3.MALAM

21 3 0
                                    

Ting…

Nia menghela nafasnya sekali lagi.Siapa yang mengirimnya pesan malam-malam begini?.Nia mencoba memejamkan matanya agar segera tidur,namun tidak bisa.Setiap notif dari ponselnya berbunyi kelopak matanya spontan terbuka,seolah menyuruhnya untuk segera memeriksa pesan yang masuk tersebut.

Penting kali ya? Batin Nia.

Ia lansung meraih ponsel yang terletak di atas nakas sebelah tempat tidurnya.Seketika kedua alis Nia tertaut.

Nomor tak dikenal?  Bahkan nomor tersebut sudah mengirimnya pesan lebih dari tiga kali.Membuat Nia menjadi penasaran setengah mati dengan isi dan sang pengirim pesan tersebut.

08***
Hai Nia!
Lagi apa?maaf gue ganggu bentar
Besok pulang bareng ya
Jangan nolak lagi kan tadi udah janji:)
Goodnight :)

Nia semakin mengerutkan keningnya.Dirinya mencoba menerka lagi siapa pengirim rentetan pesan tersebut.

Sudah Nia yakini pengirim ini pasti sicowok tukang ribut itu,jadi ia merasa tak perlu membalas pesan itu karena sama sekali tidak penting.

Nia kembali memejamkan matanya agar kembali tidur,Nia hanya membaca pesan itu tanpa ada niatan untuk membalasnya sama sekali.

Tanpa diketahui ada seseorang yang sudah terlelap saat menunggu balasan dari beberapa pesan yang ia kirimkan.Badannya terasa sangat lelah untuk hari ini,lebih baik dia menyiapkan raga dan mentalnya untuk menyambut hari esok yang akan penuh dengan rintangan.

***

"Arga!!turun dari atas meja!!"

"Deon!!udah berapa kali gue bilang,masukin baju lo didalam celana!!"

"Masukin," pintanya membuat seisi kelas ingin tertawa saat itu juga,tapi sorotan mata tajam nan mencekam milik Nia mengurungkan niat mereka untuk melakukannya.

Cowok gila!!

Gak waras!!

Dasar otak mesum!!

Nia tidak menghiraukan dan terus mengoceh didepan kelas yang sudah tampak seperti kapal pecah karena hari ini para guru mengadakan rapat dadakan dan kelas terpaksa jamkos—lagi.

"Ini yang belum bayar uang kas,buruan bayar!!" ujarnya masih tersulut emosi karena tingkah teman-teman sekelasnya.

"Dito!!,lo niat gak sih jadi ketua kelas.kelas gini ni harusnya diamanin ini malah bikin kacau." mendengar itu Dito berdiri dari duduk nya menatap balik Nia.

"Lo jangan nanya kegue!!,gue ngak pernah mencalonkan diri jadi ketua kelas,kalian kan yang nunjuk gue," jawabnya santai dengan wajah tanpa dosanya sambil melipatkan tangan didepan dada seperti menantang keras omongan Nia.

Nia terdiam sejenak.Samar-samar ia mendengar seseorang tertawa dipojok sana,ternyata suara itu berasal dari meja Deon.

Nia menghampiri meja tersebut,sedangkan Deon dan Arga segera menghentikan tawanya. "Ketawain gue,lo?"

"Eh,eng-enggak,m-maaf singa eh,maksutnya mbok,maks-" ucapan Arga terpotong saat Deon yang sudah kesal memukul keras punggungnya membuat sang empu meringis.

A Game Both Win Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang