02 Awalan

0 1 0
                                    

Abaikan Typo

Sudah beberapa hari Bayu mengambil cuti dikarenakan ada urusan penting yang tidak bisa ia tinggalkan. Karna besok memasuki hari dinasnya ia harus melakukan ritual isi kulkas kesayangannya.

Bayu memasuki mini market indomaret yang terdekat dari rumahnya. Sekarang ia hanya memakai kaus hitam oblong dengan celana treining selutut. Rencananya ia akan membeli buah-buahan, stok  bahan makanan beserta beberapa minuman kaleng untuk mengisi isi kulkasnya. Ia membuka pintu masuk dan langsung mendengar kericuhan dari dalam mini market tersebut.

"MALING, TOLONG TANGKAP DIA!" tepat Bayu membuka pintu laki-laki serba hitam tersebut berlari dengan gesit meninggalkan indomaret.

Tanpa banyak berpikir Bayu langsung mengejar maling tersebut. Panas matahari sangat terik untuk siang hari ini membuat orang-orang lebih ingin bersantai di dalam rumah dan menghabiskan waktu liburan bersama keluarga.

Aira berjalan santai di trotoar. Di telinganya tersumbat handset yang memutar alunan musik kesukaanya. Aira yang sempat berpapasan dengan cowok serba hitam dan juga cowok tampan yang sedang berlari. Tercetak jelas Aira memasang wajah binggungnya. Mungkin sedang trending lari siang.

Tak jauh dari kejahuan ia juga melihat bapak-bapak yang juga ikut berlari. Terlihat bapak tersebut sudah kelelahan berlari tapi tetap memaksakan kakinya untuk berlari.

"Lagi olahraga ya pak?" Aira melepaskan benda berkabel putih dari telinganya.

"Bukan hosh hosh, itu ada maling" bapak tersebut menunjuk pria yang berlari tadi. Helaan nafas terdengar bahwa bapak tersebut kecapekan.

"Oh yang tadi itu maling!" kejut Aira. Tanpa babibu lagi Aira mengeluarkan langkah kaki seribu untuk menangkap maling yang di tunjukkan bapak tersebut.

"WOI ITU MALING, CEPAT TANGKAP!" teriak Aira sambil berlari.

Aira melihat maling berparas tampan tersebut sudah kelelahan berlari. Begitu pula dengan cowok yang memakai baju serba hitam. Ini kesempatan emas untuk melaju kecepatan larinya.

Bayu menoleh kebelakang. Ia melihat cewek yang memakai baju putih disertai celana longgar berwarna cokelat juga mengejarnya. Dapat di terawang bahwa cewek tersebut menganggapnya seorang maling. Bayu menggeleng sebentar sebelum menarik kerah baju maling sebenarnya.

"Berhenti!!!" Aira melompat dan menangkap tubuh cowok bercelana pendek tersebut.

Genggaman kerah maling di tangan bayu terlepas sudah. Maling tersebut lari meninggalkan barang yang dicurinya.

"Dapat juga kau akhirnya. Ayo ikut Aira" tampak lawan bicara Aira sedikit ngosngosan dan menghirup udara secepat mungkin.

"Duh nih bocah, saya bukan maling. Maling itu tuh dah kabur".

"Heh Aira bukan bocah. Nggak lihat badan setinggi ini. Tinggi Aira 162 cm, udah kuliah dan pokoknya bukan bocah".

"Nggak bisa bedain mana yang maling mana yang enggak hah? Saya bukan maling!!!" Elak Bayu tidak terima jika ia di tuduh maling.

"Enggak. Mana ada maling ngaku! Lebih baik ngaku aja sono di kantor polisi. Pak tolong bantu Aira bawa maling ini ke kantor polisi" Aira meminta tolong dengan orang di sekitarnya.

***

"Sampai sini saja pak, biar Aira yang mengurus maling yang nggak pernah ngaku ini" kedua bapak tersebut menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi. Sedangkan Bayu hanya bisa mendegus dengan cewek di sebelahnya.

Dan apaan ini, cewek yang sedari tadi memanggil dirinya Aira membawa dirinya ke kantor polisi tempat ia berjaga. Dan sekarang ia sudah berdiri di depan Inspuktur Polis Satu (IPTU) Naufal "Loh ini ada apa?" tampak wajah kebingungan dari IPTU Naufal yang umurnya mungkin sudah menginjak 30 tahun lebih.

"Selamat siang pak. Ini Aira sudah nagkap maling di indomaret pak. Tadi dia berusaha kabur. Untung pemilik indomaret memberitahu Aira kalau masnya ini maling, ya jadi Aira kejar pak! Tolong bapak proses dulu" ucap Aira dengan bangganya

IPTU Naufal yang tadi memperhatikan Aira berbicara sekarang menoleh ke anak didiknya selama karantina, dan dengan cepat Bayu memberikan gelengan cepat bahwa ia tidak bersalah "Apa benar itu Bayu?".

"Bapak kenal dia, wah berarti ini maling pernah masuk penjara ya pak? Atau dulu ia pernah bolos sekolah atau tawaran?" Aira berpikir dengan keras.

"Tidak dia IPDA Bayu tentu saya mengenalnya. Dia sedang cuti makanya saya sedikit binggung atas khasus ini".

Aira langsung melepaskan tangannya dari lengan baju yang baru ia tau bahwa namanya Bayu. "Apa? Jadi dia polisi?".

"Iya, saya polisi dalam kriminal, dan kamu sudah membuat kriminal dengan saya, dan juga gara-gara kamu malingnya kabur" jawab Bayu.

"Jadi saya salah tangkap orang dong?" Aira memukul kepalanya sendiri atas tidak ketelitiannya.

"Pak saya melaporkan bahwa mini market saya kemalingan!" terdengar suara bapak-bapak yang memberitahukan bahwa dirinya baru saja kemalingan.

"Ini bapak tadikan? Bapak yang ngejar-ngejar orang ini" ucap Aira ingin memastikan kembali bahwa ia tidak salah orang.

"Haduh mbak, mbak salah tangkap orang. Mas ini mau nolong saya dari pencurian tersebut" Bayu melipatkan kedua tangannya di depan dadanya menatap lurus ke arah manik Aira yang balik menatapnya.

"Lapor IPTU Naufal, saya membawa maling yang pernah jadi DPO (Daftar Pencarian Orang) selama 3 bulan yang lalu" tiba seorang polwan cantik memasuki ruang polisi tersebut.

"Hah ini dia! Yang maling di mini market saya!" bapak pemilik mini market menunjuk maling tersebut dengan muka menahan emosi.

Aira menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sesekali merengangkan jari telunjuk dan tengahnya untuk melihat kondisi saat ini. Aira menyandang tote bag-nya dan meluncur pergi.

"Eh".

Bayu memegang pergelangan tangan Aira "Mau kemana? Main pergi aja" dengan senyum smirk andalannya.

"Anu pak, Aira mau kuliah. Dosen Aira hari ini galak. Permisi pak" Aira berusaha melepaskan tangannya.

"Jangan membohongi saya mbak. Ini tuh libur semester, mbak lupa. Emangnya mbak mau bertemu dengan dosen siapa? Hantu? Iya?" dengan sepontan Aira memukul kepalanya dengan telapak tangannya.

"Sekarang ikut saya".

***

Kisah kedua aku😍

Moga suka

Our Promise of the WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang