4.ICE CREAM

20 2 0
                                    

"Yaudah bareng."

Thania dan Deon pun pulang bersama.Deon menatap sebentar wajah gadis itu.Thania pun juga sama menatapnya.Bedanya hanya Deon yang memberikan senyum,namun Thania tidak.Dia hanya menatap Deon dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya.

Ada apa dengan Deon yang tiba-tiba memaksanya untuk pulang bersama?

Ya,walaupun ini bukan hal yang luar biasa,tapi ini cukup mengejutkan bagi seorang Nia yang sudah mencap Deon sebagai biang kerok yang selalu mencari kerusuhan.

Kembali pada Nia dan Deon yang tengah berjalan menuju parkiran sekolahnya.Jangan tanyakan soal Aisyah dan Nadia.Mereka berdua sangat peka hingga meninggalkan Nia berdua bersama Deon.

Nia dan Deon melangkah menuju parkiran yang masih dikerumuni para siswa Harapan Bangsa dengan hening tanpa ada percakapan sedikitpun.Sebab,Deon sendiri pun bingung harus berkata apa saat bersama Nia kini.

"Eumm…Nia,gue lupa bawa helm,jadi lo gak usah make helm ya." akhirnya Deon bicara dengannya.Nia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Deon menghidupkan mesin motornya tak lupa ia mengenakan jaket yang selalu ia bawa kesekolah.Kemudian meng-instruksikan Nia agar naik keatas motor kesayangannya.

Lagi-lagi Nia hanya mengangguk,ia masih tak ingin membuka suara.

Saat hendak menjalankan motornya,Deon teringat akan sesuatu.Ia membuka jaketnya dan secara tiba-tiba memberikannya pada Nia.

Nia mengerutkan keningnya, "Ini apa?"

"Jaket lah,udah buruan pake!" perintahnya.

"Eh,enggak usah.Lo aja yang make jak-"

"Gue gak nerima penolakan! Hari udah sore,pasti dingin. Lo aja yang pake!" perintahnya lagi.Kemudian Nia hanya pasrah menerima jaket itu lalu mengenakannya.

"Siap?" Deon melirik kearah kaca spion agar bisa melihat Nia tanpa menoleh,Nia kembali mengangguk. Deon melajukan motornya keluar pekarangan sekolah.

Selama perjalanan tak ada yang memulai percakapan.Keadaan masih sama,hening tak ada suara.

Selama perjalanan pun,Nia hanya diam. Otaknya masih dipenuhi oleh beberapa pertanyaan yang sampai saat ini belum ia tanyakan pada Deon.Mulai dari sifatnya yang belakangan ini agak berubah,hingga kenapa harus dirinya yang diajak bahkan dipaksa agar pulang sekolah bersama.

Apakah dia termasuk korban ke pakboy-an seorang Deon?

Sore ini langit tampak cerah. Semilir angin menambahkan udara sejuk yang masuk ke pori-pori kulit Nia.Nia begitu menikmati keadaan sunyi nan menenangkan seperti ini.Ia mepersilahkan angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut hitamnya.

Sampai saatnya Deon memberhentikan motornya. Ternyata mereka sudah sampai.

Eitss…ini bukan pekarangan rumah Nia. Lalu kenapa dia menurunkan Nia disini?

"Heh!,lo ngerjain gue ya?" ucap Nia seraya memukul pundak Deon.

Deon membuka helm-nya lalu perlahan turun dari motornya. "Ayok!" ajaknya.

"Lo jangan isengin gue ya!,ini bukan rumah gue.Lo jangan kerjain gue!ntar nyokap gue nyariin gimana,hah?"

"Gue tahu,lo tahu kan ini taman? Jadi sini dulu,duduk bareng gue!" perintah Deon seenaknya sambil menepuk bangku kosong yang ada disebelahnya.

"Nggak! Gue mau pulang sekarang,buruan! Lo niat gak sih nganterin gue?" kesalnya.

"Emang siapa yang nganterin lo sih? Orang gue ngajak pulang bareng doang." Deon tertawa kecil seolah meremehkan Nia yang sudah tersulut emosi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Game Both Win Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang