Tiga tahun setelah penetapan misinya (sebagai Nabi), Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk memberitakan pesan ilahi yang telah diterimanya, untuk menyatakannya di depan umum kepada orang-orang, dan menyeru mereka kepada hal itu. Allah berfirman kepadanya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS Al-Hijr [15]: 94)
Dalam tiga tahun misi sebelumnya, sampai beliau diperintahkan untuk menyeru orang-orang secara terbuka kepada Allah, beliau tetap merahasiakan dakwahnya dan (melakukannya) secara diam-diam. Kemudian Allah mewahyukan:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.’.” (QS Asy-Syuara [26]: 214-216)
Setelah Rasulullah SAW mulai melancarkan dakwahnya secara terang-terangan di Makkah. Pada awalnya orang-orang kafir Quraisy mencoba membendung dakwah Rasulullah dengan cara-cara yang relatif “sopan”, dalam artian tidak melampaui batas sampai ke arah fisik.
Mereka melontarkan ejekan, menghina, mengolok-olok, dan menjadikan Muslim sebagai bahan tertawaan. Mereka juga menjelek-jelekkan ajaran Rasulullah, membangkitkan keraguan-keraguan, dan menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran Islam.
Selain itu, mereka menyebarkan dongeng-dongeng terdahulu agar orang-orang yang sudah pernah mendengarkan ayat Alquran melupakan isinya. Dengan dongeng-dongeng ini mereka berusaha membuat sibuk orang-orang agar mereka meninggalkan Alquran.
Dan yang terakhir, mereka berusaha membuat beberapa penawaran, atau kompromi. Orang-orang Quraisy mengajukan penawaran kepada Nabi Muhammad untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah di jalan tengah.
Di antaranya, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan ath-Thabrani, mereka meminta agar Rasulullah menyembah sesembahan mereka selama setahun, dan untuk setahun berikutnya barulah mereka menyembah Tuhannya Muhammad.
Namun, setelah berbulan-bulan cara-cara di atas dinilai tidak membuahkan hasil, dan dakwah Islam tetap berjalan, maka orang-orang kafir Quraisy berkumpul kembali, dan bahkan membentuk kepanitiaan khusus yang terdiri dari 25 orang pemuka Quraisy. Pemimpin mereka adalah Abu Lahab, paman Rasulullah sendiri.
Setelah bermusyawarah dan beradu argumentasi, akhirnya mereka membuat keputusan bulat untuk menghadang Rasulullah dan sahabat-sahabatnya dengan cara baru, yakni dengan mengganggu Rasulullah, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, dan menghadang mereka dengan berbagai siasat dan cara.
Salah satu pemuka Quraisy, Abu Jahal, kemudian melancarkan ancaman dan gertakan kepada Muslim, “Engkau berani meninggalkan agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu! Akan kamu uji sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan kehormatanmu, akan kami rusak perniagaanmu, dan akan kami rusak harta bendamu!”
Kepada Rasulullah sendiri, yang tadinya mereka masih berusaha menghormati karena beliau dilindungi oleh Abu Thalib, paman Rasulullah yang merupakan tokoh Makkah dan keberadaannya sangat diperhitungkan, kini mulai berani. Mulai dari mengumpat, melempari batu, hingga melempari kotoran, itu semua mereka lakukan terhadap Rasulullah.
Pernah suatu waktu, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud, Nabi Muhammad salat di dekat Kabah, sedangkan Abu Jahal dan teman-temannya sedang duduk-duduk. Sebagian di antara mereka ada yang berkata kepada sebagian yang lain, “Siapakah di antara kalian yang berani mengambil kotoran unta yang disembelih di Bani Fulan, dan meletakkannya di punggung Muhammad selagi sedang salat?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq
SpiritualPada tahun 632 M, lahirlah seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam kesehariannya dia biasa dipanggil dengan sebutan Atiq. Pada waktunya nanti, dia akan menjadi tokoh besar pembantu Nabi Muhammad SAW. Dan sepeninggal Nabi, dia a...