Akhir-akhir ini Radita jarang menemui Mika sepulang sekolah. Ia selalu mendapat panggilan dari ketua rohis untuk urusan teknis. Entah itu untuk upgrading panitia, cek rekrutmen peserta, ataupun memantau persiapan acara. Sikapnya yang berubah menjauhi Mika tentu saja membuat gadis itu merasa aneh.
Radita hanya tidak ingin Mika berfikiran jauh tentangnya yang sibuk mengurusi acara tersebut. Dia juga tidak mengatakan apapun tentang perannya. Mika bisa saja berspekulasi aneh-aneh. Apalagi cowok idamannya itu menjadi partner media Radita.
Selepas ashar hari ini, Ridwan ingin semua panitia siap dengan perannya esok hari. Jadilah dia memutuskan untuk mengadakan rapat terakhir sebelum hari H. Mika pernah bertanya pada Radita mengapa gadis itu terlihat sangat sibuk sehingga sering pulang telat. Namun, Radita hanya mengatakan karena dia harus mengikuti rapat rohis.
Dia menatap bingung kala gadis berkulit putih bak putri Inggris itu celingukan di ambang pintu. Sebuah tepukan menghentikan aksinya.
"Lu ngapain celingukan kayak maling di sini?"tanya Radita. Gadis itu tersenyum lebar hingga jejeran gigi putihnya terlihat, "Gak papa. Lu mau pulang? Yuk, bareng"jawab Mika.
Radita menggeleng pelan, "Enggak. Gue ada urusan bentar. Lu duluan aja"
Wajah Mika mengkerut bingung, "Rapat lagi? Sibuk banget sih buat ngurusin acara itu"
"Gak juga. Gue cuma dengerin mereka bicara aja"
"Oh.."Mika mengangguk paham, "Emang lu bukan panitia? Panitianya siapa aja?"
Radita berpikir sejenak, gak mungkin juga jika dia harus berbohong, "Gue mah di belakang layar aja. Si Fahri sama Kak Ridwan yang sibuk banget, mereka kan pematerinya"
"Bener juga. Romi gimana?"Radita berdecak kesal. Lagi-lagi nama itu yang ditanyakan oleh Mika.
"Mana gue tau, gue gak merhatiin dia"setidaknya ada yang bisa dijadikan alasan oleh Radita.
"Hihi.. santai aja, Dit. Gue cuma nanya kok. Udah sana, keburu telat"balas Mika.
Radita menatap heran temannya itu. Namun dia tidak ingin berfikiran terlalu jauh. Ia segera meninggalkan kelas yang mulai sepi dan Mika yang masih mematung di ambang pintu.
Mika tidak langsung pergi begitu saja, Ia menunggu sosok lain keluar dari kelas lain. Tak lama setelah Radita menghilang dari balik tembok, sosok itu keluar dan berjalan ke arah yang sama dengan ruangan yang dituju Radita. Tidak heran, karena dia juga anggota rohis. Tapi, entah mengapa Mika merasa tidak nyaman dengan hal tersebut.
"Hh.. apa gue harus move on ya? Tapi sulit.."gumamnya dalam hati.
Mika beranjak menuju gerbang, saat melewati parkiran banyak suara-suara yang menganggu indra pendengaranya.
"Lu ikut acara besok, nggak?"Mika memperlambat jalannya untuk mencuri dengar percakapan mereka.
"Iya. Gue udah beli tiketnya langsung ke Kak Arka. Eh, lu tau gak, si anak IPS juga ikutan lho"jawabnya riang. Mika merasa geli saat mendengar nada bicaranya.
"Ciah.. jadi lu ikut cuma karena dia ikut? Basi woy!"
"Biarin. Setidaknya gue gak bakal suntuk di acara itu nanti. Emang lu apa?"
"Heh! Jangan salah ya, Romi juga ikutan, dia malah jadi panitia"langkah Mika berhenti tak jauh dari mereka.
"Lu gak ngehalu?"
"Masa lu gak tau sih, dia kan anggota rohis. Dan lu harus tau ini, Romi nanti bakal mainan kamera. Aaa dia pasti keren banget"
Mika merasa ada yang retak di hatinya, "Romi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Hanyalah Jurnalis
DuchoweJika ingin mengenal dunia, membacalah. Jika ingin dikenal dunia, menulislah.. --------- "Aku tidak bisa menulis skenario hidup, tetapi aku bisa menulis perjalanan hidup"-Radita Aprilianti "Dia gak bakal nempuh jalan yang haram buat nyelesaiin perkar...