Hadiah untuk Ayah

4.1K 236 9
                                    

Reno Leon Ramadhan

Lelaki paruh baya itu hanya memandang batu nisan bertuliskan Regita Leona.

Anak gadisnya, hidupnya,sumber bahagianya. Seorang anak tidak bersalah yang pergi dari dunia karena sakit demam berdarah.

Sang Istri--Gita hanya mampu mengelus punggung lebar Reno dengan wajah yang sama-sama sendu karena kehilangan.

"Regita yang tenang ya Nak,tunggu Ayah."

Reno yang kini berwajah lesu dengan setelan serba hitam itu menghela nafas

"Ayah mau bicara banyak hal sama kamu Regita..."

"...tentang masa depan kamu yang sudah Ayah siapkan."

Gita yang berada disamping suaminya,kini sudah menumpahkan kembali air matanya.

Lelaki yang menjadi penopang hidupnya kini terlihat tak berdaya,hatinya sakit menyaksikan ini.

"Kita pulang,Yah." Akhirnya Gita bersuara,serak dan parau.

"Bu,Ayah masih belum bisa lepas anak kita."

Air mata Gita kembali tumpah,dipeluknya suami erat.

Reno diam,menangis tanpa suara dengan denyut nyeri dihatinya.

***

Regita Leona.

Reno memandang setiap huruf yang terpampang di pintu kamar putri semata wayangnya.

Membuka perlahan pintu berwarna merah muda itu dengan wajah suntuk. Aroma buah stroberi menyeruak masuk ke Indra penciuman Reno.

Menghela nafas panjang ketika pandanganya berfokus pada foto Regita yang tersenyum lebar.

Menduduki pinggiran kasur berwarna pink pula,Reno termenung dengan pandangan kosong.

"Ayah." Panggil seseorang dari arah pintu,membuat Reno mendongak,ada sang Istri disana.

Sama-sama berwajah lesu,sang Istri mencoba tersenyum walau pada akhirnya meneteskan air mata.

"Regita persis seperti kamu,Git."

Reno memandang wajah Gita yang sama persis dengan anaknya,Istrinya hanya diam tak bersuara. Memilih mendekat dan mengelus rambut hitam Reno pelan.

"Regita nitip sesuatu sama Ibu,Yah,"ucapnya pilu. Disodorkannya sebuah ponsel yang terasa asing dimata Reno.

"Hadiah buat Ayah,dari Regita."

Reno tak bisa membendung air matanya,hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-40 tahun.

"Dibawah ada Salman,Ibu simpen hadiahnya di kamar."

Reno tak menjawab,hari dimana seharusnya mereka berbahagia namun malah seperti ini jadinya.

Reno membenci ini.

Lelaki itu berjalan lunglai menuruni anak tangga,dilihatnya sang sahabat yang terduduk di sofa.

Salman Rahardika,sahabat Reno sejak SMA itu memperhatikan pria yang berjalan lemas kearahnya.

"Ren,gue turut berdukacita..."

Salman menghentikan ucapannya,menghapus cairan bening yang tiba-tiba jatuh dari kelopak matanya.

"Lo,bisa Ren." Reno duduk di sofa tunggal,menatap Salman hampa.

"Maaf kemaren gue gak dateng,"sesal Salman.

Reno tersenyum tipis, memaklumi.

"Gapapa,makasih udah nyempetin waktu kesini,padahal kerjaan lo numpuk di Singapura."

Ayah, Aku Hancur(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang