1.PAGI

42 8 0
                                    

Thania Pradipta,seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga sederhana yang harmonis tiba-tiba berubah sifat dari sosok yang ramah dan ceria menjadi dingin dan pendiam.Penyebabnya adalah kematian dua lelaki yang ia sayang saat acara perpisahan sekolahnya 2 tahun silam.Mereka adalah Budi dan aldo-ayah dan kakak laki-laki Thania.

Kejadian tersebut menjadikan Thania terus-terusan dirundung rasa bersalah yang teramat sangat dalam.Hari kehari rasa bersalahnya semakin melonjak dan ia semakin jatuh kedalam jurang keterpurukan.

Dia merupakan siswa dari SMA Harapan Bangsa,atau lebih tepatnya kelas XI MIPA 4.Dikelas tersebut,ia berpangkatkan sebagai bendahara kelas.Dia juga terkenal dengan sifat galak,dingin dan cuek yang sangat melekat pada dirinya.

Siapa yang tak kenal Thania?
Sebut saja nama itu maka raut wajah setiap orang akan berubah menjadi seperti orang yang ketakutan.

***

Pagi ini untuk yang kesekian kali Thania menatap kearah cermin dikamarnya,memperlihatkan sosok Thania Pradipta dengan tampilan khas murid teladannya.Seragam yang tampak bersih dan rapi,baju dimasukkan kedalam rok abu-abu selutut,sepatu beserta kaos kaki yang pas layaknya pelajar biasa,tak lupa tas ransel dan rambut wanginya yang dikuncir indah.

Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghebuskannya.Sebenarnya dia sudah siap untuk kembali bersekolah-setelah 2 minggu lamanya melaksanakan libur semester ganjil.Namun dia masih tak cukup siap untuk mendengarkan semua bisikan dan ejekan dari murid-murid disekolahnya.

Sebenarnya,Thania selalu memilih tidak peduli dan berusaha tidak mendengarkan semua cacian tersebut.Tapi apa boleh buat,Thania juga manusia bukan? Tak apa lah jika sesekali dia muak dengan semua itu.

Thania tidak memiliki cacat fisik ataupun gangguan kejiwaan dia sering disebut-sebut disekolahnya hanya karena sikap dingin dan cuek terhadap sekitarnya.Dia si cewek jutek dengan segala omongan pedasnya.Namun begitu,dia termasuk kedalam daftar 5 orang paling disiplin disekolahnya.

Huft...semoga hari ini gak ada masalah lagi.. Thania bergumam sebelum kembali menghembuskan nafas kasarnya lantas berjalan menuruni tangga rumahnya menjumpai Vera-ibundanya yang tengan menyiapkan sarapan untuknya.

"Pagi bun," sapa Thania dengan sedikit lesu.

"Eh,pagi dek.Udah siap ya?" tanya Vera.Thania hanya mengangguk lalu duduk dikursi yang telah disediakan disana.

Tak lama setelah itu,Vera ikut duduk berhadapan dengan Thania. "Pagi ini Nia pergi sekolahnya sendiri lagi gak apa-apa kan?" Nia,begitulah orang-orang terdekat memanggilnya.

"Gapapa bun,lagian kan biasanya Nia juga pergi sendiri" ujarnya seraya tersenyum singkat tetapi sangat indah,indah seperti cahaya mentari pagi ini.Vera ikut tersenyum mendengarnya lalu mulai memakan sarapannya,begitupun dengan Thania.

Setelah sarapan,Nia beranjak menyalimi Vera kemudian pergi kesekolah menggunakan angkutan umum.Biasanya Thania memang berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum karena tidak ada yang bisa mengantar dan menjeputnya sepulang sekolah,jadi ia terbiasa untuk hidup mandiri apalagi sekarang dia hanya tinggal berdua dengan Vera setelah kepergian ayah dan kakak laki-laki yang sangat ia cintai.

15 menit diperjalanan akhirnya Thania sampai disekolah.Saat ini,ia berjalan di tengah-tengah koridor sekolah yang masih terpantau cukup sepi karna baru ada beberapa siswa yang kebetulan datang awal.

Ya,saat ini waktu masih menunjukan pukul 6 lewat 15 menit jadi sekolah saat ini masih terbilang sepi,baru didatangi oleh murid-murid yang datang lebih pagi.

Walaupun tak begitu ramai,tetapi Nia dapat merasakan beberapa bisikan yang menusuk indra pendengarannya.Yang mengatakan bahwa ia adalah si tukang caper lah,murid sok disiplin lah,atau lain sebagainya.Bahkan tak sedikit pula yang menatapnya dengang tatapan tidak suka.

A Game Both Win Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang