"Maaf ya kita sampai sini aja." kataku sembari menatap bola matanya.
"Bercandamu nggak lucu Bel!" katanya sambil menyeruput es teh pesanannya.
Aku menatapnya serius menandakan bahwa aku tidak bercanda.
"Kita sampai sini aja ya!" ulangku. Ia menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Hah? Kenapa si Bel? Aku salah apa sama kamu? Aku janji bakal ngerubah itu" katanya sembari menggenggam tanganku di atas meja, memohon.
Aku menatap ragu sebelah tanganku yang digenggam olehnya kemudian kulepaskan perlahan-lahan.
"Kamu nggak salah apa apa kok" kataku sambil kupaksakan senyum.
"Terus kenapa, kenapa harus selesai if everything is fine (kalau semuanya baik-baik saja)?" tanyanya masih berusaha menahanku.
"No!"
"Terus kenapa? Kamu ada cowok baru? Mantanmu ngajak balikan? Atau apa?" tanya nya.
"Engga rez, engga. Maaf ya, kita sampai sini aja" setelah mengatakan itu, aku langsung beranjak berdiri dari sana.
Belum sempat melangkah pergi, Reza menahan tanganku.
"Bel, I love you so much you know? Please, stay." mohonnya lagi lagi dan otomatis membuat kami jadi pusat perhatian di restoran tersebut.
"But im not rez. I just lost all of my feelings to you (Aku udah ngga ada rasa sama kamu). Ini bukan masalah perilaku kamu, ini bukan masalah aku nemu cowo baru, its me. Aku yang udah ilang rasa sama kamu." kataku pada akhirnya.
Ia menatapku dengan pandangan kosong dan tidak percaya. Perlahan cengkeramannya pada tanganku mengendur.
"Thank you for everything you've been done for me (makasih buat semua yang udah kamu lakuin buat aku). Maaf, but you deserve better than me (tapi kamu berhak ngedapetin yang lebih dari aku), semoga kamu bahagia" aku melangkah pergi. Meninggalkannya yang masih mematung ditempat setelah mendengar penjelasanku yang mungkin menyakitkan.
***
Pagi ini aku bersiap untuk pergi ke kampus. Setelah selesai aku bergegas melajukan motorku membelah jalanan menuju kampus.
Aku langsung memarkirkan motorku di samping Gedung fakultasku, sesampainya di kampus. Aku melepas helm dan membalikkan badan hendak memasuki Gedung fakultas namun tiba-tiba.
PLAAKKKKK
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiriku dengan sangat keras. Reflek kupegang pipiku yang terasa panas dan kutolehkan kepala menghadap orang yang telah menamparku dengan tatapan tajam.
"Hana??! Apa apaansi? Lo kenapa?" sedikit kulunakkan nadaku ketika mengetahui ia adalah sahabatku.
"Lo pura-pura bego atau emang bego sih Bel?" tanyanya dengan mata setajam elang.
Seketika aku dan Hana menjadi pusat perhatian orang orang yang ada di sekitar parkiran. Bahkan ada yang merekamnya. Gila. Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud Hana yang tiba-tiba saja menamparku. Kupikir aku tidak membuat salah apapun padanya.
"Kenapa sih Han, gue salah apa sama lo?" tanyaku tidak terima.
"Lo salah apa? lo mutusin Reza tanpa alasan dan lo masih nggak tahu salah lo apa?!" Hana terlihat benar benar emosi.
Padahal biasanya ia akan membicarakan suatu masalah dengan baik baik dan kepala dingin bahkan di antara satu geng, Hanalah yang paling kalem dan dewasa. Tapi sekarang? Baru kali ini aku melihat Hana se emosi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
AcakCerita random yang ditulis secara estafet. Jadi tulisan Kali ini adalah projek bersama dari kami berlima. Ada Askarwahyu, tatjanahermayani, gaongstory, elkekaneisha dan aku (yedhenugroho). Setiap minggu kami akan menulis satu cerpen yang ditulis sec...