""Libera. Ujian sihirmu kemarin cukup buruk," kata Miss Sienna di depan kelas.
"Jelas saja dia mendapat nilai jelek, Miss, pelajaran menyihir dasar saja dia tak bisa!" seru Mirah disusul gelak tawa teman-temanku di kelas. Yah, kalau boleh jujur aku tak menganggap mereka teman juga.
"Berani juga kau, Mirah," sahut Anette.
"Tidak, teman-teman, kita harus menghargainya bukaan?" celoteh si pintar bernama Louis dengan nada berlagak, "Oh kasihan sekali teman kita satu ini.."
"Sudah jangan begitu, siapa tahu dia nanti menjadi bagian dari kerajaan??"
"Tentu saja, sebagai seorang budak! Hahahahaha!"
Miss Sienna hanya bergeleng-geleng kepala dan menatapku iba. Aku tahu dia tak dapat melakukan apa-apa untuk menghentikan bully ini karena, yah, alasan paling basic, para filtré itu berasal dari keluarga elit dan sangat menunjang keadaan ekonomi sekolah.
Aku diam saja, sudah sangat terbiasa dengan hal ini. Menjadi hanya seorang anfiltré diantara para filtré di sekolah memang tak mudah. Rasanya ingin berhenti sekolah saja.
Jika seseorang melakukan sebuah kesalahan lalu dilontari kata kasar, aku masih bisa memaklumi. Tapi aku bahkan tak melakukan apapun dan mereka mem-bully aku. Apakah menjadi seorang anfiltré tanpa bakat atau keahlian merupakan sebuah kesalahan? Hukuman? Memangnya apa hal buruk yang pernah kulakukan di masa lalu?
Aku tidak mau dilahirkan menjadi anfiltré sampah seperti ini. Tapi bukankah semua orang tak bisa memilih mau dilahirkan menjadi apa? Di keluarga apa? Dengan keadaan seperti apa?
Aku makin kesal ketika mereka mengejekku tak memiliki bakat, ya, kesal karena justru ejekan itu memang benar adanya. Semua anfiltré dilahirkan tanpa bakat. Otak kami hanya seakan cukup untuk baca tulis dan menghafal beberapa ilmu - itupun perlu pengulangan berkali-kali.
Kemampuanku yang paling hebat? Membaca buku dengan cepat. Bagaimana orang menyebutnya; membaca kilat? Ya, itu.
Menyedihkan sekali.
Aku yang sekolah saja hanya bisa begini, bagaimana dengan para anfiltré seumuranku yang tak bisa bersekolah? Kasihan juga mereka..
Teng, teng!! Teng, teng!
Bunyi bel sekolah memecah lamunanku di pukul sebelas siang itu.
"Baik anak-anak, terima kasih untuk hari ini. Selamat liburan ya, sehat selalu," ucap Miss Sienna kemudian beranjak ke luar kelas.
"Iya bu, selamat liburan!" serentak anak sekelas.
Anak lain yang telah bersiap pulang sejak beberapa menit lalu langsung berkumpul bersama gengnya masing-masing dan berebut keluar kelas.
Biasanya aku menunggu dulu di kelas hingga agak lama untuk menghindari bertemu orang lain di koridor sekolah.
Aku punya pengalaman buruk dengan geng kakak kelas, apalagi didukung senioritas tinggi yang seakan hal normal di sini. Pernah mereka mengeroyokku tanpa alasan dan menuduhku melakukan hal yang tidak kulakukan.
Untuk menunggu waktu berlalu, aku menghibur diri dengan mencoret-coret di atas kertas. Menggambar busur adalah kebiasaan anehku (tentu saja karena busur simpel itu adalah gambar termudah yang aku tahu). Mungkin juga karena aku menyukai pelajaran memanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Your Filter
AdventurePernah membayangkan bagaimana hidup dengan sebuah filter yang cantik? Aku Libera Akgiezel, seorang anfiltré yang ingin memiliki filter dan bakat, sama seperti orang lain. Bersamaan dengan dimulainya libur musim panas aku seakan menemukan jalan kelua...