Chapter 7

9 0 3
                                    

Saat malam baru saja datang.

Helios berdiri di dalam kamar milik adik perempuannya. Kamar itu memiliki ukuran yang sebesar 15×10m, itu kamar yang terbilang luas untuk gadis kecil berusia sembilan tahun. Di dalamnya terdapat kasur, lemari, meja, rak yang penuh dengan buku dan barang - barang pribadi milik adik perempuannya.

Kamar itu di dekorasi dengan mewah. Terdapat lampu hias besar yang tergantung ditengah ruangan dan banyak pernak-pernik berwarna cerah terpasang di berbagai sudut. Kamar yang hanya bisa dimiliki oleh bangsawan atau orang kaya. Namun bukan hal berlebihan untuk seorang putri Ancestor.

Tapi semua keindahan itu sekarang tidaklah penting karena sekarang dia berada di depan sesuatu yang sangat berbahaya. Kondisinya saat ini dapat dirasakan dengan melihat ekspresi bocah laki-laki itu, Helios.

Di kamar yang pencahayaannya mati itu. Dia menunjukan wajah ketakutan dengan apa yang ada di depannya. Banyak keringat terlihat mengalir di dahi, pipi dan seluruh tubuh dia. Helios menahan rasa sakit yang luar biasa bahkan sampai matanya terlihat merah. Pembuluh darah juga muncul di wajahnya. Dia meremas sekuat tenaga bahu kanan dengan tangan kirinya.

Sesuatu yang berbunyi berbahaya itu berwarna hitam pekat. Hal yang tidak dia ketahui.

Hal itu.... adalah kemusnahan.

"Geh!! ...gaaahhhhh...!!!"

Helios tidak mampu menahan suaranya.
_____________________

"Hah... mimpi ya..."

Aku bangun dari tidurku semalaman. Tidak aku sangka mimpi pertamaku di rumah paman Uran adalah peristiwa ini. Benar-benar terasa tidak enak, mengingatnya saja membuat bahu kananku nyeri. Perasaan ini masih belum dapat hilang sepenuhnya ya.

Nah... Tidak ada gunanya memikirkan ini, sebaiknya aku segera lepas dari tempat tidur.

Setelah aku mengalahkan senior bernama Baraz itu aku bertemu Irissa yang merupakan putri paman. Dia mengantarku sampai rumah ini. Aku disambut dengan baik sesampainya di rumah paman.

Kamar yang diberikan padaku adalah sebuah kamar yang luas namun simpel. Hanya ada kasur, lemari pakaian, meja, rak buku yang kosong dan poperti yang pasti ada didalam sebuah kamar juga beberapa kotak yang berisi barang pribadi aku yang sudah terkirim lebih dulu.

Paman Uran memintaku untuk mengisi kamar ini sesuai keinginanku dan jika ada yang kuperlukan aku hanya perlu menanyakannya pada paman.

Ini masih sangat pagi dengan jam menujukan pukul 04:30. Aku lalu berdiri dan melakukan sedikit peregangan tubuh. Aku mendapat tidur yang nyenyak.

Yah ... mesikipun harus terbangun karena mimpi buruk.

Aku membuka tirai jendela. Langit masih gelap dan matahari masih belum dapat terlihat. Justru akan aneh jika matahari sudah muncul pada jam saat ini.

Aku mengganti baju tidur dengan  baju santai. Pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan merapikan rambut aku. Setelah itu aku berjalan keluar dari kamar mandi dan mampir ke dapur untuk minum sedikit air.

Berbeda dengan ruangan yang lain, di dapur sudah dapat terdengar suara  beberapa orang yang bekerja. Rena dan beberapa pelayan terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan makanan. Berdasarkan yang aku tahu sebagian besar pelayan di rumah ini adalah keluarga Dresco.

Para pelayan menyadariku.

Sepertinya kehadiranku yang tiba-tiba membuat mereka kaget. Tapi dalam sekejap mereka memperbaiki penampilan wajah mereka ke kondisi tenang. Seperti yang diharapkan dari profesional.

Bagi mereka adalah hal yang aneh karena aku sebagai orang yang kedudukan sosialnya sama dengan majikan mereka sudah bangun di waktu ini.

Keluarga paman tidak akan bangun sepagi ini. Orang-orang seperti mereka bangun paling cepat pukul 06:30. Itu waktu yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat normal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTO STARLIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang