Bagian 3; First-time

66 29 36
                                    

Bagian 3; First-time
"Tanda tanya?" Diagram berwarna merah dengan banyak tanda tanya. Seolah mengatakan bahwa hasil fisik Dara belum pernah dideteksi oleh program Weraen.

"Kenapa hasilnya begitu? Selama ribuan tahun tidak pernah ada Weraen seperti mu." Perkataan Kuro hanya menambah kebingungan Dara.

"Ya mana ku tau." Dara mengembalikan handphone milik Kuro.

"Dan ya.. kita akan keluar." Kuro menyenggol bahu Dara yang sejak tadi benggong. Didepan persis sebuah kaca besar. Sayangnya kaca itu buram, sehingga mereka yang didalam tidak bisa melihat yang ada diluar sana.

"Selamat datang Dara." Kuro menarik tangan Dara dan akhirnya menembus kaca tersebut.

Gelembung. Tempat itu dipenuhi gelembung. Bangunan Dara keluar tadi ternyata sebuah bangunan bulat mirip gelembung. Dara memperhatikan sekitarnya dengan kagum. Banyak tanah mengambang, lebih seperti pulau. Dengan beberapa bangunan didalamnya.

"Jadi... Ini Terraced land?" Dara kembali menoleh pada Kuro disampingnya.

"Ya, kita langsung aja." Kuro berjalan sedikit kedepan dan mengangkat tangannya sejajar dengan dada.

"Open the Portal" sebuah portal terbuka tepat didepan mereka. Kuro masuk kedalam portal terlebih dahulu, dan disusul Dara. Hanya baju Kuro yang bisa menjadi pemandu Dara, karena semuanya gelap.

Kuro dan Dara keluar dari portal. Ini padang rumput, beberapa anak leopard berlarian kesana kemari. Kuro berjalan menuju sebuah pondok kecil yang ada disana.

"Tunggu diluar, atau duduk disana." Kuro menunjuk sebuah bangku dan meja kayu di samping pondok. Dari pada berdiri, Dara memilih untuk duduk sambil memperhatikan lingkungan sekitar yang asri.

Beberapa menit hening hanya terdengar suara angin dan rumput yang bergoyang. Hewan hewan disini tidak waspada atau siaga sejak kami datang tadi. Terganggu pun tidak. Terutama leopard yang paling dekat.

"Hey Kuro..." Panggil Dara pelan.

"Hm?" Jawab Kuro yang masih berada didalam pondok.

"Kenapa hewan disini nggak keganggu dengan kehadiran kita?" Tanya Dara dengan tetap melihat hewan lain bermain.

"Mereka dirawat dari kecil oleh aku dan Gami. Jadi mereka ngerasa fine fine aja. Padahal akhir akhir ini aku dan Gami jarang lagi kesini." Kuro datang dengan membawa beberapa kertas. Cetak biru?

"Itu apa?" Dara mendekat pada Kuro yang meletakan semua kertas tadi diatas meja.

"Ini cetak biru." Jawab Kuro apa adanya. Dara hanya mengangguk mengiyakan. Siapa juga yang nggak tau kalau itu cetak biru?

"Yo!" Gami datang dari samping pondok langsung menyapa Dara dan Kuro.

"Kenapa udah balik? Disitu aja dulu?" Kuro merapikan satu per satu kertas tanpa sedikit pun menoleh pada Gami.

"Kalian duluan aja mulainya, ada yang mau ku urus sebentar." Gami mengacuhkan sambutan kuro dan berjalan menuju pondok. Suara Gami nggak kedengaran lagi.

Kuro membuka sebuah cetak biru. Ia menepikan kertas kertas lainnya. Kuro membentuk lingkaran degan jarinya tepat diatas Cetak biru.

"Show me the map" seketika sebuah hologram tanah mengambang muncul didepan mereka. Ukurannya sesuai dengan meja.

"Jadi, kamu bisa sihir? Apa semua Weraen bisa?" Tanya Dara setelah melihat 5 tingkat tanah mengambang didepannya.

"Aku memang bisa sihir, hanya 10% dari jumlah Weraen yang bisa sihir. Tapi sekarang semua bisa. Kerena keterbatasan sang pemilik sihir, seseorang di Ground : Energy  membuat produksi Pil Sihir. Dengan memakan itu, seorang Weraen bisa menggunakan sihir sesuai dengan kegunaan Pil tersebut dalam jangka waktu tertentu. Tapi aku benci Pil itu. Membuat mereka semena mena. Aku memandang Pil itu seperti obat terlarang, ada efek samping tentunya." Jelas Kuro pada Dara.

Weraen SadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang