01

977 81 12
                                    


Elina menatap jalan lurus didepan raut wajahnya terlihat serius nampak seperti agen rahasia, jalanpun seperti seorang yang angkuh tak terlihat senyum dibibir tipisnya. Tujuannya sekarang adalah kantin paling pojok yang ada di Hardvard Univerity, ia akan duduk tempat favoritnya yang bahkan tak ada siapapun berani menduduki kursi tersebut. Namun, nampaknya lain sekarang ini, terlihat Pria bertubuh jangkung tengah duduk dikursi kesayangannya. Dimana dikursi itu ia bisa merokok sepuasnya dan bercengkerama dengan Pria yang menggodanya, Kadang Elina juga
bertukar nomor telephone dengan Pria itu.

Matanya memanas kala ia hampir sampai didepan pria tersebut tapi tidak ada tanda-tanda Pria itu akan pindah dari kursinya. Wajahnya memerah mungkin jika diekspresikan layaknya film cartoon hidungnya sudah mengeluarkan asap dan dikepalanya terdapat dua tanduk berwarna merah ditambah kedua mata bulatnya melotot. Ah sial. Elina baru mengingat, dia senior yang waktu OSPEK mempermalukan Elina didepan siswa-siswi angkatannya sampai ditertawakan. Bahkan yang lebih parah berita dipermalukannya Elina tersebar diseluruh penjuru kampus.

Sial. Sial. Sial.

Sudah dua tahun ini Elina mencari sosok senior sialan itu dan baru ketemu saat ini?! What the fuck. Ah, tapi tak apa akhirnya Elina bisa balas dendam. Nama senior itu kalau tidak salah Iqbaal. Ya, Iqbaal. Masa bodoh dengan Nama Lengkapnya, Yang terpenting ia bisa bersenang-senang dan memulai kehidupan baru sekarang. Elina menunjukkan senyum smirk.

"Kau--"

Flashback on

Elina melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya, dilihat pukul delapan lebih duapuluh enam menit itu artinya ia sudah terlambat duapuluh enam menit, hampir setengah jam. Perasaannya sangat was-was, pikirannya kemana-mana, bagaimana jika nanti ia dihukum? Walaupun sudah yakin itu akan terjadi pada dirinya nanti. Lima menit kemudian mobil BMW yang dikemudikan kakak laki-lakinya berhenti tepat didepan gerbang kampusnya. Tanpa mengucap sepatah kata Elina langsung membuka pintu mobil dan membating dengan keras.

Elina berlari tanpa mempedulikan orang-orang yang memperhatikannya, napasnya memburu. Sumpah serapah ia ucapkan dalam hati untuk Kakak Laki-laki sialan itu. Hingga sampai didekat gedung Fakultas Bisnis ia tak sengaja menabrak pot bunga berukuran lumayan besar hingga pecah bahkan tanah yang berada dipot tersebut bercecer kemana-mana. Namun, ia tetap tidak peduli akan hal itu, masalah pot urusan gampang.

Sesampainya diaula Elina melemparkan tas Gucci miliknya begitu saja didekat pintu masuk aula dan membawa beberapa peralatan yang dibutuhkan saat ini. Untung saja pintu aula berada dibelakang para siswa-siswi OSPEK dan kemungkinan besar ia tak akan terlihat dari para senior yang mengoceh entah apa Elina tidak peduli didepan sana. Elina berjalan dengan sedikit mengendap-endap supaya tidak ada yang sadar akan kedatangannya. Tigapuluh menit berlalu begitu saja, tak ada tanda-tanda Elina akan dihukum huftt Elina sangat bersyukur. Bagaimana jika ia dihukum membersihkan toilet! Lari mengelilingi lapangan ditengah teriknya matahari! Atau lebih parahnya meminta tanda tangan para BEM yang mengurus OSPEK sekarang ini! Tidak. Bisa jatuh harga dirinya. Segera Elina membuang jauh pikiran buruk itu. Beruntungnya Elina, Sebelum akhirnya terdengar suara dari depan.

"Hei, kau, yang berdiri paling belakang barisan kedua dari kanan saya. Silakan maju kedepan!" ujar tegas salah satu senior dari dapan sana.

Apa ini pertanda buruk bagi Elina? Semua pandangan manusia diaula ini tertuju padanya. Elina mengumpat dalam hati. Tatapannya masih terlihat garang bahkan nampak menantang senior yang memanggil dirinya. Tidak ada sedikit niat Elina untuk pindah dari posisi sekarang.

"Kau, yang dibelakang, apa kau tidak bisa mendengar!" Elina diam dengan keadaan tak berubah. Ia menelan saliva untuk membasahi tenggorokan saat melihat senior itu berjalan kearahnya.

DANGEROUS WOMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang