Game pak Odeng

52 10 6
                                    

"Pagi gaes!!."

"Berisik," kesal Miko karena tidurnya terganggu, padahal dia habis bergadang semalaman.

"Oy min, main lagi yak ntar." ujar Aziz yang baru memasuki kelas, tak lupa dengan benalunya yaitu Femas.

"Tapi gw ngga jago, gapapa emang?."

"Gapapa, kita yang ngatur ya fem,"

"Woy! Abis ngapain kalian." Tasya dan Aul baru masuk kelas, langsung kepo dengan pembicaraan Aziz.

"Min lu kemaren pulang gimana?."

"Pulan sorean gw, abis main sama mereka dulu soalnya."

"Cewek gaboleh keluyuran loh,"

"Iya mak Tasyaaa."

"Maen apasih? Ikutan dong gw." Ujar Acep yang ikut kepo, pada akhirnya mereke membentuk gerombolan lagi seperti sebelumnya.

"Mobel lejen,"

"Ntar gw ikut ya,"

"Ogah lu beban,"

"Waah belom tau nih anak, sekali heroku meloncat enemy tamat."

....

...

"Anjir kaga di dengerin." acep akhirnya pergi karena tak digubris oleh gerombolan itu, mereka sibuk dengan ponsel masing-masing karena sebentar lagi masuk jam pelajaran.

"Diumumkan kepada seluruh siswa kelas sepuluh, untuk berkumpul di Aula sekarang ! yang telat akan dikasih bonus." 🔊

"Kita telat aja kalo gitu." ujar Adit mendengar pengumuman tadi, apa kepala sekolahnya salah bicara mungkin.

"Jangan mudah tertipu teman-temanku, pasti pak Odeng punya rencana terselubung." Aziz berlagak seperti seorang detektif botak yang ingin memecahkan masalah.

"Gininih, punya temen kebanyakan nonton sinetron."

"Kita ngga boleh langsung percaya sama orang, iya ga ziz?."

"Nah betul si Minky,"

"Udahlah tinggalin aja dua orang gila ini." Aul lalu mengajak Tasya dan yang lainnya pergi, menyisakan Minky dan Aziz dengan otak licin mereka.

"Jadi gimana kita?."

"Kita tunggu bentar, siapa tau... eh itu pak Odeng kan?." Aziz menunjuk seseorang yang berjalan mindik-mindik di belakang kelas mereka, sedangkan Minky menyipitkan matanya yang rada buram.

"Eh iya ngapain dia, ikutin kuy." diam-diam mereka akhirnya mengikuti pak Odeng, mungkin benar pak Odeng memiliki rencana rahasia.

"Aku merasakan hawa-hawa setan,"

"Siapa itu??." Pak Odeng akhirnya menoleh, karena merasa ada yang mengikutinya.

"Mungkin hanya perasaanku saja." kata pak Odeng lalu lanjut berjalan, dia tidak melihat Aziz dan Minky karena mereka memakai peralatan ajaib Doraemon.

Cukup jauh pak Odeng keliling tidak jelas di sekolah, tak membuat Minky dan Aziz menyerah. Mereka tak melepaskan padangan mereka dari bapak-bapak tua itu, kadang merasa kasian karena wig di dipakainya tertiup-tiup angin.

"Akhirnya aku menemukan tempat yang tidak akan terlihat oleh manusia waras." ucapan pak Odeng membuat Minky dan Aziz semakin memperketat penglihatan mereka, tak ingin melewatkan sedikitpun apa yang pak Odeng lakukan. Pak Odeng lalu mengeluarkan kotak kecil berwarna pink, lalu menguburnya di bawah pohon kaktus. Merasa tidak puas dengan yang dia lakukan, pak Odeng mengambil pulpen dan kertas lalu menuliskan sebuah kalimat disana.

"Tidak ada apa-apa disini"

Lalu kertas itu di tempelnya ke pohon kaktus itu, agar dia tak lupa

"Wah cerdas juga dia Min,"

"Pantesan jadi kepala sekolah."

"Ngapain kalian."

"Eh anjay!." Miko dengan kasap mata tiba-tiba berada di belakang mereka, apa dia juga memiliki otak licin.

"Jangan berisiik," Geram Minky karena rencana mereka menguntit pak Odeng hampir berhasil, sayang sekali kalau harus gagal gara-gara Miko.

"Siapa disana?!."

"Mbeeeekkk," refleks Aziz harus menyamar, menjadi suara hewan agar tidak ketahuan pak Odeng.

"Ternyata hanya kucing." ucap pak Odeng, lalu meninggalkan tenpat dimana rahasia itu terkubur.

"Kita ke aula cepet, keburu pak Odeng sampai duluan." Ujar Minky, lalu mendorong kedua teman laki-lakinya itu agar cepat berjalan. Sesampainya di Aula banyak sekali yang masih bingung kemana pak Odeng pergi, padahal lengumuman untuk berkumpul sudah lewat setengah jam yang lalu.

"Gimana? Kebodohan kalian terbuktikan?." Tanya Femas yang lelah dengan sifat temanya itu, berlagak seperti di anime-anime.

"Tentu dong, sekarang ada Miko yang ikutan juga." ujar Aziz sambil menunjukkan wajah kebangganya.

"Gw ga ngomong mau ikutan."

"Ayolaahh personil gw cuman sama aziz, ikutan biar rame,"

"Yaudah terserah."

"Mau mau aja si Miko ikutan goblok." Tasya ikut pasrah dengan ulah kawan-kawannya. Semua murid kemudian mengalihkan pandangan mereka, ketika melihat pak Odeng dengan gagahnya berjalan ke panggung.

"Pagi anak-anak,"

"Pagi pak!!!."

"Hari ini karena istri saya hamil anak kedua, saya mau adain Game."

"Selamat ya pak, semoga anaknya tidak mirip bapak." guru olahraga akhirnya mengucapkan selamat kepada pak Odeng, lalu disambutnya dengan jabatan tangan.

"Iya amin." jawab pak Odeng yang terharu, ternyata guru di sekolah itu memiliki jiwa sosialitas yang tinggi.

"Game nya adalah, mencari sebuah benda yang didalamnya terdapat kunci jawaban ulangan nanti."

"Tenang saja, hanya saya umpetin di sekitar kelas kalian." lanjut pak Odeng, sembari membenarkan wignya yang berantakan.

"Wah ziz, jan jangan benda aneh tadi."

"Ngomong apaan sih, kaga kedengeran."

"Ya lu nunduk dikit, gw ga nyampe ke kuping lu."

"Makannya jan kependekan," memang tinggi Minky dan Aziz terhitung beda jauh, Minky hanya 155 dan aziz 178.

"Dah lah, gw ngomong ama Miko aja." Minky melirik ke sebelahnya, tapi hanya melihat lengan Miko.

"Bjir tinggi lu berapa sih?."

"180,"

"Males pada tinggi-tinggi, gw doang pendek." karena kesal, Minky pindah didekat Aul yang tingginya hampir sama dengannya.

"Game akan di mulai dalam tiga... dua.... satu!."

Semua anak berbondong-bondong keluar dari Aula, apalagi anak bodoh yang malas mikir. Tapi Minky, Miko dan aziz masih tenang berada di Aula karena mereka tau persis dimana benda itu berada.

"Ambil duluan kuy, ntar di temuin kelas sebelah lagi." Akhirnya mereka pergi ke halaman belakang, benda tadi dikuburkan oleh pak Odeng. Baru saja Aziz ingin membongkar gundukan itu, tapi tiba-tiba suara Femas membuat aktivitasnya terhenti

"Jadi kalian nyembunyiin ini dari kita??."















Halo ^-^

Votement jangan lupa ☆

See you !

SquadronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang