#Dua: Teman Baru

34 9 6
                                    

    🌷-Bismilahirohmanirohim-🌷


Zulfa PO

Bersenandung di trotoar jalan,itu yang ku lakukan saat ini.Berjalan sembari bersiul,sesekali ku tendang botol plastik yang tergeletak di depanku.

Aku baru saja pulang dari sekolah,beralas sepatu kusut tak membuatku risih untuk berjalan.Ini adalah hal kebiasaan ku setiap hari jika pulang dari sekolah ataupun berangkat sekolah.

Aku tak sama seperti Siswa siswi lainnya,menggunakan motor atau mobil jika hendak berang atau pulang sekolah.

Mungkin kalian bertanya mengapa aku tak menggunakan angkutan umum ataupun semacamnya?.Jawabannya,aku lebih suka berjalan tanpa menggunakan keadaran.Menikmati setiap inci sudut kota adalah alasan  utamaku.

Amak memang memberikanku uang saku lebih agar aku bisa naik angkot,Tapi uang yang Amak kasih lebih baik aku tabung buat biaya pendaftaran Kuliah nanti jika aku lulus SMA.Aku tak mau merepotkan Amak,cukup ini saja,beliau rela menjual cincin pemberian Abah agar aku bisa sekolah di SMA BAKTI.Waktu itu aku menolak agar Amak tak perlu menjual cincinya,tetapi beliau tetap menjualnya dan mendaftarkanku di sekolah tersebut tanpa pemberitahuanku.

Masih terdengar jelas kata kata Amak di benakku"Jika itu memang rezeki Amak,Allah pasti akan menggantinya lebih besar dari itu".Jika mengingat raut wajah Amak ketika mengatakan itu,ingin rasa aku menampar diriku sendiri.Amak rela mengorbankan apapun demi bisa aku bersekolah di sana,tetapi apa balasanku terhadap Amak?.Aku hanya menjadi siswa nakal di sekolah,jika saja Amak mengetahui ini semua.Maka ku pastikan ia sangat kecewa padaku.

Ku coba terus untuk menjadi lebih baik,tetapi itu sangat sulit.Begitu banyak godaan yang menghalangi hijrahku,aku harus mencari teman yang ingin menegurku,menasehatiku ketika aku berjalan ke arah yang salah.Tetapi adakah yang ingin berteman denganku?,sampai dekit ini juga satu orang pun tak ada yang mau menjadi temanku.Mana mungkin mereka ingin berteman dengan anak miskin sepertiku,Anak yang tak tau aturan seperti diriku.

"Hufh"aku membuang nafas berat ketika melihat kegaduhan tak jauh dari hadapanku.

Seperti ada yang kecopetan batinku.

Aku mendekat, terlihat gadis seumurku menggunakan Hijab.Tengah berusaha menarik tasnya dari tangan pencopot itu,air matanya tak henti hentinya keluar dan raut wajahnya terlihat pucat.

"Woy lepasin dia,atau ku cakar ususmu"ancamku,sembari ku lepas tasku dan memperbaiki ikat rambutku.Tak lupa ku lipat lengang bajuku sampai bahu,agar terlihat seperti pereman yang ganas.

Mendengar suaraku,dengan kompok mereka menatapku dan menghentikan Aktifitasnya.

"Wahhh,ada target lagi ni bos,enak ni buat entar malam ngelayani kita"ucap salah satu pereman yang badannya kurus kiring seperti tak terawat.

"Gue retakin ginjal lo,baru tau rasa"kataku tegas

"Sombong juga ni cewek,ajar aja bos"terlihat wajah mereka menahan amarahnya.

Aku maju untuk melawan 2 pereman itu.Kumulai mengambil ancang2 dan menendang perut pereman itu.

Bugh

Pereman itu terpental karna tendangan maut dariku yang cukup kuat.Kulanjut menghajar ketuanya,ketua pereman ingin menendang perutku dan aku berhasil menghindar.Pereman itu mencoba lagi memukulku dan lagi lagi aku mengelak dan memberikan bogeman ke wajah pereman tersebut.

Setelah mengatasi kedua pereman itu,ku ambil tasku dan menghampiri gadis berhijab itu.Kelihatannya ia sangat panik dan syok.

" lo engk papa?"dia mengangguk,matanya yang sipit kini terlihat bengkak akibat ia menagis.

Selembar kata tak terucap Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang