Scandal | ✔

Scandal | 15

Aku merebahkan diri di atas tempat tidur. Bersiap untuk pergi ke pulau kapuk. Namun, dering telepon memaksaku untuk menunda niat tidurku.

Aku lantas meraih ponsel yang berada di atas nakas dan menjawab panggilan yang ternyata dari Meri itu.

"Kenapa, Mer?"

"Yey tinta boleh kawilarang dulu!" seru Meri dari ujung sana.

Aku memijat pangkal hidungku. Pusing menghadapi tingkah Meri yang tiba-tiba ini. Padahal dari awal, dia kelihatan 'senang' dengan rencana pernikahan ini biarpun calon mempelai lelakinya ternyata Kenneth.

"Aduh, Mer... Lo kenapa, sih? Kok mendadak aneh gini?"

"Eike senantiasa kalau yey kawilarang. Tapi eike tinta bisa biarin yey kawilarang sekarang-sekarang."

"Nikahan gue masih dua bulan lagi, Mer."

"Jadi bener, sewa gedung nikahan itu yey yang booking?"

Aku diam dan memilih untuk mengalihkan pertanyaannya dengan topik baru. "Kenapa gue gak boleh nikah dulu, Mer?"

"Pak gamtenk tadi marah-marah ke eike, cyin! Ngamuknya serem! Eike lupa sama kontrak yey di agensi juga... Yey kan tinta boleh dulu ada hubungan sama lekong-lekong. Pacaran ajijah tinta boleh, apalagi kawilarang?"

Aku mengembuskan napas berat. "Lo gak usah khawatir, Mer... Gue masih sanggup bayar dana penaltinya."

"Iih!" seru Meri merajuk. "Nanti Meri gimandose?"

Aku mengernyit tak paham. "Gimana apanya?"

"Ngeselin deh, yey! Nanti kalo yey kawilarang, eike mesti manajerin sapose?"

"Guelah! Biar gue udah kawin, gue bakal tetep jadi artis kok! Si Kenneth gak bakal bisa ya maksa gue buat berhenti!"

Meri menjerit kesal di ujung sana yang semakin membuatku kebingungan. "Yey tuh gak nyambung, deh! Eike lagi bahas kontrak yey sama First Media ini..."

Lagi-lagi aku memijat keningku perlahan. "Coba lo ceritain aja deh dari awal."

"Ish! Ngeselin deh yey! Pokoknya, tadi eike ketemuan sama Pak Barry. Si gamtenk marah gara-gara denger berita yey mau kawilarang dua bulan lagi tapi tinta kasih tau agensi. Terus ngingetin eike sama kontrak yey yang ngeharusin yey keluar dari agensi kalau statusnya udah jadi istri orang.