Laki-laki Pertama yang Masuk Islam (1)

14 2 0
                                    

Setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu-wahyu dari Jibril, beliau menceritakannya kembali kepada Khadijah RA, istrinya, dan orang-orang terdekat yang akrab dengannya. Hanya saja, beliau meminta mereka untuk merahasiakannya.

Namun, situasi seperti ini tidak berlangsung lama, suatu hari Jibril datang kepadanya di dataran tinggi kota Makkah. Jibril menendang dinding bukit dengan tumitnya sehingga memancarkan mata air. Kemudian Jibril berwudu, untuk menunjukkan kepada Nabi bagaimana cara menyucikan diri sebelum beribadah. Nabi pun mengikutinya.

Lalu Jibril menunjukkan tata cara salat: berdiri, ruku, sujud, dan duduk, dengan mengulangi takbir, yaitu ucapan Allahu Akbar (Allah Mahabesar), dan salam terakhir Assalamualaikum (keselamatan atasmu). Nabi pun mengikutinya.

Setelah itu, Jibril pergi dan Nabi kembali ke rumahnya. Semua yang dipelajarinya diajarkan kepada Khadijah. Mereka pun salat bersama.

Berdasarkan riwayat di atas, dan banyak lagi riwayat-riwayat lainnya, umumnya para sejarawan sepakat, bahwa manusia pertama yang masuk Islam adalah Khadijah. Namun, mengenai siapa orang setelah Khadijah yang ikut Islam, atau lebih tepatnya, siapa laki-laki pertama yang masuk Islam, mereka berbeda pendapat.

Sejarawan-sejarawan besar Muslim terdahulu, seperti Ibnu Ishaq (704-768 M), al-Waqidi (747-823 M), al-Tabari (839-923 M), atau as-Suyuti (1445-1505), bahkan di dalam kitab mereka secara khusus membahas tentang siapa laki-laki pertama yang masuk Islam. Pembahasan mereka, umumnya berputar kepada tiga orang ini: Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, atau Zaid bin Haritsah.

Untuk permulaan pembahasan mengenai masalah ini, mari kita simak pernyataan dari al-Waqidi:

“Rekan-rekan ulama kita sepakat bahwa yang pertama dari umat Kiblat yang menanggapi panggilan Rasulullah adalah Khadijah binti Khuwailid. Setelahnya, ada perbedaan pendapat di antara kami tentang yang mana dari tiga orang ini: Abu Bakar, Ali, dan Zaid bin Haritsah, yang pertama masuk Islam.

“Khalid bin Said bin al-As masuk Islam bersama mereka dan menjadikannya yang kelima. Menurut beberapa, Abu Dzar masuk Islam yang keempat atau kelima, sementara Amr bin Abasah al-Sulami masuk Islam keempat atau kelima menurut yang lain.

“Ada perbedaan pendapat di antara kami tentang siapa di antara orang-orang ini yang masuk Islam terlebih dahulu dan ada banyak catatan mengenai hal ini. Ada perbedaan pendapat tentang tiga yang pertama dan tentang mereka yang namanya kami berikan setelah mereka.”

Berbeda dengan al-Waqidi, Ibnu Ishaq secara lebih tegas menyatakan:

“Kemudian Zaid bin Haritsah, maulaRasulullah, masuk Islam. Dia adalah pria pertama yang masuk Islam dan salat setelah Ali bin Abi Thalib (dengan kata lain, Ibnu Ishaq menyatakan bahwa Ali adalah yang pertama, baru setelahnya Zaid-pen).

“Kemudian Abu Bakar bin Abi Quhafah ash-Shiddiq masuk Islam. Ketika dia melakukannya, dia menyatakannya secara terbuka dan menyeru orang-orang kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia disukai di antara kabilahnya, populer, dan mudah bergaul.

“Dia juga yang paling ahli tentang Quraisy, dalam hal silsilah para kabilahnya, dan yang paling tahu tentang (riwayat) kedudukan baik atau buruknya mereka. Dia adalah seorang pedagang, jujur dan terkenal, dan, untuk berbagai keperluan, orang-orang dari kabilahnya biasa datang kepadanya dan bergaul dengannya karena pengetahuannya, keterampilan dagangnya, dan keunggulan perusahaannya.

“Dia mulai mengajak anggota-anggota kabilahnya yang bisa dipercaya, yang datang dan bergabung dalam pertemuan kemasyarakatannya. Aku telah mendengar bahwa Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah masuk Islam di tangannya.

“Ketika mereka menanggapi ajakannya, dia membawa mereka ke Rasulullah, di mana mereka masuk Islam dan ikut salat. Kedelapan orang ini adalah kelompok pertama yang masuk Islam, salat, menerima kebenaran pesannya, dan percaya pada wahyu yang beliau terima dari Allah.

“Setelah itu, orang-orang masuk Islam secara berturut-turut, baik pria maupun wanita, hingga Islam menjadi topik perbincangan umum di Makkah dan semua orang membicarakannya.”

Pada artikel selanjutnya, kami akan menuturkan lebih jauh mengenai persoalan ini berdasarkan riwayat-riwayat lainnya, yang dapat dinilai kekuatan argumen atau jalur periwayatannya, yang telah dihimpun oleh al-Tabari dan as-Suyuti.

Jejak Langkah Abu Bakar Ash-ShiddiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang