Masakan sahabat

29 7 5
                                    

Sore hari yang cerah ini Femas, Aziz dan Acep sudah menunggu di depan gerbang sekolah, mereka mambawa ransel besar berisi barang-barang untuk menginap nanti.

"Ey bro," sapa Minky yang baru sampai, disusul dengan Tasya dan Ayang di belakangnya. Kemudian beberapa menit kedepan Dwi, Ilya, Fitri, Miko dan wawan.

"Buset Mink, bawa dosa-dosa lu?." kata Acep melihat betapa besarnya ransel Minky, padahal mereka hanya menginap tiga hari.

"Gw tau kalian pada jorok, jadi gw bawa tissue banyak-banyak." Minky memang anak gila bersih, semuanya bakal di elapnya pakai tissue hingga kuman-kuman mabok.

"Hai gaid,"

"Lah Aul? Katanya lu di undang pak Odeng?."

"Iya gw tolak, soalnya gw lebih milih kalian."

"Sebagai sahabat kita harus susah bareng," sambung Tasya sambil memakan citos yang baru saja ia beli.

"Ogah bener harus susah,"

"Kalau gamau susah bareng, gausah berkawan lagi kita." ucap Ayang sambil memasang wajah mengintimidasi.

"Iya deh iya," pasrah Aul yang tidak mau bergelud dengan Ayang.

"Nah gitu dong sahabaatt." ujar Ayang sembari menepuk punggung Aul, padahal pukulannya itu keras sampai Aul cecengiran kesakitan.

Berbeda dengan Minky yang membawa beban hidup, Ayang hanya membawa tas ukuran sedang dan kandang peliharaanya yang di tenteng. Sepertiya isinya adalah kucing atau anak anjing, dilihat dari kecilnya kadang yang di bawanya.

"Berangkat?." Tanya Miko yang berperan sebagai supir, mereka memutuskan untuk menyewa odong-odong untuk transportasi.

Diperjalanan semua anak menahan kantuknya, karena mereka membuat perjanjian kalau tidur akan di suapin garam satu sendok. Mereka memutuskan untuk bernyanyi lagu tamasya yang judulnya, naik-naik kepuncak masalah. Lagu itu membangkitkan semangat mereka yang semakin berkobar-kobar, bahkan Minky yang tadinya khawatir akan kejorokan sekarang lupa.

"Sampai juga kita setelah mengapung selama 700 hari," lega Wawan sambil turun dari kendaraan, lalu membantu yang lainnya menurunkan barang.

"Ini kuncinya, kalau kalian betulan bertahan akan saya kasih gratis biaya sewanya." ujar bu Zila kemudian pergi meninggalkan anak-anak Squadron, lalu mereka masuk ke dalam rumah bercat putih itu.

"Siapin dulu kamarnya, baru kita masak makan malam."

"Siap pak Femas,"

Semua anak menuruti komando Femas, para cowok membersihkan lantai satu dan cewek membersihkan lantai dua. Tidak udah ditanyakan lagi siapa yang paling serius bersih-bersih, dan siapa yang semena-mena. Minky dan Ayang seperti berbeda dimensi, yang satu sangat hati-hati dan yang satu sangat sembrono. Tapi Minky dan Ayang adalah paling akrab di antara yang lain, karena mereka penggemar selebgram ratu pentol.

"Abis ini kita masak di luar aja, takut ngerusak rumah orang." ujar Fitri sambil merapikan alas mereka untuk tidur. Setelah itu semua anak berkumpul di halaman, Miko dan Aziz sedang mengangkat kompor sedangkan yang lain menyiapkan bahan masakan.

"Peliharaan lu kok ngga di keluarin? Kesian we."

"Ntar aja sya, kalo sekarang masih sensian dia."

"Yaudah kita mau masak apa nih."

"Seblac aja sini gw masakin." ujar Ayang, dia memang sering sekali memesan seblac saat di kantin. Tapi dia tak pernah mencoba masak sediri, ini pertama kalinya Ayang berniat untuk memasak.

SquadronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang