viii

583 170 3
                                    

Juyeon menatap sekantung buah ditangannya dengan perasaan bimbang luar biasa. Disatu sisi ia ingin sekali memakan buah itu bersama yang lain, disisi lain dia menghormati pilihan Kevin yang sangat enggan dan sangat membenci buah itu.

"Kak, ngapain disitu?" Haknyeon tiba-tiba muncul dibelakang Juyeon sambil menatap kakaknya dengan bingung.

Pemuda itu tersenyum lebar sambil menyampir tas punggung di bahu kanannya. Matanya menangkap ekspresi Juyeon yang aneh.

"Itu apa?"

"Peach," jawab pemuda berambut biru tua itu lirih. Haknyeon hendak bersorak namun Juyeon kembali bersuara. "Tapi Kevin-"

"Aku kenapa?"

Kevin, pemuda yang sedari tadi menjadi sebab Juyeon ragu untuk masuk tiba-tiba membuka pintu rumah dan menatap kedua orang didepannya dengan ekspresi bingung.

"Ada apa?" Ulangnya.

Manik mata jernihnya menyelidik kantung plastik yang dipegang Juyeon. Kemudian menatap kembali raut wajah kedua saudaranya yang tampak gugup.






















"Ah, itu peach, ya?"

***

New menghampiri pemuda bersurai kemerahan yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya dengan sedikit tergesa.

Pemuda pemilik rambut blonde terang itu menatap meja kerja Kevin yang penuh dengan kertas-kertas berserakan. Kemudian mengendikkan bahu tidak peduli.

Oh ayolah, Eric pasti akan marah jika melihat keadaan meja kakaknya yang satu ini.

"Kev," panggil New sambil menarik kursi kerja Kevin dan duduk disana.

"Apa?"

"Kesana berapa hari?" Tanya New sambil melihat-lihat kertas milik Pemuda Kanada itu. "Disana kamu ngajar piano anak para guru itu, ya?"

Kevin mengangguk sambil terus mengemasi barangnya dengan cepat. "Iya, mungkin sekitar seminggu atau sepuluh hari."

New meraih selembar kertas kosong yang saat dibalik berisi sketsa kasar dari pensil.

Sangat wajar menemukan sketsa gambar disela-sela kertas pekerjaan Kevin sebagai guru piano. Karena pemuda itu sangat suka dan berbakat dalam hal menggambar.

Kevin hendak membuka almarinya untuk mengemasi beberapa pakaiannya ketika suara New membuatnya menoleh.

Kemudian membisu.




























"Kev? Ini sketsa gambaran adikmu ya?"

***

Sunwoo menangkap gerak-gerik Eric yang mencurigakan. Ia menaikkan alisnya bingung ketika adik bungsunya itu menggigit ujung kukunya dengan raut wajah panik.

"Heh, kamu ngapain disitu?" Sunwoo akhirnya bersuara saat dirinya benar-benar merasa risih melihat Eric yang berjalan mondar-mandir didepan kamar Kevin. "Kak Kevin lagi kerja, kamu ganggu disitu."

Eric menghampiri Sunwoo dengan raut wajah panik. "Gawat, Woo. Aku bisa mati kalo Kak Kevin tau aku bikin masalah lagi sama dia."

Pupil mata Sunwoo membesar. Senyum jahilnya mengembang begitu saja.

"Kamu ngapain memangnya?"

Pemuda yang mengecat rambutnya menjadi berwarna putih itu menatap Sunwoo dengan bimbang sebelum akhirnya berucap.




[0] Sangyeon's House: A Puzzle ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang