MENENANGKAN CHENLE

3.8K 234 35
                                    

Jisung tidak lagi menaruh atensi pada teman-temannya yang bercerita tentang banyak hal. Pikirannya melayang pada Chenle yang sampai sekarang tidak juga memberi kabar, entah akan datang atau benar-benar akan melewatkan acara kelulusannya. Pundaknya menegang saat diusap oleh seseorang yang ternyata Ayahnya, sorot mata pria dewasa itu terlihat tidak enak.

"Ayah ada janji dengan seseorang, itu terlalu mendadak, apa kamu keberatan?"

Jisung tersenyum, lalu menggeleng. "Pergi saja, aku tidak apa-apa. Lagi pula, sebentar lagi acaranya akan selesai"

Ayahnya mengangguk dengan senyum yang kentara dipaksakan. "Hari ini akan pulang atau tinggal bersama Chenle?"

Jisung menggidikan bahunya, dia belum tahu karena pacarnya belum juga memberi kabar sejak dia bangun dari tidur. "Aku tidak tahu, jika aku pergi bersamanya, aku akan memberimu kabar"

"Oke, Ayah pergi"

Jisung mengiring kepergian Ayahnya, mengantar dia sampai ke mobil. Ketika mobilnya melaju melewati pagar, ponselnya berdering dua kali, ada pesan dari Chenle.



 Ketika mobilnya melaju melewati pagar, ponselnya berdering dua kali, ada pesan dari Chenle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Jisung mengecil, seiring dengan senyuman lebar dibibir. Dia sebisa mungkin menahan diri untuk tidak berteriak.


.

.

.



Jisung protes habis-habisan saat akhirnya mereka bertemu. Setelah melewati banyak waktu yang sama seperti seumur hidup, hanya untuk mendapati Chenle yang berantakan dengan pakaian formalnya, terduduk diatas sofa dengan mata yang memandang jauh kebawah.

"Maaf, seharusnya aku memberimu kabar baik tapi ternyata wawancaraku gagal. Aku terlalu gugup"

Jisung menghela napas, menatap sebal pada Chenle yang malah tersenyum. "Jangan coba untuk berbohong, aku tahu kamu pasti kecewa dengan hasilnya"

Chenle menggidikan bahu, bersila diatas sofa. "Aku baik-baik saja, itu hanya satu dari lima Rumah sakit impianku"

Jisung merendah, duduk dilantai tepat dihadapan Chenle yang dengan terang-terangan menyembunyikan perasaannya yang buruk. "Kamu terlihat sangat kacau, butuh sesuatu?"

"Aku tidak tahu, aku hanya ingin bersamamu"

Jisung mengangguk kemudian. "Aku akan menemanimu, mau minum?"

Chenle menggeleng. Menarik kerah jas yang Jisung kenakan untuk memudahkannya meraih bibir anak itu, menciumnya dengan sangat berantakan. Sampai sini Jisung tahu, seberapa hancur perasaan pacarnya.

Jisung bergerak naik, menekan pundak Chenle, membuat dia berbaring diatas sofa, melepas ciuman mereka, membuat Chenle mendesah tidak nyaman.

"Chenle"

"Jisung, please, aku benar-benar tidak ingin menangis" Katanya, dengan mata yang nanar.

Jisung terengah saat melepaskan jas dan dasinya, sebelum melempar itu kebawah kakinya. "Kamu tidak boleh menangis"

Tentang Chenle Dan JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang