Tiga puluh enam

217 14 0
                                    

🍄 H A P P Y  R E A D I N G 🍄

Aku berjanji akan vote dan comment setelah membaca cerita ini

🍻 Hayolohh udah janji 🍻

Di tepati ya guys

Thanks

♪ Video? ♪

Rain menyandarkan tubuhnya pada kursi balkon sore itu. Pikirannya berputar kembali pada kejadian tempo hari. Ia memejamkan mata, sekelebat bayangan Fero muncul di benaknya. Segera ia tepis pikiran itu, atau yang ada malah kenyataan pahit yang keluar.

Ia bangkit dari duduknya, melihat jalanan komplek yang di penuhi anak anak kecil yang sedang bermain. Senyuman yang sempat menghilang akhirnya muncul kembali.

"Fero?" lirih Rain ketika pandangannya menangkap sesosok pria dengan Hoodie merah yang bersandar pada pagar rumahnya.

Rain menggeleng gelengkan kepala, mungkin hanya fatamorgana.

"Rain,"

"Iya mah?"

"Kamu kenapa berantem dengan Fero?" tanya Resha lembut.

Rain menggeleng samar, "Rain ga berantem kok mah" dustanya.

"Mamah udah tau semuanya dari Teo sayang" beliau menghela nafas panjang.

"Dulu mama pernah menjalin hubungan dengan seorang senior mama di kampus, dia cowok yang benar-benar berbeda dari biasanya....." jeda.

Rain masih mendengarkan cerita Resha dengan seksama.

"Suatu hari karena keegoisan dan kesalah pahaman mamah kita jadi pisah, dan tidak ada yang menyangka esoknya ia harus pergi untuk selamanya." Resha mengakhiri ceritanya.

Ia mengelus lembut dan mencium  rambut anak gadisnya, "mamah harap kamu bisa dewasa ya nak" ujarnya seraya pergi meninggalkan Rain yang sedang termenung.

Ia melihat ke arah pagar, disana masih ada Fero. Namun sakit hati yang Rain rasakan tidak sebanding dengan semua ini. Gadis itu memutuskan untuk turun ke bawah dan menghampiri Fero.

Ting!

Notifikasi dari handphone Rain berbunyi, gadis itu berniat untuk mengeceknya siapa tahu penting.

"Apasih ini" herannya ketika nomor yang tidak ia kenal mengiriminya beberapa foto dan video yang berdurasi kurang dari satu menit. Ia mengamati video itu dengan seksama, bergeser lah ia ke arah foto.

Hal yang membuat dadanya sesak kini muncul kembali, handphone mahalnya ia banting begitu saja. Rambutnya yang sudah dirapikan langsung saja ia acak-acak. Pikirannya semakin kacau.

Gadis itu bangkit dengan langkah oleng, ia berniat untuk menghampiri Fero.

"Ro...."

Fero menoleh, pria itu langsung memeluk Rain erat. Rain terdiam kaku dan tidak membalas pelukan Fero.

Ia mendorong Fero hingga pria itu hampir saja tersungkur, "Rain kamu kenapa?"

"INI APAA!?" bentak Rain begitu saja sambil melemparkan ponselnya pada Fero.

Fero dengan sigap menangkap handphone Rain.

Sepersekian detik ia menatap handphone tersebut dan Rain secara bergantian. Ia masih tetap mengamati, sedangkan Rain sudah mendudukkan dirinya sembarang tempat sambil terus-menerus mengelap air matanya.

Fero segera menghampiri Rain dan berniat menjelaskan semuanya.

"Sayang, ini ga kaya yang kamu pikirkan. Ini bukan aku, kamu salah pah–"

"STOP!" Rain memotong perkataan Fero.

"Rain....."

"Mending Lo sekarang pergi dari sini, temui kakak senior kesayangan Lo itu. Ohh atau Lo lebih milih Tasya, oke silahkan tuan Fero yang terhormat. Permisi"

Rain segera berlari masuk ke dalam rumah dan menguncinya dari dalam.

Fero mengacak rambutnya frustasi, "ARGHHHH" geramnya.

Anak anak di sekitar komplek hanya melihat pertengkaran itu dengan mulut menganga, bahkan tidak sedikit dari mereka yang langsung pulang karena tidak mau ikut campur.

Persetan!

------

"Pekerjaan Lo udah selesai, ini uangnya jangan bilang-bilang atau nyawa Lo itu sebagai gantinya."

Della mengangguk, "Siap. Kalau ada apa-apa bilang aja, gue siap bantu" balas Della.

"Oke, gue suka cara main Lo" decak Hellen kagum.

Della tersenyum meremehkan. "Gue terima" ujarnya sambil merampas amplop coklat itu dari tangan Hellen. Hellen mengangguk, "kalau gitu gue pergi dulu,"

"Oke."

Hellen melangkah keluar menuju mobilnya, ia menatap gadis di kursi penumpang malas. "Ternyata gue harus pakai Lo di tempat tertentu aja" remehnya.

Tasya menunduk.

"Untung kali ini gue gak pakai Lo" lanjut Hellen dengan seringai mautnya.

Tasya semakin menunduk dan tidak berani menatap atau bahkan menjawab apa yang Hellen katakan, keluar dari lingkaran setan ini susah. Ia sudah terlanjur berhutang banyak pada Hellen, yah mau tidak mau.

"Editan Lo mulus juga" ucap Hellen tiba-tiba. Tasya mengangguk samar.

"Oh ya, besok ada cowok booking Lo di club 27"

"Gg-uee  gagg-mau" jawab Tasya terbata-bata.

Hellen mengerem mobilnya mendadak, "APA LO BILANG?"

"Iy-y-a" paksa Tasya.

Hellen menancapkan gasnya kembali.

Siapa yang bisa menghentikan aktivitas bodoh itu?

---------

Short story about Nessie ❥

Pria itu dengan gitar akustik di tangannya, kenapa Nessie tertarik.

"Hai..." gadis itu memberanikan diri menyapa.

Ia tidak menoleh.

Nessie berdecak, "hai" sapanya sekali lagi.

Masih tidak ada respon.

"Hai kenalin Nessie" Nessie mengulurkan tangannya tepat di depan dia. Pria itu mengangkat sebelah alisnya, ia bangkit.

"Woi nama Lo siapa?" teriak Nessie menghentikan.

Dia berbalik, "Gabriel" jawabnya tanpa menoleh ke arah Nessie.

Nessie manggut-manggut, dengan secepat kilat ia berlari dan mencegat Gabriel dari depan.

"Boleh minta id line?" sahutnya.

Gabriel menggeleng dan segera  menyingkirkan Nessie yang sedang menghalangi jalannya.

"Sampai jumpa lagi" teriak Nessie walau ucapannya itu tidak diusik sama sekali oleh Gabriel.

"Wuhhhh udah ganteng, jago main gitar lagi" gumam Nessie.

"Aelah semoga belum punya pacar deh" tambahnya seraya berjalan ke arah parkiran dan mengendarai mobilnya, pulang.

Mungkin tanpa ia sadari sedari tadi ada seseorang yang menatap interaksinya dengan tatapan kecewa. Yah, bahkan sangat kecewa.

--------

Segitu dulu guys 😙😇

Semoga nyaman dan cinta-aamiin 🤧

Jangan lupa vote and comment nya di tunggu

See you soon 😘☺️
TBC ❤️

RAIN [COMPLETED] Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang