bab 1

34 3 0
                                    


Happy reading!
•••

Pagi ini Auvi sedang berjalan-jalan di area kompleknya, dia juga sedang mencari perempuan cantik yang akan dia tumbalkan untuk terakhir kali. Jangka waktunya hanya sisa 10 hari, dan bagaimana pun caranya agar dia bisa cepat mendapatkan tumbal itu secepatnya.

Tumbal terakhir ini harus benar-benar cantik dan yang paling terpenting adalah tumbal terakhir ini harus perempuan yang mempunyai pikiran suci. Entah Auvi juga bingung sekarang, bagaimana bisa dia mencari perempuan polos jaman sekarang?

"Lo kenapa gak pacaran aja sama dewa, Rin?" Sayup-sayup terdengar percakapan di belakang bangku taman yang sekarang Auvi tempati.

"Aku itu masih kecil, kata mama gaboleh pacar-pacaran." perempuan yang kerap disapa 'Rin' menjawab dengan polos.

Auvi tersenyum miring, kini dia mendapatkan calon tumbalnya

***

"Adit?" Laki-laki itu menoleh saat dirinya merasa terpanggil, dia menatap gadis cantik yang sudah dia anggap sebagai adik.

"Kamu hati-hati pulangnya, kalo ada tante-tante yang godain kamu bilang aku, ya?" Adit terkekeh mendengar perkataan polos sahabatnya, sedangkan sahabatnya tersebut tersenyum manis saat melihat Adit terkekeh.

"Keysip! Cuci tangan, cuci kaki terus tidur. Oke?" Fajrin tersenyum lebar karena mendapat perhatian dari Adit, dia sangat menyayangi Adit bahkan lebih.
"Kita akan bermain, sayang." Auvi tersenyum mengerikan dibalik pohon mangga rumah Fajrin.

Setelah memastikan Adit pergi, Auvi segera mendekati Fajrin yang ingin memasuki rumah. Tapi sebelum itu dia mengiris pergelangan tangannya yang mengeluarkan cairan kental berbau amis, cairan itu dia atur sedemikian rupa agar wajahnya terlihat seperti menyedihkan.

"P–permisi" Auvi terisak, Fajrin pun menoleh dan kaget saat melihat seorang remaja perempuan yang terlihat menyedihkan.

"Hey, kamu kenapa?" Fajrin memegang pundak Auvi dan menuntunnya untuk duduk di bangku teras.

"b–bisa aku min–ta air hangat?" Fajrin mengangguk dan masuk kedalam untuk menyiapkan air hangat agar perempuan itu bisa mengobati lukanya.

Auvi tersenyum puas dan merasa rencananya akan segera berhasil. Tak lama kemudian Fajrin kembali membawa sebaskom air hangat dan P3K

"Kamu bisa obati sendiri? Aku mau bikin minum" Auvi mengangguk setelahnya Fajrin masuk untuk membuat minum.

Dia segera mengelap darah yang sudah kering diwajahnya, dan ditempelkan plester agar dia terlihat benar-benar terluka. Fajrin datang dan meletakkan segelas teh hangat disamping Auvi.

"Minum dulu, kak. Nanti baru cerita" Auvi mengangguk dan meminumnya teh hangat yang disuguhkan Fajrin

"Terima kasih." Auvi tersenyum, Fajrin menganggukan kepalanya.

"Jadi, kakak kenapa?" Auvi bersorak dalam hati, tinggal sejengkal lagi Fajrin akan terjebak olehnya.

"A–aku disiksa sama pacarku. Dia bener-bener kasar, aku benci." Auvi memulai actingnya lagi dia semakin terisak-isak. Fajrin yang melihatnya ikut bersedih, walaupun dia belum pernah merasakan apa itu pacaran tetapi dia seakan ikut merasakan apa yang Auvi rasakan.

"Lagian kakak ngapain pacaran? Kata mama pacaran itu ga ada untungnya. Cuma bikin hati sakit." Auvi menetap Fajrin yang juga menatapnya.

"Mungkin mama kamu benar." Auvi tersenyum seolah semua perkataan Fajrin sangat membantu masalahnya, "kamu baik. Jadi sahabat aku, ya?" Fajrin berbinar, baru kali ini ada perempuan yang mau bersahabat dengannya.

Semua perempuan menganggapnya benalu, dia dianggap seperti ... Sampah! Fajrin ingin membenci mereka, tapi Adit bilang mereka itu nggak jahat cuma lagi kesel aja.

"Mau! Aku mau banget." Fajrin tersenyum riang dia segera memeluk Auvi, sedangkan Auvi tersenyum puas. Wanita dihadapannya ini sangat lugu dan bodoh, dan itu akan membuatnya semakin mudah mendekatinya.

"Aku mau pulang, kembali lagi kerumah pacarku." Raut wajah Fajrin menjadi sedih, padahal dia ingin mengenal lebih dekat dengan sahabat barunya.

"Kakak gak takut sama dia?"

"Gak ada yang perlu aku takutin dari dia, aku cuma ... Benci" Fajrin menganggukan kepalanya walaupun dia belum sepenuhnya mengerti, tapi dia tak ingin menjadi beban untuk sahabatnya.

Auvi pergi dari sana dan bergegas karena dia bisa merasakan bahwa ada yang mengawasi mereka, seseorang yang ingin melindungi Fajrin dan sepertinya tahu rencana Auvi. Dia harus lebih berhati-hati dengan rencana ini, kalau gagal bisa-bisa dia yang mati.

Aura orang tersebut membuat Auvi sedikit takut, Auvi yakin dia mempunyai kekuatan tak kasat mata. Dan yang pasti rencana ini akan lebih sulit dibandingkan perkiraannya.

Pengganggu selalu datang disaat yang tidak tepat.

***

"Loh, Adit kamu kok balik lagi?" Fajrin kaget melihat kehadiran Adit yang tiba-tiba datang kerumahnya.

"Tadi dewa bilang kamu lagi gak baik-baik aja." Fajrin mengerutkan dahi, dari mana kakak kelasnya itu tahu?

"Kamu laper gak?" Fajrin mengangguk, kebetulan dia belum makan siang.

"Pesen aja mau?" Fajrin mengangguk dan menerima ponsel Adit yang diberikan kepadanya, dengan semangat dia memesan berbagai macam makanan dan minuman.

"Udah, Adit yang bayar 'kan?" Fajrin sumringah, dia memberikan ponsel milik sahabatnya. Adit tersenyum, "pake uang kamu, aku buru-buru tadi." Fajrin melotot mendengarnya, ingin membatalkan pesanan pun dia tidak tega

Makanan pun datang, tapi sedari tadi Fajrin hanya cemberut walaupun dia tetap memakan makanannya.

"Kenapa? Kamu marah, ya? Gara-gara bayarnya pakai uang kamu." Adit menegur Fajrin yang masih tetap cemberut.

"Bukan itu," Adit mengernyitkan dahi, kalau bukan karena itu terus karena apa dong?

"Memangnya kenapa?" Adit mengelus kepala Fajrin menggunakan tangan kirinya.

Fajrin mendongak, "jadi tuh tadi aku punya sahabat baru lagi." Fajrin kembali ceria saat menceritakannya, dan raut wajah Adit langsung berubah dingin.

"Siapa?" Fajrin cemberut dan mendongak lagi, "namanya Auvi, cantik kayak aku. Hehe."

Adit tersenyum kecil walaupun dihatinya merasa tak rela kalau Fajrin mempunyai teman selain dia, tapi dia akan mengizinkan toh hanya satu orang saja

Adit merapikan helai rambut Fajrin yang berantakan karena sempat tertiup angin, "terus tadi kenapa cemberut?"

"Dia ... Terlalu cantik buat jadi sahabat aku," sekarang Adit dibuat penasaran olehnya.

"Loh, memangnya kenapa?" Fajrin tambah cemberut, dia menggenggam tangan Adit erat seolah tak ingin kehilangan.

"Nanti dia ambil kamu." Adit tersenyum, Fajrin pun ikut tersenyum. Lalu mereka tertawa bersama.

Haha yang nulis gaje banget sumpah, makanya ceritanya juga gaje😭 semoga readers-nya ga ikut gaje wkwk

Ini aku nulis sistem kebut, karena banyak yang aku rombak lagi. Jadi maklum kalo banyak typo wkwk

Tandai typo pliss, nanti dapet pahala loh wkwk

Black MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang