3

3 0 0
                                    

Hari senin adalah hari yang paling dihindari oleh pelajar menengah ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari senin adalah hari yang paling dihindari oleh pelajar menengah ke atas. Selain jadwal yang padat, matahari tidak pernah bersahabat kepada kami yang hormat menatap bendera pusaka merah putih. Upacara yang rutin dilakukan hari senin sebagai tanda penghormatan dan pengingat kemerdekaan Indonesia serta mengenang jasa para pahlawan yang gugur mendahului kita. Meski sesekali aku menguap saat berbaris rapi ditengah lapangan, aku tetap tegak diantara barisan.

Aku mengusap peluhku yang menetes berulang kali diantara pelipisku. Aku menghela nafas panjang duduk di depan ruang perpustakaan mencari angin yang mungkin saja akan menyentuh kulitku.

Aku mengipas-ngipas wajahku dengan topi yang tadinya berada diatas kepalaku. Sepertinya hari ini benar-benar mentari menaruh dendam pada penduduk bumi.

***

"Senja" seseorang memanggilku. Ah ya apa seseorang sudah mengenalku di hari pertama masuk sekolah? Aku menolehkan kepalaku dengan senyum tipis sebagai tanda keramahanku pada banyak orang. Aku mengangkat daguku sedikit memberi isyarat padanya "apa?" tapi bibirnya tetap saja diam. Ah ya, bisakah dia tidak perlu memancingku naik pitam di pagi menjelang siang yang panas ini? Aku sedang menghemat energi.

"ada apa?" tanyaku membuka suara sebaik mungkin. Lalu Dia tetap saja membisu, apa dia sedang ingin minum sesuatu? Mungkin tenggorokannya serak jadi sulit untuk melafalkan alfabet. "kamu kenal aksara?" mataku seketika membulat, mulutku sedikit mengaga. Seketika Aku menetralkan wajahku sebisa mungkin untuk memberi sikap yang biasa saja.

Aku harus menjawab apa? Iya atau tidak? Aku rasa aku sedang dalam zona merah. Setelah menatapnya agak lama, aku mulai berfikir menyusun kata yang paling tepat untuk membuat posisiku lebih aman. "hmmm, ngak. Kenapa?" tanyaku kembali.

"Gak usah bohong. Bahkan foto kita sudah tersebar di akun media sosial" baru saja gadis itu ingin menjawabku, aksara seenaknya datang dan memotong pembicaraan. Tunggu apa dia bilang? Foto? Media sosial? Sial.

 Tunggu apa dia bilang? Foto? Media sosial? Sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku tidak menanggapi sautan aksara. Bukankah aku sudah menjawab dengan diri yang tidak mengenal seorang aksara? Aku meninggalkan aksara dengan gadis yang tadi sempat mengajakku berbicara. Lihat dia sekarang menatap aksara dengan lekat, seakan aksara mangsa yang siap menjadi taruhan.

Kini aku memilih duduk di barisan ketiga yang tidak terlalu dekat dengan guru atau terlalu jauh dari guru. Aku menopang dagu sejenak berfikir pagi ini kesialan apa yang sedang aku dapatkan. Ku ambil ponsel, aku membuka halaman sosial media. Aku fikir baik-baik saja. "Tumbenan banyak banget notice" heranku melihat tanda merah yang dipenuhin dengan tanda suka, komentar dan beberapa kiriman yang di tandai dan coba lihat bahkan pengikutku bertambah. Lagi-lagi otakku mendadak tidak bisa mencerna dengan baik. Aku melihat banyak foto yang disana terdapat aku dan aksara berada di depan cafe.

Aku menutup sosial mediaku yang membuatku kesal. Aku menarik nafas panjang, oke Anggap saja ada orang iseng gak ada kerjaan, pengangguran kelas kakap, hobi ngurusin hidup orang lagi tes ombak seberapa cepat berita unfaedah ini tersebar.

Aksara SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang