Tidak ada pembicaraan apapun selama perjalanan pulang. Itulah yang terjadi pada Ara dan Hyunjin setelah insiden tarik-menarik di koridor sekolah yang menyebabkan seluruh perhatian terpusat pada mereka.
Seo Ara tidak tahu apa yang dipikirkan oleh lelaki ini sehingga ia tiba-tiba menjadi posesif dan kukuh ingin mengantarkan Ara pulang. Dan kalau tidak karena semua perhatian ini, Ara tidak akan mungkin mau menuruti apa yang Hyunjin mau.
Setidaknya untuk pertama dan terakhir kalinya.
Namun setelah menurut untuk naik ke jok penumpang dan melaju bersama motor besar Hyunjin, Ara memutuskan untuk tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hyunjin juga demikian, yang mana membuat Ara makin bertanya-tanya apakah Hyunjin tahu letak rumahnya atau tidak. Dan menebak-nebak kemana kah mereka akan pergi.
Nyatanya mereka benar-benar menuju ke arah rumah Ara.
Namun karena gengsi luar biasanya untuk sekedar bertanya, Hyunjin memilih menggunakan instingnya untuk berhenti di depan rumah Seungmin yang sepertinya dekat dengan rumah Ara. Dari semua yang Hyunjin amati selama ini, sepertinya rumah mereka cukup dekat sehingga bisa seakrab ini. Dan Ara pun tidak keberatan untuk turun disana.
Setidaknya Changbin tidak akan melihat kalau Ara diantar oleh lelaki ini.
"Kenapa gak ada bekal lagi buat gua?" Tanya Hyunjin setelah sekian lama saling berdiam diri dan setelah melihat Ara bersusah payah turun dari jok penumpang motornya.
Ara membenarkan rok sekolahnya, kemudian menatap lelaki itu dengan datar, mencoba mencari alasan mengapa lelaki ini tiba-tiba menjadi aneh.
"Makanan buatan gua kan ada racunnya, bisa bikin kakak bodoh." Jawab Ara setelahnya.
Hyunjin menahan diri untuk tidak tersenyum. "Besok gua lagi yang anter pulang. Atau sekalian di jemp--"
"Kak." Ara segera menyela sebelum Hyunjin sempat menyelesaikan pertanyaannya. Jangan, ini salah Hyunjin.
"Jangan begini, gua ga suka."
"Tapi kemaren-kemaren lo kan bilang kalo elo suka gua." Jawab Hyunjin cepat. Membuat Ara mendadak pusing.
"Kapan gua bilang begitu??? Kemaren waktu di uks kan gua bilangnya, gua cuman mau berterimakasih doang ke elo. Jangan ngayal, gua nggak pernah suka elo."
"Jangan pura-pura." Tukas Hyunjin tajam.
Ara mengamati sekitarnya. Beruntungnya daerah perumahan ini lumayan sepi dan tidak ada orang yang sedang berada di sekitar mereka yang akan mendengarkan perdebatan konyol dan memalukan ini. Ara mendesah kasar, merasa lelah.
"Jangan begini lagi, gua nggak suka dan sama sekali enggak pernah suka sama elo. Berhenti deket-deket gua lagi, apalagi bikin satu sekolah gempar gara-gara elo narik-narik gua kaya orang gila. Apa masih kurang rasa berterimakasih gua ke elo? Lo mau apaan lagi dari gua sih, kak? Oh satu lagi, jangan pernah nganter atau jemput gua kaya abang ojol, kita nggak pernah sedekat itu, kak."
"Ra---"
"Gua pulang."
Ara berjalan dengan cepat meninggalkan Hyunjin menuju ke rumahnya yang selisih beberapa rumah dari rumah Seungmin. Tidak lagi peduli mau lelaki itu tahu rumahnya atau sampai mengikutinya ke rumah.
Tanpa pikir panjang ia semakin memberi jarak antara dirinya dan Hyunjin. Memutuskan tidak memberikan Hyunjin sedikit tempat pun di dalam hatinya.
Seo Ara tidak pernah menyadari konsekuensi dari apa yang dilakukannya. Ia tidak tahu bahwa selain melukai Hyunjin, diam-diam ternyata ia juga melukai dirinya sendiri. Membuatnya diam-dian menangisi apa yang telah dikatakannya pada Hyunjin. Membuatnya diam-diam menyesal atas jarak yang dibuatnya antara Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Life • Hwang Hyunjin
FanficKereta terakhir untuk kembali padamu telah berlalu. Sudah terlambat untuk menyesal sekarang. © 2020, Baby