perkenalkan saya punya nama Frans dan ... ah ini perkenalkan keponakan saya dari kampung, Arie! Ucap Pak Frans sembari mengulurkan tangannya dan bersalaman denganku, lalu disusul menepuk pundak di sebelahnya bermaksud untuk mengenalkannya padaku.

23 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang