04 Dinda Micin

0 1 0
                                    

Happy Reading

Seorang cowok dengan setelan dinas berdiri tepat di belakang Aira. Cowok tersebut melangkah mendekat ingin mengetahui isi obrolan tersebut. Dan benar dugaannya kalau mereka lagi membicarakan dirinya.

"Selamat siang".

"Sela-mat si-ang pak" Aira sedikit gugup melihat pak Bayu berada di dekatnya. Aira sedikit mengutuk dirinya karena bergosip di depan orangnya langsung.

"Lagi ngibah ya?" tanya Bayu lembut.

"Tau aja pak" hey bukan Aira yang menjawab itu, tapi sahabatnya sendiri.

"Nggak baik ngengibah, dosa. Lebih baik dzikir dirumah" peringatan bayu dengan senyuman mautnya, seolah-olah memberikan mantra yang menyenangkan.

"Namanya juga anak muda pak, lagi pula kami ngegosip orang yang membuat Aira- aw" Dinda mengelus pahanya yang baru saja di cubit oleh Aira.

"Apaan sih Aira, sakit tau".

"Bisa diam nggak sih" suara Aira dengan nada pelan, tak lupa dengan jari telunjuk yang berada di depan mulutnya.

Bayu melihat kejadian tersebut terkekeh pelan kelakuan anak jaman sekarang, eh bukannya dia termasuk anak jaman sekarang ya. Secara umurnya 25 tahun, dan 5 bulan lagi akan memasuki umur 26 tahun. Jadi dia belum setua itu.

Aira berbisik di telinga sahabatnya, bahwa yang mereka bahas adalah orang yang ada duduk tepat mereka berdua. Tentu Dinda memberikan reaksi terkejut atas itu. Bercampur rasa bersalah yang sedikit mendalam. Dinda memandang Bayu dengan wajah meminta maaf atas perbuatannya.

"Mas, ketopraknya satu, makan disini" pesan Bayu.

"Siap pak".

"Ngapain bapak duduk disini, di sanakan ada meja kosong" tunjuk Aira, memang benar disebelah kiri Aira ada meja kosong, secara hanya mereka bertiga yang sedang makan ketoprak.

"Nggak baik boros tempat" jawab Bayu simple, sungguh ini polisi pertama yang Aira temui dengan jiwa ngeselin.

"Pak saya minta maaf atas kejadian barusan".

"Nggak masalah, itu bukan permasalahan yang begitu besar buat saya" jawab Bayu.

Tak lama pesanan Bayu sudah di depan mata, Bayu menuangkan air putih di dalam gelasnya, sebelum ia makan tak lupa ia membaca do'a di dalam hati.

Hanya ada keheningan di dalam satu meja tersebut, seolah mereka bertiga tidak kenal satu sama lain.

"Kalian dari jurusan yang sama?" Bayu membuka obrolan setelah sekian lama mereka terdiam. Dan mencoba untuk mendekatkan diri.

"Nggak pak, dulu kami teman satu kost, sekarang nggak lagi dan juga kami satu universitas" dinda menjelaskan secara detail. "Oh ya pak, kita belum kenalan, nama saya Adinda pak, panggil aja Dinda" Dinda memberi salam santun kepada Bayu dan itu diterima baik oleh Bayu. Menurut pandangan Dinda, Bayu adalah orang baik, terbukti dia tidak marah ketika mereka berdua menggosipkan Bayu.

"Saya Bayu" Bayu membalas hangat tangan Dinda.

Aira yang di sebelah Dinda berniat ingin mendengarkan obrolan mereka berdua tanpa rasa ingin mengusik obrolan tersebut.

"Udah semester berapa? dan jurusan kalian apa?"

'Pantasan jadi polisi, bertanya aja seperti diintrogasi' bathin Aira.

"Semester 7 pak, saya di jurusan ilmu hukum sedangkan Aira kedokteran" Aira menyenggol tangan kanan Dinda dengan sikunya karena terlalu banyak bicara.

"Apaan sih?" Dinda sedikit risih.

Ingin rasanya Aira menutup mulut sahabatnya itu, tapi tidak mungkin juga ia menutup di depan Pak Bayu.

"Aira udah kenyang, ayo kita pulang" Aira mengenggam tangan Dinda dan berniat membawanya pergi.

"Tapi gue belum selesai, tunggu sebentar lagi" Dinda menarik tangannya kembali.

"Ngapain terburu-buru? Banyak tugas? Kasihan temannya yang belum selesai makan" ucap Bayu.

"Nggak kok, pengen pulang cepat aja" jawab Aira ketus.

Terdengar suara ponsel Bayu berdering menandakan ada yang menelpon. Bayu mengangkat panggilan tersebut dengan badan yang sedikit tegap.

"...."

"Siap pak! Saya akan kesana" Bayu menutup panggilannya.

"Saya pergi dulu, tolong bayar ketoprak saya, anggap saja ucapan maaf kalian yang sudah menggosipkan saya" Bayu berlari pergi meninggalkan tenda ketoprak tak lupa menepuk bahu mas Joko dan menunjuk ke arah dua gadis yang memandang kearahnya dengan raut kesal sebagai tanda bahawa mereka yang akan membayar.

Setelah kepergian Bayu, Aira membuka suara "Jadi gimana, masih mau ngetawain Aira tentang bapak Bayu?".

Dinda menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya. "Walaupun begitu bapak tersebut tetap macho kok. Beruntung banget cewek yang dapatin cowok kaya gitu" hayalan Dinda.

"Dasar, kebanyakan makan micin". Aira meninggalkan Dinda sendirian.


Author ptrimla2310

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Promise of the WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang