"The difference between dreams and reality is called life. If we want something, first we dream for it, then we work for it, we do everything to get it. Eventually it will turned into reality. And that's, where our life revolves around. So the difference between dreams and reality is huge, as well as narrow..."- (Anonymous).
***
"Ran, stop!!!" Alex mendorongku keras sampai aku hampir terjungkal jatuh menubruk rak buku tinggi di sisi kiri kami. Untungnya aku ini lincah. Aku berhasil meraih kayu horizontal pada rak dan berpegangan di sana.
Tapi bahuku sakit sekarang, terkena hantaman.
Aku meringis saja memperlihatkan sederetan gigi putihku sebelum akhirnya bangkit dan menghela napas berat.
Kusibakkan rambut pendekku dan membenarkan blousse yang bergeser sedikit. "Sorry, habisnya gua nggak tahan, Lex." kataku pada Alex, teman sekampus dari jurusan yang sama denganku, Manajemen Bisnis Pariwisata.
Alex menatapku mamang, lebih tepatnya semacam...ermmm...tatapan orang traumatik. Membuatku agak merasa bersalah.
Ya ampun... Sepertinya aku melakukan kesalahan besar.
Pemuda tinggi berwajah tampan itu mengatupkan bibirnya yang tadi sempat kucium.
Hhh...hanya kucium sedikit, menempel bibir dengan bibir, tidak sampai kulumat.
Aku berani bersumpah!
"Ke...kenapa lo nyium gua?? Gua kira kita temen, Ran..." Aku bisa melihat, Alex menahan diri agar tidak terbawa emosi, dadanya kembang kempis.
Itu ciuman pertamanya. Kurasa. Dan padahal ciuman pertamanya hendak dia berikan pada pria yang kelak menjadi kekasihnya, namun kini dia harus merelakan ciuman itu untukku.
Sorry, Lex. Pupus sudah harapan lo.
Alex berdecak, mengendalikan nafas kembali teratur seperti sedia kala.
Ya ya...aku ini suka padanya. Pada Alex teman priaku yang seorang pria gay.
Alex tidak sekedar tampan, dia juga punya sifat penyabar, lembut, melebihi kelembutan segala manusia yang pernah kutemui, meskipun penampakannya dari luar adalah seorang pria muda yang sangat manly garang, bertubuh tegap tinggi.
Alex dekat denganku semenjak sering satu kelompok di kelas Tour Guiding semester lalu.
Aku tahu Alex tertarik pada kaum adam saja dan tidak pernah sekalipun melirik kaum hawa, apalagi melirikku. Tapi aku tak peduli, huh!
KAMU SEDANG MEMBACA
(21+) ZWARTE KEVER (On Going)
RomanceKisah cinta mengenai Ranjani, mahasiswi di masa sekarang yang sering memimpikan seorang anak laki-laki Belanda dari era penjajahan bernama Jayden dengan julukan Zwarte Kever atau "Si Kumbang Hitam" sejak dia kecil. Ranjani yang sempat meyakini diri...